00.17

32 5 3
                                    

Sebuah mobil sedan hitam melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalan raya yang terguyur hujan. Dengan lagu yang berjudul bad liar sebagai penggiring si penyetir mobil sedan. Pagi ini jalan raya terbilang cukup sepi pengendara, sehingga Elang berani untuk mengendarai dengan kecepatan tinggi.

Ya, si pengendara itu adalah Erlan Giofano Navriel—Elang. Ia baru saja mengantar sang mamah pergi arisan. Ntah apa yang merasuki sang mamah hingga mau ikut arisan seperti itu. Biasanya mamah betah di rumah, mungkin karena faktor di tinggal papah keluar kota, begitulah isi pikiran Elang.

Ketika Elang sibuk bernyanyi dengan nada sumbangnya, seorang perempuan hendak menyebrang. Namun Elang belum menyadari akan hal itu. Hingga ia menginjak pedal rem tiba-tiba saat si penyebrang tepat berada di depan mobil papahnya. Dengan reflex, ia membunyikan klakson, seketika tubuh si penyebrang itu menegang seraya memejamkan matanya rapat-rapat.

"Wah gila tuh orang, udah bosen idup kali," kesal Elang.

Elang keluar dari mobilnya dengan keadaan kesal untuk melihat apakah mobil milik ayahnya tergores atau tidak, tanpa memperdulikan sang korban yang kini tengah menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Kekesalan Elang-pun membuatnya lupa untuk mengenakan pelindung untuk menutupi tubuhnya agar tidak basah oleh hujan yang lumayan deras.

"Woi, lo kalo nyebrang jangan lari-lari dong. Ntar kalo mobil gue lecet, lo mau tanggung jaw—" namun omelan Elang terpotong saat melihat siapa yang hampir ia tabrak.

"—bisu, lo abis ngapain lari-lari sambil ujan-ujanan. Untung gue ga nabrak lo," sambungnya dengan nada tinggi. Pasalnya hujan semakin deras hingga ia berbicara dengan nada tinggi—agar terdengar oleh Dara,

siapa lagi orang yang ia panggil dengan sebutan 'bisu' selain Dara?

Dara membuka kedua telapak tangannya yang menutupi kedua matanya saat mendengar suara Elang. Elang melihat tubuh Dara yang menggigil kedinginan serta bibir yang pucat pasi. Ada sedikit rasa kasihan yang terbenak dalam diri Elang. Ntah sejak kapan ia mengasihani Dara.

Dara hampir jatuh karena menahan rasa pening di kepalanya, dengan sigap Elang menghampirinya dan menangkap tubuh Dara agar tidak jatuh. Kesadaran Dara kian menipis, samar-samar ia bisa melihat raut wajah Elang yang sedikit panik tengah menggendongnya ala bridal style dan membawanya ke dalam mobil—masih dengan keadaan hujan deras.

~o0o~

Di sisi lain, sepasang suami istri tengah duduk di sofa ruang tamu seraya menonton TV yang menayangkan film bergendre action, lebih tepatnya hanya sang suami saja yang menikmati film tersebut. Sedangkan sang istri sibuk dengan benda canggih berbentuk persegi panjang seraya menyenderkan kepalanya pada bahu suami.

"Mas, empat hari lagi Olive pulang dari Italia—"ucapnya dengan manja.

"—hm,"namun hanya gumaman saja yang lolos dari mulutnya, matanya masih fokus pada film yang kini tengah menunjukkan adegan adu jotos.

"Mas.. dengerin aku dulu dong." Rengeknya, seraya mencubit gemas pipi sang suami.

Sang suami-pun menoleh ke sang wanita pujaan hatinya dan mengusap lembut rambut panjang sang istri seraya tersenyum manis.

"Terus apa yang harus mas lakuin?"

"Yaaa.. intinya Olive kepingin tidur di kamar Dara, jadi Dara harus pindah dari kamarnya. Kalo perlu pindahin aja si bisu itu ke gudang yang banyak tikusnya itu, mas." Pinta-nya dengan senyum licik, namun senyum itu pudar, ketika sang suami tidak menyetujui permintaannya.

"Hmm.. menurut mas, mendingan Dara pindah ke kamar tamu aja,"jawabnya, seraya memeluk erat sang istri dari samping.

"Terserah! Aku ngambek aja sama mas!"

Ia melipat kedua tangannya di depan dada seraya memalingkan wajahnya dari sang suami. Sang suami-pun tersenyum dan menangkup pipi sang istri, agar menatap matanya.

"Kita jaga-jaga aja, takutnya anak itu mati, terus ga ada lagi yang jadi pembantu di rumah ini,"ia mengusap-usap pipi sang istri lembut.

"Emang kamu mau ngebersihin rumah ini?"sang itri-pun menggeleng.

Mereka—sepasang suami istri itu, ialah orang tua Dara yang tidak menganggap Dara anak kandungnya, atau lebih tepatnya anak kandung dari Erik—ayah Dara, dan anak tiri dari Aisha—ibu tiri Dara yang sangat amat membenci Dara, ntah dosa apa yang telah di perbuat oleh Dara hingga di benci oleh ibu tirinya sendiri. Padahal Dara menganggap Sinta sama seperti bunda Rayra—ibu kandung Dara.

~o0o~

Kini Dara berada di dalam kamar Elang. Sejak kejadian pingsannya Dara, Elang memutuskan untuk membawa Dara ke rumah Elang. Dara pun belum juga sadar dari pingsannya. Sudah banyak cara yang Elang lakukan untuk membangunkan Dara, mulai dari menepuk pelan pipi Dara, menyipratkan air ke wajah Dara, dan kini Elang tengah mengoleskan minyak kayu putih di pelipis Dara.

Akhirnya sang empu-pun terbangun dari pingsan-nya, ia terbangun dengan keadaan basah sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing. Elang membantu Dara untuk bersender pada kepala ranjang.

"Lo kenapa? Lo pusing? Mending lo ganti baju dulu ya? Mau gue buatin air anget buat mandi? Terus kenapa lo ujan-ujanan tadi? Kalo lo sakit, ngomong ke gue ya? Gue takut lo kenapa-napa."

~o0o~
.

.
.
.
.
.
.
Kok tiba-tiba Elang perhatian ke Dara??

Jangan-Jangan....

•815 KATA•
•VOTE AND COMMENT•
•22 FEBRUARI 2020•

•815 KATA••VOTE AND COMMENT••22 FEBRUARI 2020•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ContritioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang