Chapter XIX

11.1K 1.7K 72
                                    

15 Mei 2020

..

Kekacauan di setiap sudut. Darah mengering di atas bata, tanah, dan juga lantai. Keramik yang berserakan. Pecahan kaca berkilauan di seluas area mansion. Menjadi pemandangan paling kacau yang Haechan lihat saat itu.

Mark ambruk kelelahan, hampir meregang nyawa di tangan seorang kakek tua. Sehun sudah pingsan karena tenaganya mencapai batas.

Ada Jaehyun yang ia lihat sama saja seperti Mark. Ketiga orang itu melawan si kakek tua dengan sekuat tenaga. Hampir berkorban nyawa dan semua itu rasanya akan menjadi kepuasan tersendiri karena mereka telah menang.

Di atas sana, Haechan dapat melihat Jaemin pingsan. Tubuhnya di peluk oleh Jeno. Lalu tak jauh darinya, pemuda yang mengaku sebagai seorang anak pemimpin Hwang memeluk jasad sang ayah. Yang meninggal dengan tragis di tangan orang kepercayaannya sendiri.

Lagiㅡ Haechan melihat sekelilingnya. Semua terlihat kacau, beberapa tubuh bergelimpangan tak bernyawa. Pecahan kaca dan keramik jadi penghias tanah maupun lantai.

Orang-orang yang bersembunyi mulai keluar satu-persatu. Beruntungㅡ sebagian dari mereka lekas mengamankan diri.

Kemungkinan terburuk jika mereka lambat sedikit sajaㅡ nyawa yang akan menjadi taruhannya.

Dua hari setelahnya.

Haechan mendapat kabar, jika Hwang Hyunjin telah menyelesaikan proses pemakaman sang ayah dan menjadi sang alpha yang baru di wilayahnya. Teman lama Jenoㅡ Lean, bersedia menjadi tangan kanannya.

Tahanan-tahanan di bebaskan. Apa yang telah di perbuat oleh Hudson dengan perlahan di perbaiki oleh Hyunjin. Pemuda itu mencari kepercayaan orang lain dengan cara yang lebih adil.

Ia tidak ingin menggunakan trik kasar dan meracuni pikiran orang lain. Bahkan hari ini, Haechan dengar bahwa ia bertandang ke kediaman Lee untuk menyelesaikan perjanjian perdamaian yang tidak pernah terlaksana sama sekali.

Laluㅡ hari berikutnya datang. Jaemin masih belum sadarkan diri. Tenaganya terkuras habis dalam jumlah yang melebihi batasan manusia.

Jika seandainya ia bukan anak dari seorang werewolf dan manusia. Kemungkinan Jaemin akan mati karena tenaganya terkuras habis, belum lagi ia memaksakan tubuhnya yang terluka dan kakinya yang sedang terkilir untuk tetap memaksakan diri.

Haechan berharap agar sahabatnya itu lekas sadar. Haechan ingin memberitahunya bahwa Jaemin tidak perlu lagi menaruh dendam. Orang yang telah membunuh ayahnyaㅡ telah mati di tangannya sendiri.

"Kau melamun?"

Haechan terekejut. Seseorang di belakangnya bertanya tiba-tiba. Tapi ia kenal betul jika itu adalah suara Mark.

"Tidakㅡ" Haechan menggeleng.

"Aku hanya menunggu Jaemin cepat sadar, hyung."

Haechan menoleh. Tersenyum seperti biasa dan kemudian kembali menatap Jaemin sebelum Mark kembali memanggilnya.

"Kau belum sarapan."

Aku hampir lupa.

Haechan tersenyum. Kemudian Mark mengajaknya pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama.

Entahlah, akhir-akhir ini ia merasa nyaman berada di dekat Mark. Karena mungkin pria muda itu selalu berada dekat dengannya ketika ia berada dalam kesulitan tempo hari.

 Karena mungkin pria muda itu selalu berada dekat dengannya ketika ia berada dalam kesulitan tempo hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Native [Nomin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang