J'8

3.9K 466 28
                                    

Ten merasa dirinya mudah lelah belakang ini, pulang malam jadwal meeting yang sangat padat belum lagi berkas yang harus dirinya cek sebelum diserahkan pada Jhonny. Sebenarnya setelah menikah dengan suaminyaㅡJhonny sudah meminta dirinya untuk berhenti bekerja. Tapi ini Ten, pergi dari tempat asalnya ke negara orang sudah membuatnya terbiasa untuk bekerja keras. Apalagi awal-awal dirinya di Korea. Sendiri tidak punya kenalan atau teman sama sekali membuatnya seperti anak kecil yang hilang di tengah keramaian. Sedih sekali.

Ten ingat dirinya ditolong oleh adik tingkat nya sewaktu kuliah dulu saat awal-awal di Korea. Ten tidak ingat sebenarnya oleh adik tingkat nya itu, adik tingkat nya bercerita, jika dulu Ten penanggung jawab kelompok nya saat OSPEK dan Ten tetap saja tak ingat tentang adik tingkat nya itu.

Meeting selama 6 jam nonstop dan lembur terus menerus cukup membuat tubuhnya tumbang dan berakhir berbaring dikamar. Ten lelah bahkan hanya berbaring saja dirinya sudah merasa pegal, dirinya ingin melakukan sesuatu tapi badan merasa pegal.

"Manja sekali tubuhku.."

.

"Pagi tuan, ingin sarapan? biar saya buatkan.."

"Eh bibi.. gausah biar saya sendiri. Bibi abis dari mana?" Ten sedikit terkejut dengan kedatangan bibi Kim.

"Buah untuk tuan muda Jeno," Bibi Kim menaruh nampan yang tadi dibawa dan membersihkan sia-sia buah yang belum bersih, "saya bantu ya, tuan duduk aja kan baru mendingan.." Lanjut nya

Ten mengalah dah memilih duduk di meja pantry, "Ah, iya makasih ya bi."

Ten melihat bibi Kim dari belakang, melihat tubuh itu yang tidak lagi mudah namun tetap cekatan dalam bekerja. Bibi Kim mulai bekerja seminggu setelah Doyoung pergi, Tapi bibi Kim bisa dekat Jeno walau tidak sedekat Doyoung tidak seperti dirinya. 2 tahun menikah dengan Jhonny membuat Jeno juga menjadi tanggung jawab dirinya juga tapi sampai saat ini Ten jarang sekali berbicara atau berdekatan dengan adik ipar nya yang satu itu, hanya dengan Jaehyun atau Doyoung saja Ten bisa berdekatan dengan Jeno.

Jujur Ten tidak pernah mempermasalahkan kekurangan Jeno. Ten menyayangi Jeno lebih dari Ten menyayangi adik ipar nya yang lain. Bukan karena iba atau apapun, Ten jatuh cinta dengan senyum adik iparnya itu cantik sekali..

Ten pertama melihat Jeno tersenyum saat bersama Jaehyun walau itu tidak sengaja dan sekilas tapi mampu membuat Ten seolah olah ingin memberi dunia untuk menjadi alasan Jeno tersenyum.

Mereka akan rugi jika tidak pernah melihat senyum secantik itu

"Bibi Kim..."

"Jeno... itu seperti apa? aku 2 tahun disini, satu atap dengan nya bertemu hampir setiap hari tapi tidak pernah dekat dengan nya." Ten kehabisan cara untuk mendekatkan diri ke adik ipar nya yang satu itu, bahkan untuk menyapa saja Ten seolah langsung bisu mendadak.

Bibi Kim tersenyum tipis melihat majikannya seakan menyerah pada hidup.

"Tuan muda itu sangat sensitive pada apapun disekitar nya. Walau terlihat sibuk dengan dunianya tapi tetap dia bisa merasakan apa yang disekitarnya. Terlepas tuan muda anak yang sensitive dia anak yang cukup ceria.. " Bibi Kim mulai bercerita walau tangannya sibuk dengan masakan yang dia buat.

"Tuan muda Jeno banyak berubah setelah kepergian Tuan dan Nyonya Jung. Banyak yang mengira tuan muda berubah karena sedih dan kehilangan... namun nyata nyaㅡ"

"Ba... nyak?"

"Iya banyak, dulu di Mansion utama banyak maid yang bekerja.. Ah ini dimakan tuan, selagi hangat" Bibi Kim menata makanan yang tadi dia buat dimeja pantry.

"Makasih bi.."

"Setelah kepergian Tuan dan Nyonya Jung, tuan Jhonny memutuskan untuk pindah dari mansion utama ke mansion ini. Mungkin maksudnya tuan Jhonny agar adik-adiknya tidak larut pada kepergian Tuan dan Nyonya Jung"

Ten tertegun. Tuan Nyonya Jung meninggal jauh sebelum Ten merantau ke Korea. Ten tidak tau banyak tentang mertua nya. Namun yang dia tau orang tua suaminya itu meninggal saat Jhonny masih kecil.

.

"Jenjen..."

"Iyaah.."

AH! Sungguh Ten ingin berteriak kencang saat mendengar jawaban dari adik ipar nya itu, walau sangat pelan tetap mampu membuat Ten senang.

Jangan ragu. Jangan ragu. Jangan ragu. Itu yang sedari tadi Ten rapalkan dalam pikirannya.

"Tuan tidak boleh ragu atau takut saat berdekatan dengan tuan muda, karena saat tuan ragu, tuan muda dapat merasakannya dan dia akan memilih menjauh nantinya."

Ten menyesal saat mendengar saran dari bibi Kim. Selama ini Ten terlalu takut untuk mendekat pada Jeno karena Ten orang baru dan takut membuat Jeno tidak nyaman akan kehadiran nya.

"Jenjen... sedang apa?" bodoh. Ten meringis, dirinya terlalu bingung untuk mendapatkan perhatian dari Jeno.

"Bu.... ah. Jenjen kan buah (makan buah), "

Ten gemas. Jeno hanya menunjukkan mangkuk kecil yang berisi buah-buahanㅡyang tadi bibi Kim buat, Jeno hanya duduk diam dan menunduk sesekali menggerakkan kepalanya.

"ma...u?" tanya Jeno malu-malu, dia hanya menyodorkan mangkuk kecilnya berisi beberapa potong buah ke Ten yang ada di hadapan nya.

"Tidak, aku sudah makan. Jadi sudah kenyang," Tolak Ten halus. "Untuk Jenjen saja, agar cepat tumbuh besar.."

Ten hanya diam saat Jeno menarik tangannya kembali dan memakan dengan malu-malu.

"Tuan muda,"

"Jenjen.." cicitnya kecil

Ten balas tersenyum saat bibi Kim menyapa nya dengan senyum dan sedikit membungkukan badannya.

"Ah, iya. Jenjen. Ayo kita tidur.." Bujuk Bibi Kim hanya dibalas anggukan pelan, Jeno berjalan perlahan ke arah bibi Kim dan bersembunyi dibelakang nya. "Ayoo, bibi.." Jeno menarik kecil bibi Kim.

"Pamit dulu.." Bibi Kim memberi pengertian pada Jeno.

"Hnggg"

"Sudah tidak apㅡ"

"Dadaah.... Ten.."

TBC

JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang