Bab 3

60 20 0
                                    

Saat terbangun pagi hari, kudapati aku berada diatas kasur dengan badan yang tak bisa digerakkan sama sekali, semuanya terasa ngilu. Mungkin karena kemarin aku tidak langsung mandi sehabis kehujanan dan tidur didinginnya lantai. Aku melirik ke arah nakas, sudah ada sarapan dan bekas kompresan disana. Lalu, suara pintu yang dibuka perlahan membuatku harus berpura-pura menutup mata kembali. Kurasakan seseorang menyentuh lengan dengan lembut kemudian mengecup keningku singkat.

"semoga kamu dan ibumu bisa sembuh, do'a ayah buat kalian semua" ayah bangkit setelah mengecup keningku lagi. Aku membuka mata, kulihat ayah masih dikamarku dengan posisi menghadap ke foto kami bertiga tanpa Alca. Setelahnya ayah benar-benar pergi.

Aku merasa bosan karena terus berbaring. Kutatap lama-lama tiap penjuru kamar ini, banyak yang berubah, rasanya berbeda sekali dengan dulu. Kulangkahkan kakiku menuju jendela yang masih ditutup, udara pagi menerpa wajahku pertama kali saat benda persegi panjang itu terbuka. Suara burung melantun syahdu menambah ketenangan pagi ini. Tatapanku lurus pada sebuah rumah yang sudah lama kosong tak berpenghuni.

Bentukannya masih sama tak termakan waktu. Jika boleh aku mengatakan ini, aku sangat merindukan Adiga yang dulu, sang empunya rumah sekaligus kenangan yang selama ini malah membuatku tak ingin mengenalnya.

Adiga, laki-laki baik hati yang dengan sabarnya menemaniku mendewasa. Namun, aku sangat benci sikapnya yang tidak pernah berterus terang. Bahkan saat ia memilih pergi, aku seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku, terpaksa kegiatan bernostalgia ini harus berhenti. Dadaku berdegup dua kali lebih kencang melihat siapa yang kini tengah berdiri sembari membawa buket bunga lili yang kusuka. Bibirnya menyunggingkan senyuman yang sangat manis, membuatku ingin memeluknya saat ini juga.

Masih dengan posisi mematung, dia masuk dan berkeliling menjelajahi kamarku dan berhenti tepat di tempat aku memajang foto kami berdua sebelum dia memilih pergi.

"udah lama, ya" ucapnya mengambil foto itu.

"Cha" aku tersentak, dia menatapku dengan tatapan sendunya.

"cepet sembuh," aku mendesah, bukan ucapan itu yang kuinginkan. Penjelasanlah yang ingin aku dapatkan darinya. "gue gak sakit, lu ngapain kesini?" ucapku datar mencoba memalingkan wajah tak mau menatapnya.

"saya mau jelasin banyak hal ke kamu. Saya minta maaf, saya gak bermaksud ninggalin kamu, Cha. Saya juga gak bermaksud menutup mata dari kejadian waktu itu-"

"CUKUP!" teriakku membuatnya bungkam sebelum ia melanjutkan ucapannya. Ntah sejak kapan air mataku mengalir deras ditambah dengan suhu badan yang tak stabil membuat emosiku semakin naik.

"cukup, gue mohon. Gue gak mau denger apa-apa" Adiga mendekat lalu memeluk tubuhku dengan erat. Aku mencoba melepaskan diri tapi pelukannya semakin kencang. Lengannya mengusap lembut pucuk kepalaku.

"bodoh! Kenapa saya sekangen ini sama kamu" bisiknya tepat ditelingaku sembari melonggarkan pelukan dan menyimpan bunga lili diatas ranjang.

"maaf ya, Cha" aku tetap diam dan membiarkannya pergi dari kamarku.

Aku masih setia menatap punggungnya yang mendadak berhenti, Adiga diam dan menoleh, cepat-cepat aku palingkan wajah ke arah lain, "saya bakal terus berusaha supaya kamu percaya lagi sama saya. Saya pulang dulu, cepet sembuh, Cha" kemudian dia benar-benar menghilang ditelan pintu yang menghubungkan kamarku dengan tangga.

Aku terduduk lemas dengan tangan berpegangan pada ujung ranjang. Kurasakan detak jantung yang sangat cepat, kuciumi bunga lili itu dengan tetesan air mata, aku sangat rindu Adiga. Aku sangat rindu laki-laki yang baru saja aku abaikan, tapi ini bukan saatnya berdamai. Aku masih belum bisa sembuh dari kejadian waktu itu dan memaafkan banyak orang, termasuk aku sendiri.

Kututup lagi pintu kamar dan bersandar dibaliknya. Aku merasa baikan setiap kali melihat lili yang kini sudah tertata rapi diatas meja belajar.

Revisi pertama: Senin, 10/08/20

Menuju KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang