biarlah aku yang jatuh dalam kesendirian. Mencintainya tanpa permisi, tanpa tapi, tanpa tepi, walaupun sering menjadi pengganti.
---134340-EPOCH-
Arsen dan Zafran jalan beriringan. Sesekali say hi pada beberapa siswi yang menyapa. Bahkan, Zafran menyempatkan untuk berselfie ria dengan para penggemarnya, membuat Arsen berkacak pinggang, jengkel.
"Woi, Zaf. Lagi urgent juga!"
Zafran melirik kawanya tersebut, menyengir kala melihat wajah Arsen tertekuk. "Bentar, Sen. Kasian fans gue."
"Serah, ah." Arsen memutuskan untuk berjalan kembali, meninggalkan Zafran yang malah sibuk meladeni para penggemarnya.
Tungkainya kembali terhenti, ketika netranya menangkap keberadaan Nevan, Rafi, dan Zafira yang baru saja keluar dari kelas.
"Eh, eh, tunggu!"
Ketiga adik kelasnya tersebut menghentikan langkah, kompak berbalik badan.
"Napa, Bang?" tanya Nevan.
Arsen memperhatikan satu persatu ketiga adik kelasnya itu. Lantas celingak-celinguk di depan pintu kelas 11-3. "Zie sama Dhita mana?"
"Gak ada." Nevan menggeleng.
"Hah? Gak ada? Mereka gak masuk?"
"Pas selesai bel istirahat pertama tadi, mereka gak balik ke kelas." Kini, Zafira yang bersuara.
"Kok, gitu?"
Nevan mengedikkan bahu. Menunjuk ke arah koridor menuju kantin. "Gak tau, makanya ini kita mau nyari mereka."
Arsen menggigit bibir, berpikir sejenak. "Yaudah, kalian cari mereka berdua. Kalau udah, suruh, tuh, dua anak langsung ke ruang musik. Temui gue sama Zafran. Gece, ya!" Menepuk bahu Nevan, lalu berlalu begitu saja.
"Waduh, mau ada rapat depeer kayaknya," celetuk Rafi.
"Yaudah buruan, ayo cari." Nevan dan Rafi mengangguk, setuju.
-EPOCH-
Hukuman hormat pada bendera telah usai. Sepatu Dhita pun sudah kembali terpakai rapi di kaki gadis itu. Kini, keduanya sedang duduk di salah satu bangku kantin. Masing-masing di hadapan mereka terdapat satu gelas es teh manis yang telah tandas, habis terminum akibat kehausan.
"Panas banget, duh."
Ozzie mengangguk, mengiyakan pernyataan Dhita. "Gak lagi-lagi gue bolos."
Dhita menggebrak meja, hampir membuat Ozzie tersedak ludahnya sendiri. "Kalau lo tadi gak nyamper gue, lo gak bakal ikutan dihukum, atau bahkan gak ada yang bakal kena hukuman."
"Gak apa-apa, lah. Sekali-kali."
"Ih, itu ucapan gue! Dilarang meniru."
"Aku, sih, owh aja, yach." Ozzie menjentik dahi Dhita.
"Sakit, Risto!" Dhita membalas perbuatan Ozzie dengan hal yang sama.
Pertikaian kecil di antara mereka, kembali terjadi. Seakan-akan lupa, apa penyebab awal mulanya mereka dihukum oleh Pak Budi.
"Lah, kamvret. Udah bolos pelajaran. Di kantin malah pacaran." Nevan tanpa disuruh, langsung duduk di sebelah bangku Ozzie yang kosong, disusul oleh Rafi dan Zafira. Tebakan mereka benar, Dhita dan Ozzie berada di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH
Novela Juvenil[13+] Tentang dia, yang membuat diriku mengetahui bagaimana rasanya terjun ke jurang penyesalan. Tentang dia, yang memberitahuku tentang hargailah kehadiran seseorang ke dalam kehidupanmu. Karena, jika seseorang itu telah pergi, kau akan merasa...