2

7.5K 1K 131
                                    

Aku pernah punya rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pernah punya rumah. Dulu, rumah itu rumah paling besar dan paling indah yang kupunya. Dindingnya warna biru muda, sama dengan rumah lain di daerah itu. Mom mengganti pintunya dengan warna merah muda agar tidak sama dengan pintu rumah lain. Aku suka merah muda. Aku punya banyak baju yang berwarna merah muda. Kata Mom, itu warna yang dipakai putri-putri cantik di istana. Daddy juga suka aku pakai warna merah muda. Daddy membelikanku boneka beruang yang pakai baju merah muda, sama denganku.

Lalu, setelah aku berulang tahun ke enam, rumah itu berubah. Daddy meninggal. Ada mobil yang menabrak mobil Dad. Mom menangis berhari-hari di depan peti Dad. Aku juga. Rasanya sesak sekali memikirkan Dad yang pergi ke surga, sementara aku dan Mom tertinggal di sini. Apa nanti Dad tidak merindukan kami? Bukankah kata Dad, dia tidak akan bisa hidup tanpaku? Apa dia bisa ke surga tanpaku?

Setelah Dad pergi, Tony datang. Dia laki-laki menyebalkan. Dia menyukai Mom, tapi tidak menyukaiku. Dia menghabiskan waktu berduaan dengan Mom di kamar sampai lupa kalau aku belum makan. Aku mencari apa saja di kulkas. Saat benar-benar kelaparan, aku ingin membuat telur goreng. Aku menyalakan kompor. Api kompor itu membesar sampai membakar lap yang kupegang. Aku menjerit. Mom dan Tony buru-buru datang memadamkan api itu.

"Apa yang kamu pikirkan, Joanna?" Mom menjerit. Mom selalu menjerit saat panik. "Kamu bisa membakar rumah ini."

Aku ingin bilang kalau aku lapar, tapi aku masih ketakutan. Aku bingung harus berbuat apa. Mom terus menjeritiku, tidak memberiku waktu untuk berpikir.

Setelah memadamkan api, Tony memukul wajahku. Sakit. Kepalaku seperti diputar ke belakang. Tangan Tony keras seperti kayu. Hidungku berdarah.

Tony menyeretku ke kamar sambil marah-marah. "Kamu tidak bisa membesarkan anak seperti ini, Christy. Anak ini membawa masalah. Hampir saja dia membakar kita dan rumah ini. Kalau kamu memang tidak bisa mendidiknya, serahkam saja dia ke panti sosial. Mereka bisa melakukan sesuatu padanya."

Tony melemparku ke kamar dan melotot. "Tidak ada makan malam untukmu," lalu ia mengunci pintu dari luar.

Makan malam? Aku belum makan siang. Perutku lapar sekali.

Pelan, aku merangkak ke tempat tidur. Kupakai selimut dan kupeluk Ron, boneka beruang berbaju merah muda dari Daddy. Kubayangkan sedang ada di surga bersama Daddy. Aku makan banyak makanan dan kenyang saat bangun nanti.

Begitulah awal Tony datang dan merebut rumahku. Dia membawa Mom pergi. Mom jadi terus-menerus melupakanku. Suatu hari aku tertinggal di supermarket, sekolah, atau taman. Untungnya, aku selalu tahu jalam pulang. Aku selalu kembali dan mengetuk pintu merah muda Mommy. Biasanya, Mommy akan menangis dan minta maaf. Mommy memandikan dan memberiku makanan. Ah, Mom memang pelupa. Mereka bilang semakin tua, orang akan semakin mudah lupa. Walau aku bingung, kenapa Mom hanya ingat pada Tony?

Pada musim semi setelah ulang tahunku yang ketujuh, Mom dan Tony mengajakku naik kereta. Mereka bilang perjalanan bisa sangat lama dan jauh. Aku harus memakai jaket dan bersikap sopan. Aku melakukannya. Aku tidak marah walau Mom tidak mau menggandengku. Kata Mom, aku sudah terlalu besar untuk digandeng. Itu sangat merepotkan. Aku tidak mau merepotkan. Aku akan tunjukkan kalau aku juga bisa jadi anak baik.

Black Tailored Coat (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang