"bruggg!!!!" tiba tiba suara keras terdengar dari arah kamar hanna.
"suara apaan tuh man!?" dimas kaget, dan ia segera menuju kamar hanna. Eman mengikuti.
"suara apaan barusan?" tanya dimas panik.
"hanna!!!!" dimas kembali panik melihat hanna yang tergeletak lemas di lantai.
"coba bantuin tante nak! Angkat hanna ke kasur. Ya allah hanna kamu kenapa bisa kayak gini.." ucap mama ratih panik sambil menatap eman dan dimas, seraya mengusap air mata yang mengalir ke pipi nya.
"yaampun hanna yaampun kamu kenapa...." aci mengelus ngelus kepala hanna.
"iya iya saya bantu" ucap eman.
"heh man!!!" celetuk aci memarahi eman.
"biar si jayus aja, dari tadi tu anak gaada kerjaan" sambung aci sambil menatap sinis dimas.
Sontak saja dimas langsung membopong hanna ke atas kasur. Semua orang terlihat panik menatap hanna yang tak sadarkan diri.
"ini gimana ceritanya tante, ci? Kenapa hanna bisa sampe pingsan gini?" tanya eman. Sementara, dimas menundukkan pandangannya karena merasa semua yang terjadi adalah atas kesalahannya.
"tadi itu mama hanna kan kesini.. Pas hanna berdiri mau nyamperin mamanya di depan pintu, tiba tiba hanna pingsan" ucap aci sambil memijat kaki hanna. Sementara mama ratih menciumkan aroma minyak telon ke arah hidung hanna.
"semua gara gara dimas, maafin dimas ya tante" sontak dimas berlutut kepada mama ratih.
"memangnya gimana nak ceritanya kok bisa sampe begini? Ini lutut sama tangannya hanna kenapa di perban pula" ucap mama ratih seraya memandang dimas.
Dimas menceritakan kepada mama ratih akan kejadian yang telah terjadi dan menimpa hanna. Raut wajah menyesal tak henti hentinya meliputi wajah dimas.
"syukurlah kalo hanna sempat dibawa ke klinik" mama ratih sedikit lega mendengar anak nya masih sempat diobati.
Ketika mama ratih sedang berbicara dengan dimas, tiba tiba hanna sadar dari pingsannya..
"tante.. Hanna sadar!!!" ucap aci yang senang melihat sahabat nya membuka mata.
Mama ratih menatap hanna "alhamdulillah nak" sontak mama ratih memeluk hanna.
"aduhh mbuu.. Hanna lemes banget!!" hanna terlihat lemas dan memijat pelipisnya yang ia rasa sedikit nyeri.
"Hanna pasti belum makan ya nak?" tanya mama ratih.
"ini diminum dulu han, kebetulan aci beli minuman ion tadi dijalan pas ke rumah hanna" aci mengambil minuman dari tas nya dan memberikannya kepada hanna.
"sebentar tante, tante kok gak marahin dimas?" tanya dimas heran.
"loh, ngapain tante harus marahin kamu nak. Orang kecelakaan itu cuman allah yang tau dan cuma dia yang tau rencana kedepannya seperti apa" jawab mama ratih dengan penuh kewibaan sebagai seorang ibu.
"makasih ya tante makasih.. Cuman tante yang ngerti dimas" dimas mencium tangan mama ratih dan memeluknya.
eman menarik dimas dari pelukan mama ratih dan berbisik ke telinga dimas "e jayuss!! Elu biasa aja kali.. Jangan berlebihan gituu. Alay lu"
"ya gua ngerasa terharu aja gitu man.. Masih ada orang yang mau belain gua, padahal kan gua orangnya emang selalu bikin masalah" ucap dimas, dengan wajah yang disedih sedihkan.
"nah tu sadar lu yus" celetuk eman sambil menjatuhkan tangan di punggung eman.
"yaudah udah.. Tante kebawah dulu, Tante mau ganti baju sekaligus masak buat nanti kita makan malem, kalian tunggu bentar ya" ucap mama ratih
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
Teen Fiction"tolong, tanyakan pada tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya boleh mencintai hambanya?" tanya dimas sembari menyentuh kedua lengan hanna "kita berbeda. takdir awal yang sudah berbeda pasti akan berjalan semakin bercabang. Takdir awal yang belum ter...