Ditinggalkan orangtua begitu saja di jalanan bukan hal yang diinginkan Joanna. Gadis kecil itu sendirian berusaha untuk tetap hidup. Dengan keberaniannya, Joanna menumpang kereta api bawah tanah hingga sampai ke New York. Sayang, musim dingin New Yo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tony menyeret Mom ke dalam rumah. Dia membanting barang dan menendangi Mom. Aku tidak tahu apa salah Mom padanya sampai dipukuli seperti itu. Apa Tony seperti anak-anak di jalanan yang suka menghajar anak lain tanpa alasan?
Aku kasihan pada Mom. Aku ingin menolong Mom, tapi aku tidak berani. Aku tahu rasanya dipukuli dan diinjak. Aku tidak mau merasakannya lagi. Tidak mau pokoknya.
Berlari ke tetangga dan minta bantuan mungkin akan lebih baik. Tapi Tony mengunci pintunya. Dia meletakkan kunci ke atas rak. Aku tidak sampai. Perlu usaha mengangkay kursi ke rak itu. Saat aku melakukannya, aku yakin Tony sudah membantingku ke lantai seperti yang dilakukannya pada Mom.
Aku berlari ke dapur. Rak di bawah wastafel selalu kosong. Mom menyiapkannya kalau-kalau ada pipa yang macet. Dulu, selalu Dad yang memperbaiki pipa. Sekarang, pipa itu berkarat dan bau. Airnya rembes sampai membuat lantau berlumut. Aku hampir terpeleset dan menabrak pintu laci dapur.
Tidak apa-apa. Setelah sembunyi dan menutup telinga, aku tidak akan mendengar apa-apa. Setelah memejamkan mata dan tidur, semua akan menghilang, sama seperti saat berada di jalanan kemarin.
Aku berhitung dan bernyanyi dalam hati untuk menghibur diri. Kubayangkan aku berada di Neville Tower bersama Dave dan Glacie. Di dalam bayanganku Archie dan Claire datang membawakanku mainan dan es krim lagi. Rasa es krim aneh itu enak sekali. Untuk saat ini, rasa es krim itu cukup untuk menutupi hidupku yang juga superaneh. Eh... jangan ingat-ingat hidupku lagi. Ingat-ingat hal lain saja, hal lain yang lebih indah, seperti mengejek Dave yang bernyanyi atau mendengarkan Glacie mengomel dengan bahasa yang tidak kumengerti. Dave tersenyum pada Glacie atas omelannya. Lalu, mereka berciuman. Biasanya, Dave menyuruhku masuk kamar atau menonton TV kalau sudah mencium istrinya.
"Naikkan volume TV sampai telingamu sakit," kata Dave saat melempar remot padaku.
"Tidak ada yang marah?" tanyaku bingung.
"Lakukan sesukamu," katanya sambil menggendong Glacie ke kamar.
Aku senang melakukan apa pun sesukaku. Di sana aku punya banyak kesukaan. Aku suka melompat di sofa, menonton kartun dengan suara TV maksimal, menjilati sisa adonan kue di sendok, makan french toast buatan Dave, makan daging pedas buatan Glacie, menggosok gigi, bahkan aku suka semua kucing mereka. Di sana tidak ada ketakutan dan kesedihan. Itulah kenapa mereka tinggal di puncak gedung. Itu surga.
"Di sini kau rupanya."
Aku terkejut. Tony membuka pintu tempatku sembunyi. Dia menarik kakiku, nggak peduli bagaimana aku menjerit. Dia terus menarik kakiku keluar dapur.
"Selama ini kamu bersama orang itu? Apa yang dilakukannya padamu, hah? Dia memberimu sesuatu? Dia menyenangkanmu? Bagaimana rasanya berada di keluarga kaya, Jalang? Saat kami di sini kesulitan, kamu bersenang-senang di New York? Sialan. Anak sialan. Perempuan sundal sialan."
Tony melewat Mom yang menjerit. Wajah Mom babak belur. Bahunya yang terbuka biru. Mom cuma memakai baju dalam yang koyak berlari mengejarku dan Tony.