Chapter XV

11.3K 1.8K 33
                                    

..




Jaemin menghela nafas, ia menarik tangan Haechan untuk melangkah lebih cepat ke sebuh pohon besar yang rindang. Bawah pohon yang teduh dengan daun super lebat, beberapa batang akar besar menyembul dari dalam tanah. Daun nampak begerak mengikuti arah angin, keduanya duduk dengan nyaman. Bersandar sembari membenarkan punggung yang kelelahan, kaki berselonjor lurus melepas penat. "Aku lupa hutan ini benar-benar dalam." Jaemin bergumam, Haechan menatapnya malas. Baru sadar rupanya anak ini.

Beberapa helaian daun jatuh tepat keatas wajah Jaemin, matanya yang semula menutup kini terbuka perlahan. Sejuk yang ia rasakan di bawah keteduhan rindang daun lebat di atasnya membawakan rasa kantuk, seolah alam mimpi membuka gerbang selebar-lebarnya untuk menyambutnya.

"Entah kenapa, hutan bagian kiriku terasa begitu gelap. Setahuku ini masih jam dua siang." Haechan sesekali melirik kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, memastikan bahwa siang masihlah waktu saat ini. Mereka tidak akan mampu bertahan di malam hari di tengah kedalaman hutan lebat itu. Suasana mencekam akan sangat terasa kala matahari sudah setengah tenggelam. Itu pernah ia rasakan ketika Haechan kala itu mengikuti Mark keluar gerbang belakang dan berakhir dirinya yang ketakutan dan Mark yang sadar akan kehadirannya, mengantarkannya ke kamarnya di mansion Lee.

"Kau benar." Jaemin menegakkan badannya dengan cepat, kepalanya menoleh ke arah kiri Haechan. Yang di katakan Haechan beberapa saat lalu tidaklah salah. Suasana di sana nampak begitu gelap, seolah ada perbatasan siang dan malam di satu tempat.

"Kita harus segera pergi dari sini." Jaemin dan Haechan segera bangkit, menyudahi acara istirahat mereka sampai suara geraman rendah binatang buas berdengung di kedua telinga mereka. Haechan bergidik, sedangkan Jaemin memasang badan tepat di depan Haechan. Suara semakin terdengar mendekat dari arah depan. Haechan berharap dalam hati jika sesuatu yang muncul adalah kemungkinan terburuk, ia berharap akan ada hal yang baik menghampiri mereka untuk segera pergi dari situasi ini. Sedangkan Jaemin memastikan bahwa hanya dari satu arah saja geraman rendah bernada dalam itu datang.

Beberapa saat kemudian seekor serigala hutan muncul dari arah depan, Jaemin terkejut bukan main. Bukan hanya ada satu, tapi ada puluhan dengan sosok serigala besar yang Jaemin tebak pastilah werewolf, bulunya berwarna kehitaman.

"Siapa kau?!" Jaemin berseru tegas, ia harus memastikan Haechan aman di belakang sementara ia juga memastikan bahwa serigala yang paling besar adalah werewolf.

"Siapa kau?!" Jaemin berseru tegas, ia harus memastikan Haechan aman di belakang sementara ia juga memastikan bahwa serigala yang paling besar adalah werewolf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lean, pemuda yang sering mengikuti wanita bawahan pria tua yang bernama Rin beberapa kali menolak agar Rin tidak menjalankan rencana bodohnya. Menyerang Carl secara langsung adalah sebuah kesalahan besar, bisa-bisa wanita itu mati dengan konyol di tangan sesama bawahan pria tua dan menurut Lean itu bukanlah jalan kematian yang patut di apresiasi ataupun di banggakan. Rin sempat mencaci prinsip menyebalkannya, tapi Lean tidak peduli dan masih mengikuti Rin hingga ke hutan perbatasan dan sengaja memasuki kawasan yang paling dekat dengan perbatasan keluarga Lee.

Native [Nomin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang