Part 8 | Please!

143 16 3
                                    

Bagaimana caranya aku bisa memaksakan untuk menjauh, di saat diriku saja selalu jatuh pada setiap nyatamu?

-EPOCH-

Junior mengguncang tubuh Hansel yang lebih tinggi darinya. "Hans, ih, mau ngomong!" Mempercepat langkah menyusul Hansel.

Hansel berdengkus. Mengangkat wajah dan menatap malas lawan bicaranya.

"Tadi, pas jaga perpus, seru gak? Lo belum cerita, lho, sama gue!"

Saat ini, mereka bertiga---ralat berlima dengan Darka dan Helen yang sedari tadi sibuk adut mulut, sedang menuju ke gerbang depan. Sekolah hari ini telah usai sejak tiga menit yang lalu.

Lukas yang berada di depan mereka, membalikkan badan. Berjalan mundur, demi menunggu jawaban Hansel.

"Gak."

"Gak? Gak seru? Gak mau cerita? Gak mau apaan, ih!" Junior mendorong gemas tubuh Hansel membuat tubuh cowok berkata irit itu sedikit oleng.

Hansel memutar bola mata. Lalu beralih menatap kedua iris mata Lukas. "Kakak lo."

"Kakak gue?" Lukas menunjuk dirinya sendiri, "kenapa Kakak gue?"

"Dihukum."

"Lho, kok? Dihukum?" tanya Lukas, tak lagi direspons oleh Hansel.

"Sumpah, Hans. Ini gak lagi chattingan. Omongan lo gak bakal dimintai kuota data ataupun pulsa!" Darka menyahut dari belakang. Salah satu lengannya dia gunakan untuk menutup seluruh wajah Helen yang memang cukup di telapak tangannya. Ini tangannya yang lebar, atau wajah Helen yang unyu?

"Darka, ih! Engap tau!" protes Helen.

Darka terkekeh. "Bodo amat."

Helen menarik paksa tangan Darka yang menutupi wajahnya. Menatap lamat-lamat laki-laki bertubuh tinggi tersebut. Mulutnya sedikit mengaga. Seperti tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Kenapa lo?"

"DARKA SENYUM KE HELEN, KAH? IYA, KAH?" Helen berteriak antusias. Lalu berlari ke arah Lukas, mengguncang tubuh teman sebangku Darka tersebut, "AY HET YU, KULKAS. AY LAP U, DARKA. BAIBAI, JUJUN, RANSEL! SAMPAI JUMPA BESOK, YA! BESOK HELEN TANYA LAGI KE DARKA, UDAH CINTA HELEN ATAU BELUM!" Setelahnya, Helen berlari begitu saja, mungkin dia sudah dijemput oleh sopir pribadinya.

Teriakan Helen sontak membuat Lukas memutar bola mata, Junior terbahak seraya mengelus bahu Lukas, Hansel yang selalu bersikap masa bodo, dan Darka yang bergeming di tempatnya.

Darka meneguk ludah. Sepertinya dia salah bertindak.

"Tuh, anak, samanya sama Kak Rafi! Suka ganti-ganti nama orang!" Junior berdecak.

"Ka, lo bikin anak orang baper kayaknya gampang banget. Tanggung jawab, noh." Lukas bersuara. Merangkul tubuh Junior di sampingnya, "ke rumah gue, yuk? Main PS!"

Junior berbinar menatap Lukas, lantas bertanya, "Kakak lo gimana?"

"Dia katanya pulang bareng Kak Japir."

EPOCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang