0.5 ❀ b o l o s

1K 285 134
                                    

Renjun merasa bersalah karena tidak bersamaku di hari ulang tahunku. Begitu katanya. Oleh karena itu saat ini kami membolos les dan akan bersenang-senang!

Oke ini bukan hal yang baik, tapi sekali seumur hidup tak apa kan?

"Bener gapapa Shu? Nanti mertua aku marah." aku dengar Renjun mengutarakan kekhawatirannya.

Tolong sampaikan kepada oknum dengan nama Huang Renjun agar berhenti menyebut kedua orang tuaku dengan kata 'mertua'.

Pasalnya itu terdengar terlalu manis dan membuatku selalu mendoakan agar hal itu menjadi kenyataan.

"Gapapa kok, asal ga ketahuan aja." dengan cengiran khas di akhir aku meyakinkan Renjun.

Sore yang tenang ditambah dengan Renjun di sampingku membuat semuanya terasa sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore yang tenang ditambah dengan Renjun di sampingku membuat semuanya terasa sempurna. Apapun yang terjadi akan terasa benar jika ada Renjun di sana.

"Kita udah kelas 12 kan Shu." aku mendengar ucapan Renjun dengan jelas. Masih menanti apa topik pembicaraan yang akan ia bawa setelah candaan ringan yang kami lemparkan satu sama lain sedari tadi.

Renjun terdengar begitu serius.

Apa ia akan mengatakan sesuatu seperti yang sedang aku pikirkan?

"Nanti jangan ada alasan putus karena mau fokus belajar ya?"

Oh, begitu.

Aku menatap Renjun dan mengangguk mantap.

"Aku tahu kita nanti bakal sibuk sama diri kita masing-masing. Tapi aku harap kita ga bakal lupa satu sama lain."

Kali ini aku mengembangkan senyuman yang hanya diperuntukkan kepada Renjun-ku. Kembali menganggukkan kepalaku seperti orang tak mampu bicara.

Memang, setiap perkataan serius Renjun biasanya tak sanggup membuatku membalasnya. Entah apa yang tidak benar dengan pengaturan pada diriku.

Renjun menghadap ke depan. Seolah dihipnotis aku pun turut melakukan hal yang sama.

Angin yang benar-benar mendukung suasana damai saat ini menggoyangkan rambutku yang terurai bebas. Luasnya kota tak mampu dijangkau oleh kedua mata kami. Namun setiap celah yang mampu terlihat tidak mengecewakan untuk disaksikan dalam durasi yang panjang.

Matahari sudah mulai akan menerangi daerah lain di muka bumi. Sepertinya sudah waktunya kami untuk pulang dan mengistirahatkan diri setelah semua waktu yang dihabiskan untuk menghambur energi.

"Shu." kali ini Renjun memanggil membuatku kembali menoleh padanya. Aku dapat menikmati sisi kanan wajahnya karena ia yang tak membalas tatapanku.

"Tahu persamaan aku sama pinguin ga?"

Aku menggeleng sebagai jawaban pertanyaan random-nya, "apa memangnya?"

Aku menebak bahwa ia akan mengatakan hal gila. Tapi ternyata ia tidak melakukannya.

"Sama-sama setia dong, Shu." kini mata Renjun menatap tepat pada bola mataku untuk kesekian kalinya hari ini.

Kembali aku mengangguk diikuti dengan senyum kecil. "Iya percaya."

Renjun menatap ke depan setelah sebuah lengkungan manis itu ia berikan untukku.

"Aku sayang kamu," ucap Renjun.

Terdengar begitu indah suara khas lelaki miliknya mengalun di telingaku.

"Iya aku tahu."

"Ga disayang balik nih?"

-tbc.

Sayang balik ga tu Renjun nya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sayang balik ga tu Renjun nya?

Penguin; renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang