LELAKI MISTERIUS

165 33 2
                                    

"Baby, It's Cold Outside by Michael Buble," ujarku di punggung Val. Tanganku bergerak-gerak dalam kantung celana, memberontak keluar untuk merangkulnya.

"Hah?" Valerie memutar tumit, keningnya berkerut dengan tanya.

Kupaksakan seulas senyum, padahal lututku gemetar. Sesuatu yang baru kurasakan pada seorang gadis yang sudah kukenal lama. "Itu soundtrack yang terputar di otakku sekarang."

Wajah Val yang berdiri di sampingku merona, kemudian senyumnya terkembang. Melihat itu, kurasa jantungku baru saja melewatkan detaknya. "Apa yang kaulakukan di sini, Ter? Kamu sudah dapat buketnya?"

"Kalau kamu menginginkan buket pengantin itu, aku tidak keberatan untuk naik ke atas panggung dan memintanya langsung ke Linda." Lagi-lagi jantungku melewatkan detaknya ketika bibir ranum berulas pewarna nude itu tertawa.

"Gadis-gadis itu pastinya sedang mencarimu, Ter."

"Kalau begitu, kabar buruk untuk mereka. Aku ingin berada di sini, menatap ...." Menatap apa? Kuedarkan pandangan ke sekeliling sebelum menjawab, tapi tak ada apapun yang bisa dilihat di sini kecuali--, "menatap petugas valet ganteng itu, bersamamu."

Sekarang dia tertawa terbahak-bahak. Seringaiku ikut terkembang, melebar dari kuping kiri ke kuping kanan. Rasanya senang bisa membuat Val tertawa.

"Sejak kapan kamu jadi lucu begitu?" tanya Val, wajahnya yang berpendar cahaya membuatku yakin bahwa dia pasti malaikat yang sedang tersasar.

Gerimis turun disertai angin sepoi-sepoi. Ini bukan kebiasaanku, tapi refleks aku melepaskan jas dan menyampirkannya ke bahu Val yang tidak tertutup, melindunginya dari dingin. Tatapan lembut Val membuatku salah tingkah. Aku tidak sanggup menatapnya sekarang, Val pasti dapat melihat jelas seluruh perasaanku saat ini, dan itu menakutkan. Kepalaku menengadah, fokus menghitung laron yang beterbangan mengelilingi lampu gantung.

Padahal aku berniat untuk menyatakan perasaanku pada Val sekarang, sebelum aku pergi. Namun rasanya keberanianku menguap ketika berada di dekatnya. Aku belum memikirkan, bagaimana jika Val menolakku? Bagaimana jika dia masih menginginkan lelaki misterius itu? Aku tidak ingin bertindak gegabah dan hanya ingin semuanya berjalan dengan benar. Aku tidak mau bertindak konyol lagi dan menyakiti perasaannya. Suara Jaya yang mengataiku pengecut bergema dalam otak.

Sentuhan lembut pada rambut membuatku menoleh ke arah Val dan bertanya-tanya, apa sedang dilakukannya? Membetulkan rambutku yang kusut?

"Kamu terlihat depresi," katanya tanpa menatapku.

Dan kamu terlihat super cantik, batinku. Kutangkap jemari yang sibuk membenahi rambut kusutku dan menggenggamnya. Tidak seperti biasa, Val menarik tangannya dan menyembunyikan dalam saku jas. Gantian dia yang menengadah, apakah Val mengikuti jejakku menghitung laron di atas sana?

Aku dapat merasakan kegelisahannya, entah apa yang ditakuti Val. Apakah sentuhanku barusan menjalarkan listrik ke tulang punggungnya, seperti sentuhannya padaku? Rasanya aku ingin menarik pundak ramping itu dan menghadapkan wajahnya padaku agar aku dapat melihat, apakah perasaannya saat ini sama denganku?

Tiba-tiba Val menegakkan tubuh, tatapannya turun bersamaan dengan tangannya yang keluar dari saku jas. Dengan cepat dia menengadah dan bertanya, "Kamu ... dia?"

"Dia?" tanyaku heran.

"Dia!" Valerie menyodorkan dasi kupu-kupu berwarna emas yang diambilnya dari dalam saku jas.

Aku terkekeh. "Ah, dasi yang konyol, bukan? Dari 1001 warna yang ada di dunia, aku tidak mengerti mengapa kakak membuat dasi berwarna emas. Sangking konyolnya, kuputuskan untuk membuang benda itu, tapi aku lupa."

KEPOMPONG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang