Part 3 | Sama-sama Kecewa

284 30 31
                                    

Hari ini, kita sama-sama kecewa. Lo kecewa sama dia. Sedangkan gue kecewa sama diri gue sendiri, harapan yang gue ciptakan sendiri.
---134340

-EPOCH-

Arsen menghela napas. Berjalan mendekati tas miliknya lalu meraih botol minum dan meminum isinya hingga tandas. Berbeda dengan Arsen, Zafran malah asyik menatap dirinya di depan cermin besar seraya menyentuh jerawat yang muncul di pipi.

"Cara ngilangin jerawat gimana, sih, Sen?" tanya Zafran, "risih banget gue liatnya. Astaga, nanti para ciwi-ciwiku pada menghindar lagi. Oh, God! Help me, please ...."

Arsen berdecih. "Parut aja, tuh, pipi. Gue jamin jerawatnya ilang."

"HEH!" Zafran berkacak pinggang dan berjalan menghampiri Arsen dengan langkah menggebu-gebu, "iya, jerawatnya ilang, muka gue pun ikutan ilang!"

"Bagus, dong? Jadi hantu muka rata."

"Arsen, bego!"

"Zafran, gila!"

"Ih! Gue ganteng, tau!" Zafran menjambak rambut Arsen.

"Gantengan juga gue!" Tak mau kalah, Arsen pun menjambak balik rambut Zafran.

"Gue!"

"Gue, woi!"

"Udah, sih. Gantengan juga gue," sela Naga yang berada di sudut ruangan.

Arsen dan Zafran saling menatap satu sama lain. "APA LO BILANG?!"

Naga tertawa. Kembali fokus pada layar ponsel yang dia biarkan menyala sedari tadi. Sudah pukul 16.00 dan orang yang ditunggu belum juga datang. Padahal jam pulang sekolah sudah satu jam yang lalu.

"Apa dia lupa, ya?" gumamnya.

"Taulah. Ngalah aja gue sama si curut." Arsen melepas jambakkanya dari rambut Zafran, sedangkan sang pemilik rambut memajukan bibirnya, cemberut.

"Dhita jadi dateng gak, Ga? Kalau enggak, besok aja, deh. Gue mau balik. Laper." Arsen kembali bersuara.

Zafran berjalan kembali ke arah tasnya dengan langkah menggebu-gebu. "Gue juga mau balik, ah. Hari ini gue belum live IG. Kasian para ciwi-ciwiku."

Zafran Saadan Nugraha. Si playboy berwajah imut dari angkatan kelas 12. Pemilik akun Instagram dengan followers terbanyak dibanding Arsen dan Naga. Memiliki deretan penggemar yang siap untuk dia pacari kapan saja. Seperti kalimat yang pernah dia lontarkan saat kelas 10, "Jadi ganteng itu susah. Lo (Arsen) dan lo (Naga) gak bakal kuat. Biar gue aja. Hehe."

"Ter-se-rah!" ujar Arsen menekankan setiap suku kata yang dia ucapkan.

Zafran menjulurkan lidahnya, meledek Arsen.

Naga melirik arloji yang bertengger manis di pergelangan lengan kirinya. Lalu berkata, "Yaudah. Ketemuannya besok aja. Gue juga mau balik. Jemput Mira."

"Masih aja jadi supirnya Mira. Naga... Naga...," sindir Zafran, "duluan, deh. Bhay, rakyat jelataku.... "

"Emang bener-bener minta diparut mukanya, tuh, anak. Emosi gue." Arsen mengelus dada, berusaha sabar, "duluan, Ga."

"Hati-hati, ya.... " Naga melambaikan tangannya pada Arsen yang telah beranjak pergi.

Tak lama kemudian, dering panggilan mengalihhkan fokusnya. Pada layar ponsel yang Naga genggam tersebut, menampilkan sebuah nama sang penelpon.

Thihani Casimira ❤

Naga tersenyum melihat nama itu.

EPOCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang