Tentang Hati

2.4K 131 8
                                    

Jarak dari ruangan dosen ke masjid cukup menguras tenaga, demi tidak terlambat, Hana sampai rela berlari hingga nafasnya terengah-engah. Selama hijrah, ia tak pernah melewatkan kajian yang slalu ada di masjid kampusnya, kecuali jika benar benar berhalangan. Katanya rugi jika tidak menghadiri karna itu adalah kesempatan berharga untuknya dan juga ladang pahala.

Jarak kini semakin dekat, dan terlihat jelas wanita yang sedang berdiri di halaman masjid. Ia tersenyum di balik niqabnya lalu melambaikan tangan ke arah Hana.

"Aku gak telat kan, Syah?" ujar Hana dengan nafas yang terengah-engah.

"Minum dulu nih"

Aisyah menyodorkan air mineral pada Hana dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu. Ia heran dengan Hana yang masih saja Hana bersifat terburu-buru seperti itu.

Tegukan demi tegukan Hana minum dibalik niqabnya. Aisyah sudah memperingatkan Hana agar pelan-pelan ketika meminumnya. Namun Hana tidak menghiraukan itu, dan Aisyah hanya geleng geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang terkadang sifatnya seperti anak anak, padahal ia sudah menikah.

Uhuk..uhuk...

"Aku kan udah bilang, pelan pelan Hana"

Hana menutup botol, dan meletakkannya di lantai.

"Syah? Ada kabarr yang mungkin kamu gak akan percaya lho!"

"Apa?"

"Kamu tau kan Dokter Ali?"

Aisyah mengangguk. "Terus?"

"Dia jadi dospem ku, Syah. Katanya dia gantiin Pak Darmanto sampai skripsi ku selesai"

"Oh, bagus dong kalo gitu"

Aisyah mengajak Hana untuk lekas berwudhu. Mereka kini berjalan ke arah tempat wudhu.. Namun, Hana masih saja melanjutkan ceritanya..

"Terus ya, Syah tadi itu Pak Ali mau nyampein sesuatu gitu ke aku, tapi gak jadi"

Aisyah terdiam. Ia berfikir, apakah Ali sudah mengetahui semuanya dan mencoba memberi tahu Hana? Pasalnya Ali adalah sahabat terdekat suaminya itu.

"Syah? Kok diem sih?"

"Ehh ... sudah wudhu dulu nanti keburu di mulai lho" Aisyah mengalihkan dengan gugup

Hana menuruti apa kata Aisyah. Benar juga, jika Hana terus terusan bercerita yang ada mereka akan terlambat mengikuti kajiannya. Jama'ah nya juga sudah lumayan banyak. Bisa-bisa mereka nanti tidak kebagian tempat.

Saat pembukaan kajian, Ali lah yang menjadi tilawah Al-Qur'an. Ketika Ali melantunkan ayat suci Al-Qur'an, bibir Aisyah menyunggingkan senyuman tipis, dan Hana yang melihat itu dengan sangat jelas dari raut mata Aisyah, tak henti hentinya meledeki sahabatnya itu yang sepertinya sedang ... Ah, tak perlu dijelaskan, sepertinya kalian juga sudah mengetahui.

Selama kajian berlangsung jama'ah memperhatikan dengan seksama, namun tidak dengan Aisyah dan Hana yang sibuk berdua, mmmm ... mungkin bukan berdua, tapi hanya Hana yang mencoba menggoda Aisyah hingga kefokusan Aisyah sedikit terganggu dengan celoteh Hana. 

"Cieee, sepertinya ada benih-benih cinta nih" ledek Hana seraya menyenggol-nyenggol lengan Aisyah.

Aisyah tidak menanggapi itu. Ia tetap fokus mendengarkan materi yang sedang disampaikan oleh ustadz. Namun, itu tak menjadikan Hana berhenti untuk terus menggoda Aisyah.

"Calon imammu adalah dosen pembimbingku" Ujar Hana disertai senyum meledek

Hana ini memang sebelas dua belas dengan Irsyad. Mereka sangat senang membuat orang jengkel.

KhumairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang