1.5 ❀ k a n g e n

619 138 9
                                    

Selesai dengan ujian sekolah berlanjut pada ujian untuk masuk ke perguruan tinggi. Barulah ini adalah ujuan terakhir yang harus aku jalani dari serangkaian ujian yang telah ditetapkan jadwalnya.

Sebenarnya aku cukup bosan untuk belajar karena aku jadi teralalu sering melakukannya. Rasanya yang terlihat oleh mataku setiap harinya adalah buku dan soal yang harus diselesaikan.

Ngomong-ngomong, Renjun bagaimana, ya?

Aku sudah menahan rindu untuk tidak bertemu dengannya. Jangankan bertatap muka secara langsung, hanya sekadar video call saja sangat sulit. Waktuku dan Renjun tidak bisa dicocokkan karena pengaturan jadwal belajar kami yang berbeda. Ketika aku istirahat, Renjun yang belajar dan begitu sebaliknya.

Huh, sudahlah. Jika masih memikirkan Renjun maka nanti rinduku akan bertambah banyak kadarnya. Kalau sudah begitu kan ribet jadinya.

Sedikit lama aku terdiam tanpa melakukan pergerakan yang berarti. Tidak juga sedang memikirkan sesuatu yang penting. Ini waktunya aku beristirahat sebentar setelah bergelut dengan soal-soal yang penyelesaiannya cukup menguras otak.

Aku butuh udara segar.

Berjalan pelan hingga akhirnya aku mencapai balkonku. Ukurannya tidak begitu luas seperti milik rumah mewah, namun cukup diisi oleh dua kursi yang sering aku duduki.

Ternyata terlalu lama diserang angin dan tak melakukan apapun membuat aku mengantuk. Mungkin ini efek otakku yang sudah lelah. Aku kembali ke kamar dan tidur telentang di atas kasur dengan kaki masih menggantung bebas.

Kembali tidak melakukan apa-apa, aku menjadi benar-benar mengantuk sekarang. Mungkin memang saatnya aku mencoba tidur siang sekali-kali.

Ting!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting!

Hm?

Siapa yang tega menggangu tidurku yang nyenyak ini?

Aku meraba nakas yang persis di sebelah kasurku dengan malas.

"Hm kenapa?" ucapku dengan suara yang terdengar menyeret.

"Baru bangun, ya? Tidurnya nyenyak, princess?"

Oh astaga....

Ini Renjun-ku!

Aku tidak sedang berhalusinasi, kan?

Bagaimana ia tahu jika aku sudah sangat ingin mendengar suaranya?

Aku langsung duduk dan memfokuskan pandangan. Tanpa sadar sudah tersenyum sendiri padahal baru mendengar sedikit kata darinya.

"Nah diam, lanjut tidur lagi ya?"

Kepalaku refleks menggeleng padahal tahu Renjun tidak melihatnya, "engga kok ini udah bangun."

"Aku ganggu kamu, ya? Yaudah la--"



"Ngga Jun, aku kangen."



Eh?

Mulutku ini kenapa?!

Astaga sungguh malu rasanya.

Sebuah tawa yang tak terlalu panjang berderai di seberang sana. Sangat menyenangkan untuk didengar.

Hmm, biasanya aku tak peduli dengan suara tawa.

Apa karena ini adalah Renjun?

Sepertinya efek Renjun memang seluar biasa itu untukku.

-tbc.

Maaf telat banget, aku masih ujian dong :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maaf telat banget, aku masih ujian dong :(

Doain yaa

Penguin; renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang