EPILOG

136 2 0
                                    

Tahun - tahun telah berlalu, semua waktu kujalani dengan lika liku. Malam ini aku terbangun karena suara rengek anakku, aku pergi untuk membawakannya susu. Setelah anakku tertidur lelap, aku rasa mataku sangat sulit kurapatkan kembali. Aku pun memilih duduk di sofa dekat tempat tidur anakku, tak sadar aku mengingat masa - masa sebelum aku melahirkan putri cantik ke dunia ini.

"honey!"

Suara panggilan itu terasa sangat melekat di otakku, suara dimas kala itu membuatku tak sadar sangat tersipu. Entah bagaimana panggilan itu selalu menggetarkan hatiku, dan lagi - lagi selalu memaksaku menyukai dirimu.

"sejauh apapun aku pergi dan bersama siapapun aku berdiri, aku akan selalu mengingat bagaimana kisah kita diawali. Aku selalu berharap, hatimu cepat kau jatuhkan pada pria yang hidup menemanimu hingga nanti. Terima kasih telah mewarnai kisah hidupku yang terlihat gelap dan abu - abu. Semoga tuhan memberimu jalan hidup yang lebih baik lagi, selalu ingat aku sebagai sesuatu yang pernah kamu temani."

Sepucuk surat yang terselip di dalam bunga anyelir merah itu kubuka kembali, bibirku tersenyum membaca itu, rasanya kisahku terlalu rumit untuk dipahami, sebab hubungan kita tanpa nama dan tanpa perjanjian apa - apa. Bunga itu sudah lama mengering dan tak sengaja terbuang, namun harumnya masih saja terngiang di ingatan. Kadangkala, hatiku selalu merasa berdosa selalu mengingatmu kembali, namun mengingatmu, tak akan pernah melunturkan kasih sayang yang telah kupupuk untuk keluarga kecil ini. Begitulah sedikit cerita tentang sebuah perjalanan cinta yang sedikit sulit dan rumit, permasalahan yang cukup pelik membuat kami belajar cara mengakhiri tanpa menyakiti.

---

Keluarga, teman, dan pasangan adalah sesuatu yang akan kita miliki selama kita dilahirkan ke dunia ini. Merekalah yang akan mengajarkan kita arti sosialisasi, tak peduli ras, budaya ataupun golongan tertentu, yang terpenting adalah toleransi. Perbedaan tak selalu menjadikan kita terpisah dari apa - apa yang kita harapkan, justru dari perbedaan itulah kita belajar memposisikan diri menjadi lebih peduli. Membuka mata agar lebih bisa menerima kenyataan yang tuhan tentukan untuk kehidupan kita.

Ada yang lebih penting dibanding itu semua, hal ini utama dan harus diutamakan. Iman. Satu kata yang terdengar sangat sakral ketika dibicarakan, dan terasa sungkan ketika harus dipermasalahkan. Sesuatu yang harus manusia pegang ketika dirinya merasa kalut dengan dunia yang dirasa semrawut.

Di dunia yang amat sangat luas ini, ada banyak manusia yang memegang teguh imannya masing - masing. Manusia diciptakan berbeda - beda, dan sudah kodratnya mereka saling memegang apa yang mereka percaya, tak jarang, duka berakar dari mempersalahkan perbedaannya. Namun dibalik itu semua bukankah Allah telah menegaskan bahwa dunia tak akan pernah sama?

Saya hanna, cinta pertama saya dimulai dengan orang yang sangat berbeda. Namun bukankah itu istimewa? Terdengar mengherankan dan mengundang banyak tanya bukan? Namun itulah saya, mengenalnya membuat saya banyak belajar mengikhlaskan, dan membuka mata saya bahwa perbedaan saya dengannya adalah cara Allah menunjukan kekuasaanya. Saya tak pernah menyesal dipisahkan dengan cinta pertama saya yang dimana kita tak satu frekuensi untuk bersama. Bukankah orang bilang cinta pertama sangatlah bermakna dan harus berakhir bahagia? Namun apalah arti semua makna bagi kita, tetapi ternyata tidak memiliki makna bagi Allah? Karena bahagia itu bukan tentang bahagianya kita. Tetapi tentang bahagianya Allah atas kita, tentang keridhaannya.

'HANNA'
2020

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang