- seberat apapun masalah, hadepin. Karena seringan-ringannya masalah gak akan selesai kalo cuman didiemin -
***
Sejak dua hari lalu, hanna mulai berpikir dengan perasaannya, saat dimas bertanya apa perasaan yang hanna miliki untuk dito. Hanna adalah salah satu tipe makhluk yang susah untuk menentukan ia suka apa dan apa yang cocok untuknya, itulah sebabnya ia belum bisa menentukan dan menjawab apa perasaan yang dapat ia definisikan untuk dito, bahkan kebimbangan nya itu mampu membuat dimas mulai menjaga jarak dengan hanna.
Jam istirahat siang ini, hanna hanya melamuni tentang dirinya sendiri di kantin karyawan toko bakery tempatnya bekerja. Lalu lalang pegawai lain yang menyapanya hanya hanna balas dengan senyumnya. Banyak nya orang yang baru hanna kenal, membuat dirinya masih canggung untuk bergabung bahkan sekedar ikut duduk atau berbagi makanan. Ia lebih suka menyendiri dan mengambil makanan yang disediakan di buffet.
"boleh ikut duduk? Kebetulan kursi yang lain udah penuh." ucap seseorang yang kini menyadarkan lamunan hanna.
Ia adalah seorang pria muda yang terlihat memakai chef jacket putih yang melekat di tubuhnya. Hanna yakin pria ini adalah salah satu baker yang bekerja di toko pulland.
Sontak hanna mempersilahkan dirinya untuk duduk. "iya boleh kak!" ucapnya
"kalo gitu, mari makan!" ucap pria tersebut.
"iya silahkan!" sahut hanna yang tak terlihat mengambil makanan seperti karyawan lainnya.
"kamu engga makan?" tanya pria yang kini masih mengunyah makanannya.
"eh, engga kak! Kebetulan tadi pagi udah sarapan" ujar hanna dengan senyumnya.
"oh gitu! Ngomong-ngomong kamu waitress baru disini? Kebetulan saya baru liat kamu kemarin" tanya pria itu
"iya kak, kebetulan baru masuk dua hari lalu" jawab hanna.
"oh, kenalin saya hanna!" sambungnya, sambil menyalami pria tersebut.
"rasel!" pria tersebut terlihat menjawab hanna dengan keramahannya.
"kalo gitu, saya balik kerja dulu! Makasih kursinya!" ujar rasel yang telah menghabiskan makanannya, kini ia meninggalkan kursi yang didudukinya.
"sama - sama kak rasel!" sahut hanna.
Jam istirahat telah berakhir, semua karyawan berhamburan kembali mengerjakan pekerjaannya masing - masing begitupun hanna.
Melayani tamu, mengantarkan pesanan untuk tamu, dan menanggapi complain kini menjadi tugas hanna. Dengan keramahannya, ia mampu mengatasi semua itu meskipun masih banyak juga tamu kesal yang hampir tak bisa hanna selesaikan sendiri, terpaksa ia memanggil seniornya lagi dan lagi.
Pekerjaan yang cukup sulit ini membuat waktu hanna tak terasa berlarut. Jam pulang yang telah menunjukan pukul lima sore kini mampu menghentikan pekerjaan beratnya itu.
"bu chika saya pulang ya!" hanna berpamitan kepada senior killer yang baru baru ini mengajarinya bekerja.
"hmmm, hati hati han! Besok kerja lebih keras lagi, supaya gak banyak pesanan lost." jawab bu chika yang kini sedang sibuk mengetik laporan keuangan di meja kasir.
"siap bu!"
Hanna meninggalkan toko, sejak dua hari lalu dimas tak seperti biasanya menjemput hanna pulang dari toko. Terpaksa hanna berjalan sampai halte yang jaraknya tak jauh dari toko, setibanya di halte ia melihat jam yang menunjukan pukul lima lebih, dan tentu saja pada jam jam ini bus di bandung sudah tak lewat halte tempat hanna menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
Teen Fiction"tolong, tanyakan pada tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya boleh mencintai hambanya?" tanya dimas sembari menyentuh kedua lengan hanna "kita berbeda. takdir awal yang sudah berbeda pasti akan berjalan semakin bercabang. Takdir awal yang belum ter...