J'7

3.8K 463 6
                                    





Jaemin saat ini sedang sibuk dengan tugas sekolahnya. Jam dinding kamar berbunyi dua kali menandakan sudah pukul 2 dini hari, sebenarnya tugasnya itu mudah. Coba aja Jisung tidak mengajak mabar game online Jaemin kan tidak khilaf jadinya.

Hanjis sialan.

Jaemin menghela nafasnya menidurkan tubuh nya dikasur. Jaemin lapar bermain game cukup menghabiskan tenaganya untuk mengumpat kepada Jisung.
Jaemin mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar nya dan berhenti pada satu objek.

Itu foto dirinya dan kembarannya.

Jung Jeno.

Satu namanya yang tidak asing dalam hidup Jaemin. Jaemin tidak tau banyak tentang kembaran nya itu, Jaemin sendiri tidak mengerti kenapa dia dan Jeno tidak sama layaknya anak kembar lainnya yang suka bersama berbagi hal apapun mempunyai barang-barang yang sama atau bertengkar karena tidak mau barang nya sama atau tidak suka dikembarkan. Mereka itu berbeda Jeno dan Jaemin itu jauh ada jarak yang memisahkan mereka yang bahkan mereka sendiri itu tidak satu.

Apa karena Jeno itu berbeda dengan dirinya dan saudara lainnya? Entahlah Jaemin tidak mengerti.

Orang bilang anak kembar punya ikatan yang kuat. Mereka bisa merasakan satu sama lainnya. Tapi, kenapa Jaemin tidak merasakan apa yang Jeno rasakan?

Jaemin sejujurnya itu iri dengan Hanjis dan Felix. Mereka itu kembar sama seperti dirinya dan Jeno. Jaemin ingin bertengkar dengan Jeno seperti Hanjis dan Felix bertengkar setiap harinya. Ingin merasakan seberapa paniknya Hanjis saat Felix diberitau masuk UKS karena pingsan padahal Felix hanya berpura-pura agar tidak ikut ujian, tapi Jaemin bisa lihat bagaimana panik nya Hanjis saat itu.

Hah! Hanjis sialan.

Jaemin menghela nafas nya lalu bangkit dari tempat tidurnya melangkah keluar, "Didapur ada apa ya?" monolognya.

Jaemin berjalan diam ditengah gelapnya rumah tidak takut yaa... karena Jaemin suka lapar malam hari.

Jaemin menghela nafas lagi. "Cuma roti?" Tak mau menyerah Jaemin mencari sampai sudut pantry.

"Apa Ten hyung lupa belanja bulanan?" sesekali Jaemin mengusap perutnya yang dari tadi bunyi.

Tak.

Jaemin sedang mengunyah roti hampir tersedak melihat kembarannya menutup pintu dengan pelan lalu jalan mengendap-ngendap,
"Jeno?" Panggilnya.

Jaemin bisa lihat tubuh itu menegang sesaat dirinya memanggil nama sipelaku.

"Jemㅡ"

"Jaemin." Tukas Jaemin cepat.

Jaemin menyerit menaikkan salah satu alis nya menandakan dia bingung. Jaemin melangkah mendekati Jeno yang masih diam di dekat pintu samping kolam renang? pagi-pagi buta? untuk apa? Jeno tidak habisㅡ berenang kan?

Jaemin memperhatikan kembaran nya itu, tidak memakai jubah tidurnya, sendal atau tidak jaket untuk menghangatkan diri. Jaemin yakin diluar dingin.

"Eodiseo wass-eoyo? (Habis dari mana?)" Tanya Jaemin tajam.

"Eodiseo wass-eoyo?" Tanya jaemin lagi

"Jeno!" Tak tahan karena tidak mendapat jawaban Jaemin menarik salah satu tangan Jeno agar berbalik menghadap dirinya.

Pucat dan dingin.

Itu yang Jaemin lihat dari wajah Jeno dan tangan yang baru saja Jaemin tarik tadi.

Baru saja tangan Jaemin ingin menyentuh wajah Jeno tapi empunya menghindar memberi jarak diantara keduanya.

Apa yang dipikirkan kembarannya itu? Kenapa Jeno ada diluar saat jam jam seperti ini.

Jeno itu tidak kuat dingin Jaemin tau itu. Tapi ini?
Jaemin tidak tau apa yang dipikirkan orang yang ada dihadapannya ini.

"Jeno!"

"Jenjen! Jeno anida!! (Jenjen! bukan Jeno!!)" sentak Jeno membuat Jaemin terkejut tindakan Jeno.

TBC

JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang