Chapter IX

16.1K 2.7K 366
                                    

Sorry for typo... warning! gaya penulisan yang berubah-ubah.





..




"Dia sekarat." Wajahnya tenang, suara dengan nada santai lolos dari kedua belah bibirnya. Jaemin tersenyum polos. Pria tua berdecih memperhatikan Jaemin.  Tawa jenaka meledak kemudian, cakarnya terangkat. "Wah! Kau hebat juga anak muda." Pujian ia lempar untuk Jaemin, berhasil menahan amarah namun memamg rasa sedikit jengkel masih berbekas.  Jaemin tertawa di depan sana, Lee Jeno di belakangnya masih terdiam dengan pandangan sedikit buram dan kepala yang berdenyut sakit.

Mark mendekat, menarik diri mundur dengan luka robek di sekujur punggung namun tak terlalu dalam. Haechan reflek menatap ngeri namun juga kasihan, mantelnya di taruh di pundak Mark agar pemuda itu tak kedinginan. "Semoga lukamu cepat sembuh." Suara Haechan. Mark memerah malu di sekujur pipi. Rona yang  terlihat lumayan jelas dengan senyum lembut Haechan sebagai balasannya.

Sehun juga mundur, melompat dari ketinggian dahan turun ke bawah.   Bertransformasi menjadi wujud manusia, kemudian menghampiri Mark menanyakan lukanya. Ia sendiri juga menderita luka di bagian pundak, dada bahkan punggung.  Carl? Tidak jauh berbeda dengan Sehun. "Menyerahlah, kalian sudah terluka seperti itu." Pria tua masih merayu, tawaran yang membuat Jaemin jengkel setengah mati. Bola mata berputar malas, Jaemin berdecih nyaring.

"Kau lancang!" Carl menggeram ke arah Jaemin, melemparkan ancaman lewat tatapan mata tajamnya. Namun Jaemin seolah tak peduli, ia mengabaikannya. "Aku harus memberi sebuah pelajaran kecil untuk kau pelajari  anak muda." Pria tua berjalan mendekat, bertransformasi menjadi werewolf dengan Carl menyusul di belakang. Jeno kembali pingsan saat itu juga karena kepalanya semakin sakit dan nyeri tak tertahankan menambah buruk sakitnya.

Mark berdiri  begitupula dengan Sehun, mantel Haechan di lepas dan  di sampirkan di pundak Haechan. Pemuda manis berkulit tan duduk bersimpuh melindungi Jeno. "Kau mau kemana Jaemin?" Jaemin berdiri tanpa kekuatan, bersiap berlari masuk dalam pertempuran satu lawan satu. Menjadi support bukanlah masalah yang sulit menurutnya.

"Sebentar Haechan, aku ingin bermain game dulu." Jaemin  berlari ke depan sedangkan Haechan merutuk dalam hati. Teman yang gila, dia pikir itu semua hanya permainan apa?


Mark merunduk ketika pria tua melompat dengan cakar mengayun cepat  ke depan. Ia berhasil lolos setelah merunduk, namun sebaris cakaran memanjang tak bisa ia hindari untuk menggores punggungnya lagi. Sedangkan Sehun terdorong dengan ayunan cakar kokoh yang lebih besar. Jaemin datang tak terduga di belakangnya, ketika Carl akan menghunuskan satu cakar yang memanjang bagai ujung pedang.

Sebuah tendangan telak mengayun memukul mundur kepala Carl, tubuhnya terpental dan Jaemin berdiri tegak di depan Sehun. Mata Sehun terbelalak, memandang punggung itu mengingatkannya akan sebuah moment yang sudah lama.

"Kau ingin belajar menjadi seorang fighter? Woah." Pria usia kepala  tiga itu tersenyum sumringah, antusiasme tertuju untuk si kecil Oh.

"Ya paman Na, apa boleh?" Pria itu tertawa saat dirinya di panggil paman, kemudian mengangguk antusias.

Dan setiap hari berlalu dengan latihan-latihan dasar untuk menjadi seorang fighter. Dalam pack, mereka memerluka beberapa fighter atau squad fighter  untuk berjaga.

"Dia siapa paman Na?" Hari berikutnya si kecil Oh datang untuk berlatih, namun ia menemukan seorang wanita berparas asing yang sangat cantik. Pipi si kecil Oh memerah malu kala wanita itu membelai  pipinya.

"Dia adalah Charlotte Scarlet, calon istriku. Oh ya dan ini Oh Sehun, katanya adalah anak muridku. Ahahaha." Pria bermarga Na itu tertawa jenaka  dengan senyum Charlotte dan wajah cemberut Sehun sore itu.

Native [Nomin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang