"Aku terus menunggu orang yang bisa menarikku dari ujian yang diberikan tuhan.
Agar hidupku lebih berwarna. Selalu tersenyum, tak ada lagi kata 'hampa'."~o0o~
Elang dan Dara berjalan bersama menuju perpustakaan. Entah apa yang menyebabkan Elang ingin pergi kesana. Padahal, itu adalah tempat keramat bagi Elang. Tempat yang tidak ingin Elang kunjungi.
Mereka berdua menuju kesana disaat istirahat tengah berlangsung. Sehingga banyak siswa maupun siswi yang berpapasan dengan mereka. Tak jarang juga, banyak siswi yang tertawa merendahkan yang ditujukan pada Dara.
Karena Dara yang berjalan dibelakang Elang, dengan tangan membawa banyak buku paket. Ditambah lagi, bebannya yang sangat berat, sehingga membuat Dara berjalan sedikit lamban.
Banyak siswi yang sengaja menyenggol Dara—agar buku-buku tersebut jatuh. Tujuan mereka, supaya Dara ditegur Elang karena ceroboh.
Bahkan, Dara juga berpapasan dengan orang itu lagi. Hingga Dara membuang muka ke arah lain. Asal tidak bertatap muka dengan orang itu.
Dara sudah bersusah payah untuk berjalan cepat, bertujuan untuk mengindari orang tersebut yang berjalan kian mendekat ke arahnya.
Dan untuk ketiga kalinya, buku yang ia pegang, jatuh berserakan di lantai. Disebabkan oleh orang tersebut yang menyenggolnya secara sengaja.
"Ups! Sorry!"
Itu yang Dara dengar disaat ia berjongkok untuk mengambil buku-buku yang jatuh berserakan dilantai.
"Ck! Gimana mau nyampe kesana coba? Lo nya aja ceroboh. Buang-buang waktu tau, nggak!"
Dengan secepat kilat, Dara mengambil buku-buku tersebut yang jatuh berserakan di lantai. Lalu berjalan cepat menyusul Elang, hingga ia tepat berada disisi kanan Elang. Justru, Dara malah dimarahi oleh Elang.
"Lo ngapain jalan disamping gue? Gue nggak mau, ya, kalau orang-orang ngiranya kita itu udah official. Jadi, lo mendingan jalan dibelakang gue aja, ya!" jujur Elang diselingi senyum manis yang dipaksakan.
Dara pun mematuhi perintah Elang. Ia mengerti. Dara juga akan melakukan seperti itu, jika ia menjadi Elang. Dara cukup sadar diri.
Elang dan Dara sampai juga disana. Elang masuk terlebih dahulu, disusul oleh Dara dibelakangnya.
Didalam perpustakaan, hanya diisi oleh siswa maupun siswi yang IQ nya tinggi. Tidak ada siswa maupun siswi yang seperti Elang. Itulah sebabnya, Elang sangat anti untuk masuk kesini.
Mereka berdua pun berinisiatif untuk duduk di paling pojok. Setelah mengelilingi satu perpustakaan. Itu juga, Elang yang memilih. Katanya, dipojok sana, tempatnya sepi. Jauh dari siswa maupun siswi. Jadi, tidak ada yang tau kalau Elang berbuat sesuatu disana.
"Lo kerjain tugas gue aja. Gue mau makan dulu. Laper," ucapnya sembari memasuki sesuap nasi dari kotak bekalnya.
Dara melotot kaget. Ia pun cepat-cepat menulis di buku kecil miliknya. "Elang, kan, di perpus nggak boleh makan atau minum."
"Bacot, lo!" Elang mendelik tajam. "Kerjain aja tugasnya, nggak ada yang ngeliat ini, kok."
Dara mendengus pasrah. Ia tidak ingin menganggu kegiatan Elang. Ia mencoba untuk fokus dengan tugasnya sebagai babu. Tapi, matanya terus-menerus melirik diam-diam ke arah kotak bekal milik Elang.
Dara sedikit tergiur dengan makanan itu. Kalau boleh jujur, ia sangat lapar. Ia ingin... makan.
"Apa liat-liat?" Dara terciduk. Ia ketahuan melirik makanan milik Elang. "Fokus aja sama tugas lo. Nggak usah liat-liat makanan gue,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Contritio
Teen FictionPada umumnya, hampir semua remaja menginginkan kisah remajanya mengenal cinta. Sama seperti Dara. Ia ingin sekali merasakan jatuh cinta. Sampai ia bertemu dengan pemuda yang paling disegani di sekolah barunya. Dara terpaksa harus menerima segala per...