Chapter XXI - Untaken

10.4K 1.6K 68
                                    

30 Mei 2020

..

Lee Haechan, dulu ia hanya seorang pemuda biasa yang hidup dengan segala kesederhanaan bersama keluarganya. Kemudian, satu persatu dari anggota keluarganya pergi meninggalkan dirinya seorang diri.

Dari kakek, nenek hingga sang ibu. Meski begituㅡ ayahnya tetap merawatnya dengan baik. Hingga saat itu tiba, dimana sang ayah tidak menepati janjinya untuk tiba tepat waktu di saat ulang tahun sang ayah.

Haechan menunggunya dengan nasi, lauk dan juga kimchi yang telah kering di atas meja. Kado baju sweater yang ia dapatkan dengan susah payah menggunakan uang hasil tabungannya masih terbungkus rapi.

Hingga semingguㅡ Haechan masih menunggu tanpa makan dan minum. Karena ia yakin bahwa ayahnya akan kembali, tapi sayangㅡ di saat ia terjatuh karena kondisinya yang drop akibat kekeras kepalaannya. Saat itu juga mimpi buruk itu menghampirinya.

"Ayahku meninggal tepat di hari ulang tahunnya. Kemudian beliau di temukan sudah tak bernyawa, tidak ada tanda-tanda bekas pembunuhan."

Mark menutup mata, hatinya terasa sakit ketika mendengar ucapan Haechan.

"Aku mengalami depresi yang cukup berat. Tubuhku kurus bagai tulang dan tidak terurus. Akhirnya orang-orang membawaku ke panti asuhan dan di sanaㅡ aku mulai menemukan apa artinya kehidupan. Kupikir hanya aku sendirian yang mengalami hal itu, tapi banyak di antara mereka juga bernasib sama denganku."

Mark mengusap pundak Haechan. Ia merasa sedih sekaligus bangga karena Haechan berhasil bangkit.

Hahaha

Mark menoleh ketika suara tawa Haechan terdengar.

"Beruntung aku bertemu teman seperti Jaemin."

Hmm

Dan Mark mengulas senyum manis terbaiknya. Kemudian menarik Haechan ke dalam pelukannya dan mengecup puncak kepalanya tanpa sepatah kata.

Ia hanya ingin menunjukkan pada Haechan bahwa ia ada di sisinya. Ia ada di sana untuk Haechan.

Mark yakin, takdir membawakannya orang yang tepat untuk menjadi cinta pertamanya. Orang yang berhak memiliki sepenuh hatinya dan menggenggam erat dirinya. Mark berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia sanggup berikan. Ia juga berjanji, tak akan meninggalkan Haechan dan berusaha agar mereka tetap bersama hingga ajal memisahkan keduanya.

"Aku beruntung karena bertemu denganmu."

BLUSH~

Pipi Haechan memerah, dan kedua tangannya terangkat untuk membalas pelukan Mark.

"Aku berjanji akan selalu berada di sisimu, sampai kapanpun."

Hmm

"Terima kasih," ucap Haechan dengan tulus. Kedua tangannya melingkar dengan erat di tubuh Mark dan setetes air mata meleleh membasahi pipinya.

"Terima kasih," ucapnya sekali lagi.

Mark tersenyum. Tangannya bergerak untuk mengusap kepala Haechan.

"Jangan menangis." Mark kemudian menepuk punggung Haechan berusaha menenangkan pemuda itu.

" Mark kemudian menepuk punggung Haechan berusaha menenangkan pemuda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Native [Nomin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang