[23] Thanks

69 20 3
                                    

Pukul 8 malam, kenop pintu kamar Sinhe diputar dari luar. Sinhe tau siapa yang datang. Tidak ada perawat yang datang jam segini.

Seungwoo melangkah masuk ke kamar,
Biasa nya ia jam segini sudah tertidur tapi malam ini beda. Ia ingin menunggunya datang.

Saat pandangan mereka bertemu, sudut bibir seungwoo hanya terangkat sedikit, tersenyum pada Sinhe. Sinhe membalasnya dengan anggukan.

Sinhe kini yang sedang memperhatikan Seungwoo dari tadi masuk sampai sekarang.

Sinhe menghitung dalam hati sampai sepuluh, menunggu Seungwoo menyapanya.
Dia tau seungwoo sudah berjanji tidak mendekati nya sampai Sinhe merasa nyaman.

" Kau sudah makan?" Tanya Sinhe akhirnya.

"Belum" seungwoo menghentikan kegiatannya lalu menatap ke arah nya.

"Apa tidak sebaiknya kau mencari makan dulu?"

"Tidak, aku lebih suka di sini dulu beberapa saat, Beristirahat"

Sinhe terdiam beberapa saat.

"Boleh aku mendekat?" Tanya Seungwoo.

Sinhe mengangguk sekali.

Dengan langkah pelan, Seungwoo berjalan mendekati Sinhe lalu menarik kursi dan duduk di samping ranjang.

"Kau bisa membeli makanan dulu dan membawa nya ke sini" tutur Sinhe.

"Menurut mu begitu?"

Sinhe mengangguk. "Kalau bisa, carilah nasi. Kau tidak bisa bertahan hidup hanya dengan makan Ramyeon setiap malam"

"Geuree" seungwoo tersenyum.

....

Setengah jam kemudian, Seungwoo kembali ke kamar. Alisnya terangkat ketika mendapati Sinhe masih menonton tv.

"Belum tidur?" Tanya seungwoo basa basi.

Sinhe menggeleng, sambil menatap kantong yang di bawa seungwoo.
"kau beli apa?"

"Nasi sayur dan daging sapi"

Seungwoo sadar dirinya sedang di tatapi Sinhe. Maka dia pun menyodorkan kotak makan plastik nya. "Kau mau?"

Sinhe menelan ludah. "Boleh?" Dia meminta persetujuan Seungwoo.

Dia menaruh mangkuk dan sinhe memakan nya dengan lahap.

"mianhe.., kok tau tau sudah habis ya.." kata sinhe dengan nada minta maaf.

Seungwoo tertawa. Dia mengambil mangkuk plastik lalu membuang nya. Dan menyodorkan segelas air mineral pada Sinhe.
"Apa rumah sakit tidak memberimu cukup makan?"

kini wajah Sinhe jadi merah menahan malu.
"Cukup. Hanya saja tadi aku lapar melihat mu makan. Maaf ya.. kau jadi harus beli lagi"

Seungwoo tertawa lega. "Gwenchana.. lagi pula aku sudah kenyang." Seungwoo mengelus punggung tangan Sinhe sebentar.

"Lagi pula.. jika kau mempunyai nafsu makan yang tinggi.. aku senang, itu artinya kau hampir sembuh."

Wajah sinhe mengangguk setuju. "Aku sudah tidak sakit lagi".

"Kau mau tidur sekarang?" Tanya sinhe.

Seungwoo menggeleng . "Aniyo, biasanya aku tidur selewat tengah malam".

"Tapi waktu dulu kita serumah, aku selalu tidur cepat. Kau juga"

Sinhe mengerjap ketika mendegar kata "dulu". Waktu yang sekrang ia lupakan.

Tapi sinhe berusaha mengalihkan pembicaraan.

Mendengar Seungwoo bercerita tentang kantor nya. Ada sedikit di hati Sinhe untuk bertanya tentang dirinya. Tapi, ia beberapa kali mengeyahkan pikiran itu.

"Dimana kantormu?" Tanya sinhe lagi.

"Sementara ini di gwangju ".
Seungwoo berfikir sebentar kemudian melanjutkan.

"Rumah kita juga di sana"

"Apa kita akan selamanya tinggal di gwangju?" Sinhe menelengkan kepala.

Jadi selama ini aku hidup di Gwangju? Apa aku suka tinggal di gwangju?

"Hanya sampai resor kubangun selesai"

"Kau sedang membangun resor?"

"Ya. Di kaki gunung"

"Apakah masih lama resormu selesai di bangun?" Sinhe merasakan kekalutan lagi.

Kenapa aku bisa tinggal di kaki gunung? Apa aku begitu tergila gila pada nya? Sampai mau saja pindah ke Gwangju?

"Hanya beberapa bulan lagi"

ini kepanikan menguasai Sinhe.

"Bo-bolehkah aku... Bolehkah aku tidak ikut ke Gwangju? Maksudku, pasti menyenangkan tinggal di kaki gunung, tapi aku benar benar merindukan keluargaku"

Seungwoo menaikan alisnya dengan bingung.

"Eomnim dan Aboji sedang tidak ada di Indonesia" Seungwoo menjelaskan dengan suara lembut.

"Rumahmu di Seoul sekarang hanya berisi sekuriti dan asisten rumah tangga"

Seungwoo menghela nafas, melihat perubahan ekspresi Sinhe yang khawatir dan kaget.

"Lagi pula , aku berjanji pada mereka akan menjagamu"

"Aku yakin mereka tidak akan keberatan. Maksudku , kau sedang sibuk dengan resor dan sebagainya" kata Sinhe cepat.

"Aku akan menemanimu di resor. Aku tidak akan bekerja" seungwoo mengambil remote di samping Sinhe dan mematikan Tv.

"Tapi kau harus bekerja..."

"Aku yakin, dunia tidak akan kiamat jika aku cuti seminggu"

Sreett.. seungwoo menutup gorden.

"Aku benar benar tidak ingin merepotkan mu" sinhe memberanikan diri menatap wajah Seungwoo lekat lekat.

Seungwoo hanya tersenyum pahit.

Seungwoo memutar tuas ranjang hingga Sinhe turun dan berbaring sepenuhnya.
"Kau tidak pernah membuatku repot"

Dia menarik selimut Sinhe sampai kedagu.
"Sekarang tidurlah" bisik Seungwoo sembari mengecup pipi Sinhe.

Kemudian gelap, karena lelaki itu mematikan lampu.

"Terima kasih untuk makan nya" kata Sine pelan.

Sekujur tubuh nya beraksi, seperti ia menginginkan sosok seungwoo ada di samping nya.

Dia tak ingin Seungwoo kembali ke ranjang nya sendiri. Dia ingin Seungwoo di sisi nya, menyentuhnya.

Mungkin benar Seungwoo suaminya. Mungkin Sinhe hanya bertindak tidak masuk akal. Mungkin sinhe sebenarnya suka tinggal di Gwangju.

Setelah hening beberapa lama, baru terdengar jawaban dari Seungwoo.

"Sama sama"

Simple With You | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang