"Hujan.
Satu kata yang memiliki arti ketenangan.
Dia datang membawa kesejukan dan rela jatuh tertendang.
Tapi mengapa selalu dapat hujatan?"~o0o~
Elang sedang tiduran di kasur besar miliknya. Wajar, ia anak orang kaya. Terlebih lagi, ia anak semata wayang, anak satu-satunya. Pastilah sangat dimanja oleh orangtuanya. Apa lagi, ibunya.
Belum lagi, ia juga harus menerukan perusahaan ayahnya. Karena hanya ada Elang seorang di keluarga nya. Tidak ada kakak ataupun adik. Terpaksa, ia harus meneruskan perusahaan ayahnya.
Seharusnya, Elang belajar dengan sungguh-sungguh. Bukan menjadi berandalan seperti ini. Harusnya begitu.
Bahkan, sampai saat ini, tidak ada niatan dari dalam dirinya untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Ia terlalu malas. Katanya: kerajinan amat, Mba.
Walaupun begitu, keluarga mereka harmonis. Tidak ada yang namanya, ayahnya selingkuh dengan wanita lain. Atau ibu dan ayahnya sibuk dengan pekerjaan mereka, sehingga Elang menjadi kurang kasih sayang, sebut saja: anak broken home.
Keluarga Elang bukan seperti itu. Bukan seperti cerita-cerita di sinetron, wattpad, atau novel. Jauh dari itu.
Elang menghela nafas lelah. "First kiss gue. Harusnya buat cewe gue di masa depan. Tapi malah si Bisu itu yang ngambil." Pandangannya menatap langit-langit kamarnya. Kemudian tangannya ia taruh di atas kening. Memejamkan matanya sembari tersenyum. "Nggak apa-apa, deh. Rasa penasaran gue udah ilang, karena udah nyobain rasa bibirnya. Manis banget, cuy!"
Tanpa sadar, Elang tertawa bahagia. Senang sekali rasanya. Tangannya terulur meraih handphone-nya di nakas. Lalu membuka layar tersebut, dan membuka sebuah aplikasi.
Ternyata Elang membuat insta story.
Setelah nya, Elang menaruh benda pipih tesebut di tempat semula. Kemudian ia memejamkan matanya hingga dirinya tertidur pulas.
Isi dari insta story tersebut adalah: Rasa nya manis banget! Kayak permen gulali, jadi pengin icipin lagi.
Ambigu sekali.
~o0o~
Dara masih terjaga. Ia belum merasa kantuk. Entahlah, ia juga tak tahu.
Sedari tadi, ia ingin memejamkan matanya untuk tidur, tapi tidak bisa. Di pikirannya dihantui oleh insiden tadi. Masih terlihat jelas sekali dipikirannya.
Untungnya, pas ia pulang ke rumah, neneknya sedang tertidur pulas di sofa. Mungkin karena menunggu Dara pulang dari sekolah yang tak kunjung datang hingga malam menjelang.
Dara sedikit merasa bersalah pada neneknya. Neneknya rela menunggu hingga malam menjelang demi cucunya. Sampai-sampai, Dara merutuki dirinya sendiri.
Untuk soal ciuman yang terjadi secara tidak sengaja, tidak ada yang tahu selain Dara dan Elang. Untungnya juga, di area sekolah, sudah sepi. Sudah tidak ada orang lain selain mereka berdua.
Dara menghela nafas lega.
Dara bangkit berdiri dari posisi duduknya di atas kasur, lalu berjalan menuju jendela kamar. Ia membuka kaca jendela tersebut lebar-lebar, membiarkan angina malam menyapa dirinya.
Sejuk sekali.
Dara menikmati setiap sentuhan angina malam dengan kedua mata terpejam. Munculah insiden tadi dipikirannya.
Ia berdecak sebal.
Jika ia selalu mengingat-ingat insiden itu, ia jadi kesal dan malu sendiri. Hingga kedua pipinya bersemu merah. Ini juga berdasar kesalahan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contritio
Teen FictionPada umumnya, hampir semua remaja menginginkan kisah remajanya mengenal cinta. Sama seperti Dara. Ia ingin sekali merasakan jatuh cinta. Sampai ia bertemu dengan pemuda yang paling disegani di sekolah barunya. Dara terpaksa harus menerima segala per...