Haris Mahen

16 0 0
                                    

1. Haris Mahen

SMP adalah penyebab aku mengenal siapa itu Haris Mahen, siswa yang seangkatan denganku. Dengan moge merah kesukaannya, dan idung mancungnya yang menjadikan dia sempurna di mata aku. Selama SMP aku memang menjadi pacarnya Adi, tapi tak menutup kemungkinan kalau aku juga bisa tertarik dengan laki-laki lain.

Menurutku, Haris ini orang yang sangat-sangat sempurna dalam versiku. Aku mulai menyukainya sejak ia menolong aku ketika terjatuh dari lantai dua gedung sekolahku. "Hati-hati" Katanya. Dan aku hanya terdiam, campur degdegan. Bak film ftv yang selalu tayang di salah satu stasiun televisi. Tangkapannya yang pas mengenai badanku, dan tutur katanya dengan nada halus membuat aku seketika terbang melayang-melayang. Oh iya, btw hal ini terjadi saat aku kelas delapan dan Adi udah lulus.

Dari sana, aku mulai mencari tau siapa sebenernya Haris Mahen itu, tinggalnya dimana, pacarnya siapa, hobinya apa, dan kenapa dia bawa moge kesekolah yang menjadikan para wanita histeris ngeliatnya. Tau kan zaman dulu moge itu selalu dijadiin andalan para cowo.

Aku tak pernah sedikitpun mengutarakan isi hatiku kepadanya, hanya mengagumi dari kejauhan, ibaratnya cinta dalam diam. Terlebih aku juga mengetahui kalau Haris adalah pacar dari si Ica anak kelas 8-A.

Aku dan Haris memang cukup cepat dalam bergaul, kita bahkan menjadi teman yang kemana-mana selalu bersama. Bahkan si Ica selalu ditinggal pergi hanya demi menemaniku. Dalam hati aku selalu berkata "Apakah Haris juga suka denganku?". Pertanyaan itu semakin hari semakin menduduki posisi paling atas, namun aku tau juga kalau Haris sangat menyayangi si Ica.

Pertemanan aku dan Haris berjalan cukup lama hingga sekarang tentunya, cuman bedanya sekarang dia udah berkeluarga. Sebelum menikah, dia pernah mengutarakan cintanya padaku. Tentunya setelah lama dia menyendiri ditinggal si Ica.

"Kamu dimana aku mau ketemu"

"Aku di warung mpok Yani"

"Aku tunggu di parkiran, cepet ya"

Aku gatau dia mau apa, tapi yang jelas aku langsung ikutin perintahnya. Oh iya, aku dan Haris satu sekolahan sampai SMA. Sesampainya di parkiran aku panggil dia

"Woy, Ris ada apa?"

"Udah sini aja"

"Ada apa, ganggu orang lagi ngebakso aja"

"Gua mau ngomong penting banget"

"Yaudah apa?"

"Gua suka sama lu"

Kalian tau kan ekspresi aku pas dengerin kalimat itu kek gimana? Antara bingung, senang dan sedih. Bingung karena gatau mesti jawab apa, senang karena yang aku mau sudah terwujud dan sedih karena aku masih berstatuskan pacarnya Adi.

"Lu tau kan gua ini pacarnya Adi?"

"Ya tapi Mei, gua gak mungkin mendem terus-terusan bahkan dari SMP semenjak gua nangkep lu jatuh dari lantai dua sekolahan"

"Gua sayang lu, tapi gua gabisa jahatin Adi. Kita temenan aja, itu jauh lebih baik"

"Tapi ini kan yang lu mau dari dulu? Lu mau gua jadi pacar lu?"

"Tapi bukan dengan ngancurin perasaan orang lain. Gua tau gua juga gak munafik kalo gua sayang lu, tapi gua gabisa ninggalin Adi gitu aja"

Dari kejadian itu, beberapa minggu aku udah gak barengan lagi sama Haris, bahkan aku jarang bertemu dia di kantin mpok Yani.

"Eh kalian liat Haris gak?"

"Lah, bukannya dia pindahan sekolah ya?"

"Serius?"
"Lu sahabatnya masa gatau"

Aku buru-buru ke rumah Haris dan gak masuk lagi selepas istirahat. Dan nitipin tas aku ke Isma. Oh iya, Isma adalah sahabat aku. Kita kemana-mana selalu bareng bertiga sama Haris. Dan aku berpisah dengan Isma setelah kelulusan, dia melanjutkan pendidikannya di kampus khusus polwan. Dan sekarang dia udah nikah sama si Rey temen sekelas aku pas SMP. Dan Isma menjadi istrinya, si Rey kerja untuk mengabdi ke negara, jadi TNI tepatnya. Semoga kalian selalu bahagia, dan segera di beri momongan.

Sampainya dirumah Haris, benar-benar rumahnya sudah dalam keadaan kosong. Kata tetangganya dia pindah ke Kebayoran Lama. Dan dari sana aku gak pernah liatin dia lagi, bahkan nomornya pun ikut gak aktif dan sosial medianya pun ikut gak aktif juga.

Tahun berlalu, ketika aku kuliah di semester 4, aku ketemu haris di Bandung. Di Braga tepatnya. Dia tepuk pundak aku saat itu.

"Hey apa kabar?"

"Haris?"
"Iya ini Haris yang lu tolak cintanya"

"Kemana aja lu, kenapa ninggalin gua sendirian?"

"Panjang ceritanya. Gimana kabar Adi?"
"Gua udah gak barengan dia lagi"

"Dia udah wisuda belum?"

"Udah, katanya tahun depan mau ke Dubai"

"Ngapain?"

"Kurang tau sih, tapi katanya mau kerja di pertambangan minyak terbesar sedunia itu loh"

"Wah hebat ya dia, pantesan dulu lu gamau sama gua"

Perbincangan kita berlangsung cukup lama. Sampai akhirnya kita tukeran nomor dan alamat rumah tentunya.

Dari kejadian itu, rasa di hati ku pun mulai tumbuh kembali. Tapi tetap seperti aku yang dulu, cukup tidak berani untuk mengutarakan perasaan aku ke Haris. Kita hanya melakukan hal yang dulu sempat tertinggal, makan bareng, main bareng, belanja bareng, jalan-jalan bareng, nonton bareng dan foto bareng. Setiap hari adalah hari-hari indah tentunya.

Mei SeptaWhere stories live. Discover now