Jarang update, sekalinya update gak banyak. Iya itu aku😝
Jangan lupa bintang|| Selamat membaca💕Pagi hari saat aku membuka mata, kurasakan suasana dingin yang begitu menusuk, berbeda dengan biasanya. Ku tarik selimut tinggi-tinggi hingga menutupi seluruh bagian kepala dan menenggelamkan wajah dibantal. Aku memilih tidur kembali karena kepalaku sangat nyeri, suasananya juga sangat pas untuk bergulung dibawah selimut.
Ku buka sedikit mata yang baru beberapa menit terpejam ketika mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Karena suasana kamar yang gelap gulita, aku tak dapat melihat siapa yang barusan datang dan membuka pintu.
Aku hanya melihat sedikit penerangan dari lilin yang melayang kearahku. Aku menyipitkan mata ketika wajah seseorang terlihat samar karena lilin yang menyala itu. Aku memilih tetap berbaring dan tak memperdulikannya.
"Happy birthday, sayang! Aa Thala dateng nih buat jenguk" teriaknya kencang di tepi ranjang, aku bangun dan duduk sila.
"salah alamat, gue gak ultah." ucapku judes, "oh yaudah gue balik lagi" Arthala berdiri, ia membawa kembali nampan yang terdapat cake dan segelas Matcha diatasnya. "eh tunggu tunggu!" cegahku.
"apa?" tanyanya dingin
Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal, "matchanya boleh buat gue, ngga?" tanya ku malu-malu
Arthala tersenyum lebar, ia menatapku mantap. "boleh" mataku berbinar tapi beberapa detik kemudian dibuat kecewa karena Arthala lebih dulu menyeruput matcha milikku.
"nih!" tawarnya sembari menyodorkan gelas isi matcha yang hampir habis kepadaku.
Aku memberengut kesal, keningku berlipat "ogah! Tinggal separo malah dikasih ke gua, gak sopan!" sungutku padanya
Arthala tertawa dengan sangat puas, "ya kan separuh lu itu gua makanya gua kasih sisanya ke elu. Yaelah bersyukur neng, masih untung cowo ganteng ini mau berbagi sama lu" aku memutar bola mata malas, "amit-amit! Gue mending bikin Matcha sendiri daripada minum bekas lu" aku berdiri, berjalan melewatinya yang ternyata malah mengikutiku.
Aku menghentakan kaki kelantai dengan cukup keras dan berhenti sejenak, "ngapain ngikutin, sih?!" aku melipatkan kedua tanganku didepan dada. Arthala mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi ke udara khas seperti orang yang mau ditembak, tapi hanya yang kiri, karena tangan kanannya membawa nampan yang berisi cake lumayan besar. "sorry nih sorry, gue juga mau keluar. Sayangnya tuh pintu cuma ada satu, jadi kenapa ga barengan aja?" tawarnya sembari memainkan alisnya naik turun, menyebalkan! Kenapa ia terlihat tampan.
Aku memilih melanjutkan langkahku tanpa memperdulikan Arthala yang masih setia mengikutiku hingga ke dapur. Sebenarnya daritadi aku berputar-putar untuk mencari keberadaan Ezra, tapi ia tak ada dimanapun. Aku berhenti dan duduk di salah satu kursi yang disediakan di dapur, Arthala masih mengikuti dan mendudukan bokongnya dikursi yang berhadapan denganku.
Aku menatapnya malas sembari menopang dagu menggunakan tangan kanan. Ia membalas tatapan ku, tak lupa, tangan kanannya juga menopang dagunya yang panjang sama sepertiku. Rambutku yang tak dikuncir membuatnya mengenai wajahku, rasanya geli. Arthala tersenyum, perlahan ia mendekat hingga jarak wajahku dan wajahnya sangat dekat.
Jantungku berdetak dua kali lebih kencang, kenapa harus sedekat ini. Aku menelan salivaku saat ia semakin mendekatkan wajahnya hingga aku bisa mencium aroma nafasnya yang bau mint. Aku menutup mata rapat-rapat dan menyiapkan hatiku. Tidak lama, terdengar suara laki-laki yang tengah terkikik menahan tawa. Sontak aku membuka mata, kulihat Arthala tengah membekap mulutnya sendiri, matanya menyipit dan wajahnya sangat merah.
"hahaha!" teriaknya kencang sembari memegangi perut, "any*ng! Muka lu lucu banget, Cha!"
"paansi, bego!" ketusku sembari melemparkan buah apel padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/209867260-288-k493792.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Kehilangan
Teen FictionMatcha, gadis itu menghindari laki-laki yang ia ketahui berasal dari masa lalunya. Bermaksud membantu menyembuhkan, Arthala justru menguak luka lama yang belum kering. Keduanya berkaitan dengan kejadian 8 tahun lalu yang menyebabkan gadis itu harus...