Wahai sang penguasa alam semesta, jika hari ini bukan hari bahagia untukku, tolong... jangan biarkan rasa sakit ini mengambil alih.
---134340-EPOCH-
Ozzie tidak tahu sejak kapan Lukas berada di dalam kamarnya. Seusai melakukan rapat di taman tadi, Ozzie memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, saat merasakan pening kembali menyerang kepalanya.
Daripada terlihat tidak baik-baik saja di hadapan semua orang, Ozzie memutuskan untuk pulang dengan dalih bunda mencari dirinya.
Ya, setidaknya dengan cara itu membuat Arsen maupun Nevan curiga.
"Ngapain?"
Lukas terkesiap. Memfokuskan pandangan pada sosok yang kini berdiri di ambang pintu sembari mengusap kepala belakang. "Main aja," jawabnya.
"Bohong banget. Gak mungkin kalau cuma mau main." Ozzie mendekati Lukas. Merebahkan tubuh pada kasur berseprai abu-abu miliknya, "ada sesuatu, 'kan?" tebak Ozzie.
"Ck, iya. Gue mau ngomong." Mendengkus pasrah. Abang-abangan Lukas ini memang paling bisa membaca pikiran.
"Jangan coba-coba bohong sama gue, Kas." Lagi, Lukas mendengkus. "Haha, oke. Mau ngomong apa, Dek?"
Mendelik tajam. "Jijik!" Lantas mengibaskan tangannya di hadapan wajah Ozzie.
"Dih, songong lo ye. Gini-gini tuaan gue tau daripada lo!"
"Gue, sih, owh aja."
Sebuah bantal mendarat tepat pada wajah Lukas. "Pergi sana! Gue mau tidur!" usir Ozzie, membuat Lukas terbelalak kaget.
"Ah, Bang Zie, mah, baperan! Belum makan lo, ya?"
"Apa hubungannya?!" omel Ozzie.
"Bang Zie, 'kan, rese kalau lagi baper," jelas Lukas.
"Bodo amat."
Terdiam. Hening mengambil alih keduanya. Membisukan suasana yang sebelumnya ramai. Lukas bingung, bagaimana caranya menyampaikan pikirannya pada Ozzie? Namun, jika dia tetap bersikukuh memendamnya sendirian, ini akan terasa memuakkan. Sedangkan Ozzie sibuk dengan lamunannya. Bayangan bagaimana saat Dhita menatap penuh binar pada sosok Naga, masih teringat jelas pada otaknya.
Rasa itu masih ada. Padahal dirinya berharap Dhita akan lupa seiring berjalannya waktu.
Kata Nevan, rasa suka itu akan kian memudar kala sang tambatan hati tak kunjung sadar.
Namun, sepertinya itu tak berlaku pada Dhita.
Bagaimana membuat cewek itu melupakan sosok Naga dan mulai menatap dirinya?
Ozzie meringis. Rasa sakit itu kembali dirasakan. Kali ini lebih menyakitkan. Seperti ada belati transparan menusuk tepat pada kepalanya.
"Bang, gue mau ngomong, serius," ucap Lukas sembari memilin ujung kaus yang dia pakai.
Tak ada balasan dari sang lawan bicara.
"Gue mau lo ambil alih perhatian Kak Dhita dari Kak Naga."
Ozzie tetap bergeming.
"Kalau bisa, gue mau lo jadian aja sama Kak Dhita. Itu lebih baik menurut gue."
Menghela napas, jengah. "Gue gak suka sama Kak Naga Kak Naga itu! Gara-gara dia, kakak gue jadi sering melow!"
"Bang, gue lagi ngomong, lho...." Lukas mengguncang tubuh Ozzie yang entah sejak kapan telah memunggunginya. Bahkan, tubuhnya itu telah berselimut bed cover.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH
Novela Juvenil[13+] Tentang dia, yang membuat diriku mengetahui bagaimana rasanya terjun ke jurang penyesalan. Tentang dia, yang memberitahuku tentang hargailah kehadiran seseorang ke dalam kehidupanmu. Karena, jika seseorang itu telah pergi, kau akan merasa...