Chapter XVIII

10.6K 1.8K 136
                                    

..

Sehun tersungkur ke tanah, tubuhnya di penuhi luka ketika kembali pada wujud manusia. Si pria tua bernama Hudson tersenyum meremehkan. Sungguh pria dengan warna albino itu bukanlah tandingan untuknya.

"Anak muda yang lemah."

Desisnya sakartis. Senyum meremehkan tercetak jelas di wajahnya.

Sehun berdecih, luka di sekujur tubuhnya sangat perih.  Di sisi lain Jaehyun dan Mark berhasil bangkit meski luka yang mereka alami juga benar-benar masih terasa perih.

Bahkan Jaehyun meyakini luka di kakinya bagai di taburi garam yang sangat banyak.

Di sisi lainnya lagi, ada Haechanㅡ sosok pemuda yang sangat cekatan. Sosok itu segera membawa nyonya Lee dan Taeyong untuk bersembunyi dan membantu membersihkan luka yang ada di wajah nyonya Lee. Hati Mark tersentuh, rasanya seperti melihat jodohmu yang berusaha sebaik mungkin di depan calon mertuanya.

Apa yang kau katakan Mark! Ini bukan saat yang tepat.

"Terlalu lambat."

Hudson menyeringai. Kalimat sombong menjadi andalannya untuk membuat lawan marah.

Sehun menghela napas, ia berusaha bangkit tapi lukanya memperlambat gerakannya. Perih dari setiap luka terbuka yang ada di tubuhnya terasa amat menusuk.

"Hyung, jangan memaksakan diri."

Mark memperingati Sehun. Jika Sehun terlalu banyak bergerak. Maka regenerasinya akan menjadi lebih lambat lagi.

 Maka regenerasinya akan menjadi lebih lambat lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin terduduk lesu. Perasaan marah, kesal dan semua rasa menyakitkan bergabung menjadi satu. Ia seolah tak berdaya, tidak mampu membuat pergerakan untuk mengusir perasaan putus asa yang mendampingi seluruh emosinya.

Bahkan kini tubuhnya sudah hampir mencapai batas. Dan ia mulai merasakan lelah dan rasa sakit akibat benturan-benturan sebelumnya.

Amarah dan semua perasaan yang mengusiknya belum mereda. Bahkan rasanya ia ingin kembali bangkit dan berjuang sekuat tenaga. Tapi rasanya ia bahkan sudah tak mampu lagi untuk mengangkat tinju dan menonjok wajah seseorang.

"Diamlah!" Jeno membentak pimpinan Hwang.

Tubuhnya mundur dan mendekat pada Jaemin. Sosok manis itu nampak menatap nanar ke sekelilingnya. Sepersekian detik berikutnya, air mata meleleh  lumayan banyak.

Hiks

"Ayah.." lirihnya pilu.

Perasaan Jaemin amat sakit. Semua yang bercampur membuatnya bingung. Namun perasaan sedih itu datang setelah mendengar suatu hal yang benar-benar mampu membuatnya terkenang akan masa lalu.

Jeno menghela napas, ia berharap dapat menenangkan Jaemin dengan pelukan yang ia lakukan saat ini. Namun semua itu justru membuat Jaemin semakin terisak.

Native [Nomin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang