Chapter II

26K 3.6K 112
                                    

Sorry for typo...

Sorry for typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Seorang wanita setengah baya berteriak mencari-cari keberadaan putra bungsunya, seluruh mansion sudah ia kelilingi, namun tak jua kunjung menemukan sang putra bungsu. Berhari-hari ia menunggu kepulangannya dan berharap dalam doa agar putra bungsunya kembali pulang dengan selamat.

"Apa kau menemukan Jeno, Mark?" Mark menggeleng pelan. Ibunya pasti begitu mengkhawatirkan sang adik yang entah kemana hilangnya. Bau darahnya berakhir di sebuah rumah. Harusnya mereka dapat melacaknya, namun entah kenapa bau darah yang bercampur dengan seseorang itu tiba-tiba menghilang begitu saja.

"Aku sudah mencoba meminta mereka mencarinya, hyung. Bagaimana dengan Taeyong hyung? Apakah keadaannya baik-baik saja?" Sosok dihadapan Mark menggeleng pelan, Mark yakin bahwa kakak sulungnya itu pasti belum sadar sama sekali semenjak penyerangan terhadap keduanya yang sedang pergi ke pinggir tebing untuk menikmati keindahan angin sore.

"Seharusnya waktu itu aku mengikuti mereka berdua." Mark menghela nafas berat sedangkan sosok di hadapannya menepuk pundak Mark pelan. Memperlihatkan senyuman tipis meski ia benar-benar marah dengan keadaan yang terjadi pada pasangannya. Taeyong harus kehilangan bayi yang di kandungnya, dan ayah mana yang tak akan marah karena nyawa buah hatinya yang belum lahir direnggut secara paksa.

"Jaehyun hyung, sebaiknya kau istrihat dulu." Mark memberitahunya. Ia tahu jika Jaehyun pasti tidak tidur selama beberapa hari karena memikirkan kondisi Taeyong yang sedang tidak dalam keadaan baik. Perutnya robek parah dan janin yang di kandungnya sudah dapat dipastikan mati.

Mark masih mengingat darah berhamburan di sekitar tubuh Taeyong, bahkan ada seperti seretan jejak darah mengarah ke arah pinggir jurang sekitar dua ratus meter di sebelah tebing dekat perkampungan.

Darah Taeyong dan Jeno bercampur jadi satu, menggenang di bawah tubuh Taeyong sedang sisa seretan darah Mark yakini mengarah ke Jeno. Ia tak bisa bayangkan seperti apa tubuh adiknya yang tercabik-cabik.

Mark mengikuti kearah jejak darah dan berhenti di ujung jejak yang terlihat berada di pinggir jurang. Apa mungkin adiknya di lempar ke dalam jurang? Tapi bau samar Jeno bercampur dengan seseorang dan mengarah ke perkampungan warga.

Akhirnya Mark mengikuti bau yang masih dapat tercium, dan mendapati sebuah rumah di ujung perkampungan. Namun ia tak menemukan Jeno disana, bahkan bau orang terakhir yang bersama Jeno menghilang begitu saja. Jadi ia kehilangan jejak?



 Jadi ia kehilangan jejak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Native [Nomin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang