- Andai kata perbedaan tidak ada konsekuensinya, mungkin bersama telah menjadi jawaban dari semuanya -
***
Cuaca mendung mengiringi perjalanan pulang hanna dan dito, tak terdengar ada pembicaraan atau obrolan apapun. Tak hanya di mobil dito, keadaan mobil eman pun terlihat hening.
"yus!" panggil aci untuk sekedar menyadarkan dimas dari lamunannya, dan mulai mencoba mencairkan keheningan.
"eh, apa ci?" dimas tersadar dan melirik aci yang duduk di jok belakang.
"sorry ya!" ucap aci.
"kenapa si?" tanya dimas heran dan berdesih sambil tersenyum.
"ya gue gak enak aja, gara - gara gue, elo jadi ketemu sama kak dito. Biasanya kan elo sama hanna selalu berdua, sekarang engga." tutur aci
"apaan sih, engga ah! Lagian gue sama hanna juga gak akan berjodoh sampe kapanpun. Jadi gue mau gak mau harus mundur. kita berbeda. takdir awal yang sudah berbeda pasti akan berjalan semakin bercabang. Takdir awal yang belum terlihat pun udah mampu gue tebak" ujar dimas yang kini sedikit menundukkan kepalanya, sementara aci hanya terdiam dan memandangi dimas dengan sendu.
"yus, sorry ya! Dari awal, gue juga selalu comblangin lo sama hanna tanpa gue mikir kalo perbedaan antara kalian itu bener - bener jauh." ucap eman sambil tetap fokus menyetir dan sesekali menatap dimas yang duduk disampingnya.
Dimas melirik eman sambil menepuk bahunya, "santai aja man, sampai saat ini gue bersyukur kalo gue sama hanna belum sempet untuk pacaran. Gue bahkan belum tau, isi hati dia yang sejujurnya apa. Gue cuman seneng aja saat dia bilang nyaman sama gue, dan nganggep gue ada. Gue ngerasa hidup gue berharga karna dia. Dia emang istimewa, kayak yang dibilang ibunya."
"yus, tapi kan lo tau, dari awal lo beda sama hanna, terus kenapa lo lanjutin hubungan ini?" tanya eman.
"lo tau sendiri man, kadang hati gatau tempat buat jatuh." ucap dimas yang kini tersenyum sangat lebar, seolah telah mengikhlaskan semuanya.
"gue gak nyangka elo bisa lapang dada kayak gini." gumam eman, sementara dimas hanya tersenyum tipis.
"gue yakin, lo akan dapet yang lebih indah dari hanna!" tutur aci sambil memegang bahu dimas
"cuman hanna yang indah ci!" sahut dimas.
***
Aci telah terlebih dahulu merebahkan dirinya di kamar, sementara hanna baru saja masuk ke kamar aci."assalamualaikum aci!"
"waalaikumsalam han,"
"aci, hanna boleh tanya?" hanna duduk di kasur sebelah aci.
"kenapa han?"
"dimas ngomong tentang hanna?"
"ih, apaan sih hanna baru pulang juga, geer nihh!!" aci mencubit pipi hanna.
"ya udah kalo gak nanyain, hanna mandi dulu ya!" hanna bangkit dari duduknya.
Aci menarik tangan hanna, "tunggu, si jayus sedikit ngomong tentang kamu."
"beneran?" hanna duduk kembali.
"si jayus sayang tau han sama kamu, kamu tuh sebenernya sayang juga gak sih sama dia?"
Hanna hanya terdiam mendengar pertanyaan aci. "hanna!" aci menepuk bahu hanna
"gimana ya ci, hanna tuh sayang sama dimas. Tapi hanna tau, dimas akan lebih sayang sama ditta, yang lebih seiman, dan lebih tau dimas lebih lama."
"jangan gitu han, jodoh gaada yang tau. Tapi, aku selalu percaya, kamu akan dapat sesuatu yang semestinya memang harus sama kamu, Meskipun gak seindah yang kamu mau. Karena allah lebih tau yang terbaik buat kamu" aci memeluk hanna, sementara hanna tak sengaja menjatuhkan air matanya.
"aku ingin sama kamu dimas, tapi semuanya tak seindah seperti yang aku bayangkan." pikir hanna, sambil sedikit - sedikit mengusap air matanya.
***
Pagi hari ini, selepas dirinya sholat subuh, hanna bergegas untuk pulang ke rumah nya. Ia mengantongi beberapa bajunya, dan mulai berpamitan pulang."aci, hanna pulang ya!" ucap hanna.
"iya, ayok aci anterin ke bawah!"
Aci dan hanna pun bergegas keluar dari kamar, dan bertemu terlebih dahulu dengan ibu aci.
"ma, hanna mau pulang" ucap aci.
"lah sudah mau pulang awak ni han? Indak nginap disini lagi saja?" ujar ibu aci.
"ah engga tante, rumah takut ada yang ngangkat" canda hanna.
"ih canda lah awak ni" colek ibu aci kepada hanna, hanna hanya tersenyum.
"ya udah tante saya pulang ya!"
"ya sudah lah, ingat kalo awak kesepian, main main lah ke rumah si aci ini ya!" ucap ibu aci.
"nah iya tuh han" sambung aci.
"oke siap mama!" sahut hanna.
"nah gitu,"
"kalo gitu, assalamualaikum!" hanna mencium tangan ibu aci.
"iyo hati - hati ya nak, waalaikumsalam" ibu aci mengusap kepala hanna. Aci mengantarkan hanna sampai ke depan rumahnya. Hanna pun pulang bersama ojeg online yang telah ia pesan.
Setelah sampai rumahnya, hanna mendengar dering handphone nya yang berbunyi. Terlihat nomor tak dikenal menelfonnya. Langsung saja hanna mengangkatnya.
"hallo, assalamualaikum" ucap hanna.
"waalaikumsalam" terdengar suara berat dari laki - laki dari handphone nya.
Tbc ...
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
Teen Fiction"tolong, tanyakan pada tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya boleh mencintai hambanya?" tanya dimas sembari menyentuh kedua lengan hanna "kita berbeda. takdir awal yang sudah berbeda pasti akan berjalan semakin bercabang. Takdir awal yang belum ter...