1.2 ❀ y e n a

703 181 42
                                    

Aku dan rombongan PMR sekolahku turun dari bus sekolah. Sekarang sudah jam enam lewat. Renjun tidak benar-benar menungguku kan?

Renjun tidak ada kegiatan sama sekali hari ini di sekolah. Ya selain belajar pada waktu yang dijadwalkan, maksudnya. Masa aku tega membiarkan ia berada di sekolah lebih lama tanpa kepentingan?

Kini aku berjalan beriringan dengan Yena. Akan ku suruh gadis itu yang menjelaskan jika memang Renjun sangat marah. Yena juga sudah berkata akan menjelaskannya dengan benar jika memang penjelasannya dibutuhkan.

Sangat bersyukur karena Yena masih memiliki rasa bersalah.

"Renjunnya ga ada deh kayanya," Yena celingukan mencari Renjun.

Kemudian aku dapat melihat orang yang kami cari berjalan dari arah ruang UKS dan melintasi lapangan menuju sisi yang berseberangan dengan UKS tempat bus sekolah berhenti.

Sebenarnya itu cukup jauh mengingat lapangan sekolahku yang luas. Tapi dengan kaki panjang Renjun ia mampu melintasinya lebih cepat. Ditambah dengan emosinya, mungkin?

"Ayo pulang," ajak Renjun dengan suara dinginnya yang kemudian menggenggam pergelangan tanganku.

Aku menurut saja dibawa Renjun walaupun langkahku kesulitan menyamai langkahnya. Renjun terkesan buru-buru saat melangkah. Atau bukan hanya kesannya namun memang benar buru-buru?

Sempat mengalihkan kepalaku sebentar untuk melihat Yena yang tengah mengepalkan tangan seperti memberi semangat padaku.

Baiklah Yang Yena, terima kasih telah melepas kepergianku untuk bercerita sendiri kepada Renjun. Beri tahu Yena jika ia meminta maaf maka sudah pasti aku maafkan. Gadis itu biasanya gengsi untuk berucap.

"Kamu ga pulang dulu ya Jun?" tanyaku basa-basi saat menyadari Renjun masih dengan seragamnya. Dan di atas motornya terdapat tas sekolah yang biasa ia kenakan.

"Kalo pulang aku takut nabrak di jalan, ga fokus sebelum denger langsung dari kamu."

Renjun terdengar sudah sedikit berdamai walau aura tak mengenakkan masih terus dapat aku rasakan.

"Ayo ceritain tadi gimana."

Tanpa dikurangi atau dilebihkan, aku mulai menceritakan kejadian saat foto itu diambil oleh tim dokumentasi dari OSIS. Fotonya hanya biasa sih, aku yang sedang memberikan sebotol minuman sambil tersenyum dan Jaemin yang mengambilnya dengan senyum pula, lalu aku yang terlihat sedang menertawakan sesuatu dengan Jaemin. Hanya itu saja dan mampu membakar Renjun.

Ah aku yakin pasti Haechan dan Jeno turut ambil bagian untuk memanas-manasi Renjun di sekolah.

"Kamu... marah Jun?" tanyaku ragu-ragu melihat tak ada ekspresi yang berarti setelah aku menceritakan kebenarannya. Mataku meneliti wajahnya dengan hati-hati.

Kemudian kulihat Renjun menghela napasnya dan tersenyum kecil ke arahku setelahnya. Sepertinya suasana hatinya sudah membaik. Semoga saja.

"Ayo pulang."

Saat itu juga aku tersenyum begitu lebar karena Renjun mau menerima penjelasanku tanpa perdebatan panjang yang berakhir dengan pertengkaran.

Saat motor Renjun melintasi lapangan, ada Na Jaemin di depan yang tengah berjalan dengan santainya.

"Tabrak ga Shu?"

Langsung saja aku memukul lengan Renjun.

"Yang bener ngomongnya."

Kemudian Renjun melajukan motornya dan ngerem mendadak di depan Jaemin menyisakan wajah kaget dari pria yang sedang berjalan itu.

"Wes santai bos," ucap Jaemin seraya menepuk pelan motor Renjun.

"Lagian gua ada incaran lain kok, udah tau kan, Shu?"

Astaga kenapa pula Jaemin melemparkan pertanyaannya padaku. Ya, memang benar sih aku tahu apa jawabannya

"Udah sana lo ah sebelum ditabrak Renjun beneran," usirku pada Jaemin.

Pria Na itu mengangguk kecil, "langgeng ya mas mba, saya permisi dulu."

Kemudian Jaemin melanjutkan langkahnya entah kemana dan aku tak peduli.

Kemudian Jaemin melanjutkan langkahnya entah kemana dan aku tak peduli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pada manggil Shu, aku mau ganti panggilan aja ke kamu."

Bagaimana?

"Ya ngga apa-apa sama panggilannya. Kamu sama mereka artinya kan beda buat aku."

Renjun manggut-manggut kecil kemudian.

"Terus, siapa incarannya Jaemin?"










"Yena."

-tbc.

Yena-Jaemin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yena-Jaemin?

Penguin; renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang