Sinhe terbangun dengan napas terengah engah. Matanya yang memandang langit langit. Badannya terasa pegal dan sakit. Tanpa terasa, tangannya mengepal menjadi tinju. Dia membukanya genggaman tangannya perlahan.
Sinhe bergeser ke samping, menyusupkan wajah ke lengan Seungwoo. Seungwoo sedang tertidur pulas. Tapi ternyata hanya cukup sentuhan kecil, Seungwoo bisa terbangun. Dia langsung menoleh.
”Hei, wae?” bisik seungwoo dengan suara serak dan mengantuk. Dia lalu meluruskan tangan, mengizinkan Sinhe memasuki pelukannya.
”Aku mimpi buruk...”
”Lagi?” tanya Seungwoo, wajahnya terlihat murung.
”Apa kau ingat apa yang ada dalam mimpimu?”
Ya, Sinhe ingat.
Tapi kali ini dia tidak ingin membicarakannya. Dia tidak ingin mengatakan bahwa kali ini dia bisa melihat orang yang selalu mengejarnya, orang yang selalu membuatnya ketakutan. '
Di mimpinya kali ini, lelaki misterius tak berwajah dan tak bernama itu kini menunjukkan dirinya. Dia adalah Seungwoo.
Sinhe memejamkan mata, mencari kenyamanan di dada Seungwoo. Dia tidak ingin mengatakan apa-apa. Dia merasa ini semua. terlalu melelahkan untuknya.
”Tidak, aku tidak ingat,” Sinhe berbohong, malas untuk mendiskusikan lebih jauh dengan Seungwoo. Dia tidak tahu bagaimana reaksi Seungwoo jika dia mengatakan yang sebenarnya.
”Apa kau mau kita pergi ke psikiater?” tanya Seungwoo lembut, namun entah untuk alasan apa Sinhe merasa marah.
Dia lalu berbalik memunggungi Seungwoo.
”Aku tidak gila.”
”Kau tahu bukan itu maksudku,”
Sinhe berbalik, matanya berkaca-kaca.
”Lalu apa maksudmu?” Dia kembali memunggungi Seungwoo menepis tangan Seungwoo dengan kasar saat lelaki itu berusaha menyentuhnya.
.....
”Kau yakin kau tidak apa-apa kutinggal?” Seungwoo bertanya sekali lagi untuk memastikan. Dia menatap Sinhe dalam-dalam. '
Sinhe mengangguk, lalu tersenyum lebar. ”Aku yakin.”
”Aku tidak akan lama. Segera setelah urusanku selesai, aku akan kembali secepatnya,” kata Seungwoo meremas bahu Sinhe. .
Mereka berdua sedang berdiri di teras. Hari ini Seungwoo kembali berangkat kerja. Cuti seminggunya sudah habis. Meskipun selama ini bisa mengerjakan pekerjaannya dari rumah, Seungwoo merasa bertanggung jawab untuk memeriksa langsung kemajuan pembangunan resor.
Sinhe terdiam melihat wajah Seungwoo yang masih terlihat khawatir. Dia lalu berjinjit dan mengecup pipi Seungwoo ringan.
”Pergilah, Na Gwenchana.”
Seungwoo mengangguk pelan, masih berpikir bahwa meninggalkan Sinhe bukanlah ide yang bagus.
”Aku pergi dulu,” pamitnya.
Seungwoo menoleh ke belakang beberapa kali saat menuruni undakan teras dan berjalan menuju mobilnya yang sudah diparkir di halaman depan.
Sinhe melambaikan tangan dengan bersemangat, berharap tidak membuat Seungwoo makin khawatir. sudah membuat Seungwoo cukup repot, dia tidak ingin makin menambah beban Seungwoo.
Sinhe baru masuk ke dalam rumah setelah sudah tidak bisa melihat mobil Seungwoo. Dia memasuki ruang depan, mengedarkan pandangannya. Kepalanya kini terasa sakit. Sinhe berjalan pelan memasuki rumah sambil mengeleng pelan lalu memijat tengkuknya, berharap dengan begitu sakitnya agak mereda.
Frekuensi sakit kepala Sinhe makin sering, selalu lebih sakit dibandingkan sebelumnya. Dia tidak berani mengatakan sesuatu pada Seungwoo soal ini. Dia ingin menyelesaikannya sendiri.
Sinhe tahu dia tidak seharusnya menyangsikan Seungwoo soal apa pun. Dia harus percaya seutuhnya pada apa yang dikatakan Seungwoo. Namun terlalu banyak kejanggalan dalam cerita Seungwoo.
Salah satu yang paling kentara tentu saja kemarin, saat perempuan bernama Eunji itu datang. Sinhe sudah berdiri cukup lama memperhatikan mereka, bisa melihat bagaimana Eunjji bergelayut pada Seungwoo. Bagaimana bisikan mereka yang tidak bisa didengar Sinhe terkesan penuh emosi.
Mereka bukan hanya teman kuliah, Sinhe cukup yakin soal itu.
Orang bilang, ada kebohongan-kebohongan yang diperbolehkan demi kebaikan, tapi tidak di saat seperti ini. Yang Sinhe ingin adalah kebenaran, seberapa pun pahitnya. Dia yakin mampu menghadapinya.
Dia yakin kebenaran akan datang.
Tapi kebenaran bisa menunggu. Pertama-tama, dia ingin menggunting kuku dulu. Kukunya sudah terlalu panj ang, mulai terasa tidak nyaman. Sinhe lalu berjalan ke arah dapur.
....
Sinhe tidak sengaja melihat ke atas lemariPandangannya tertuju pada koper merah yang berada di sana. Sinhe menelengkan kepala melihat koper itu, lalu menaruh gunting kuku yang sedang dia pakai ke nakas.
Seperti terhipnotis, Sinhe menatap koper merahnya tanpa berkedip. Kepalanya kembali berdenyut menyakitkan. Sinhe sampai harus mencengkeram kasur yang sedang dia duduki.
Sinhe berdiri.
Tadinya dia ingin berjinjit dan mengambil koper, tapi kemudian mengurungkannya. Dia tidak mau mengambil risiko. Terakhir kali kepalanya terbentur, tiga bulan terakhir kenangan hidupnya terhapus.
Dia lalu mengambil koper itu dengan hati hati. Otot lengannya langsung kaku dan pinggangnya terasa nyeri karena beratnya koper. Sinhe langsung menaruhnya di lantai, setelah itu dia turun di kursi.
Dahinya langsung berkerut heran. Koper merah itu terlihat seperti habis ikut perang. Beberapa bagian koper penyok, ada kain yang sobek dan noda-noda hitam.
Sinhe menggosokkan telunjuknya ke salah satu noda hitam itu, lalu menciumnya. Bau bensin dan oli.
Dengan tergesa Sinhe membuka ritsleting koper, dan dia langsung mundur ketakutan, syok melihat isinya.
Napasnya berderu dan dadanya berdegup kencang. Ketakutan yang amat sangat terasa lagi.
Sebenarnya tidak ada yang aneh dari apa yang dilihat oleh Sinhe. Dia hanya melihat bajunya, bersama kotak make up dan satu set peralatan manikur, tertata rapi di dalam koper. Tapi itu berarti banyak hal.
Koper ini ada di mobilnya saat dia kecelakaan. Itu berarti Seungwoo berbohong. Sinhe tidak kecelakaan saat dia sedang ingin berbelanja. Sinhe kecelakaan saat dia hendak melarikan diri dari Seuweden Hills. Atau mungkin dari Seungwoo.
Lalu terjadi kelebatan-kelebatan kenangan yang mendadak muncul di benaknya, terlalu cepat memenuhi ingatannya seperti air bah.
Dialah yang seharusnya kunikahi.
Kau membuatku berada di posisi yang sulit. Aku bisa jamin, pernikahan ini tak akan mudah bagimu.
Atau mungkin aku harus berterima kasih? Karena aku sangat khawatir apabila aku hanya mencuci pakaian saja, otakku akan karatan.
Apa kau akan memintaku untuk tetap tinggal?
Sinhe membekap mulutnya sendiri dengan tangannya yang gemetar, berusaha menghentikan teriakan yang hampir keluar dari tenggorokannya.
......
![](https://img.wattpad.com/cover/205014092-288-k815616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple With You | END
Romance"bersamamu cinta menjadi sangat sederhana" Mereka menikah bukan karena cinta. Baik Seungwoo maupun Sinhe punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan tercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapk...