1. Rama Raditya
Bertemu dengannya secara tak sengaja, dia di hadirkan untuk menyelamatkan hidupku. Dia adalah sahabatku yang januari nanti akan berulang tahun. Dia selalu menasehatiku meskipun dengan cara yang sedikit menjengkelkan, dia selalu memanggilku bego saat aku tak bisa ambil keputusan terbaik. Dia selalu tak punya uang, dan selalu membuat hari-hariku pusing dibuatnya.
Menurutku, dia itu orangnya asik meskipun agak tertinggal. Pipinya chubby dan selalu berasumsi kalau dia itu adalah laki-laki ganteng yang digandrungi banyak perempuan. Bagiku dia hanyalah manusia jomblo yang terlalu kesepian. Mengenalnya membuat aku selalu baik-baik saja, dia mampu memberikanku nasihat dengan hal yang tak terduga. Ah sudahlah aku gak mau terus menerus memujinya, yang ada nanti idungnya mengembang.
Dia mengetahui 90% hidupku, jauh dari Erik yang hanya beberapa persen saja. Saat aku dalam keterpurukan dia selalu paling pertama yang menanyakan kondisiku. Beberapa hari terakhir aku merasakan sakit di bagian tubuhku, dada terutama. Aku memberanikan diri ke rumah sakit seorang diri dan mengetahui apa penyebabnya, cukup kaget karena harus di rontgen dan Rama adalah orang yang pertama tau kalau aku pergi kerumah sakit.
"Gimana hasilnya? Lu kenapa"
"Gua gamau cerita dulu yang jelas gua kecewa sama hasilnya"
"Yaudah lu balik dulu aja"
Dia selalu tak pernah membuatku khawatir dengan jawabannya, dia selalu menenangkan. Tapi tetap aku tak mau mencintainya, terlalu tak ada gairah untuk aku mencintainya. Pernah aku tanya apakah dia mencintaiku, dan dia menjawab kalau dulu dia sempet mencintaiku tapi sekarang ogah katanya. Setiap kali kita berkomunikasi memang kita tak pernah akur, selalu saja saling bentak-bentak kalau bicara, gak bisa lembut apalagi menjadi baik. Dia adalah orang pertama yang memasuki kostan aku lewat jendela, gayanya yang sok kecakepan saat menaiki jendela membuatku ingin mendorongnya dengan keras kelantai. Bersama Rama adalah kebahagiaan sekaligus malapetaka, aku akan terus menerus di bullynya sampai dia benar-benar merasa malas untuk berkomunikasi lagi denganku.
Oh iya, Rama adalah mahasiswa akhir sama sepertiku, dia ambil jurusan Teknik di salah satu universitas negeri di Bandung. Dan selalu mengerjakan tugasnya secara deadline dengan cara jitu copy paste dari google. Besoknya dia akan cerita kalau dia di revisi. Bodoh memang, aku gatau lagi sama kelakukannya, yang jelas dia selalu membuat aku pusing. Aku belum cukup lama mengenalnya, tapi dia cukup tau semua hal yang aku lakukan.
"Kalau gua ulangtahun gua mau iphone"
"Minta iphone ke pengangguran, duit darimana"Ya, dulu aku pernah meminta iphone secara memaksa kepadanya, kejam kurasa tapi aku menyukai hal itu hahaha. Semoga saja dia benar-benar mengumpulkan duitnya. Btw, Rama itu lagi galau, dia galau karena ditinggal gitu aja sama cewe yang baru saja kemarin ketemuan sama dia. Sakit memang, seorang yang katanya cakep tapi satu cewe pun tak bisa ditaklukannya. Dia hanya bilang, "Nanti juga itu cewe pasti ngejar lagi". Untuk seorang Rama aku iya-in aja.
Tak banyak cerita yang mau aku tulis untuk dia, terlebih kita baru mengenal dan belum sebulan juga. Hanya itu saja mungkin, dan kenapa aku cantumkan dia di sini. Karena dia pernah menyelamatkan hidupku. Thanks you, Rama.
YOU ARE READING
Mei Septa
Non-Fictionmenceritakan tentang perjalanan hidup seorang wanita yang berusaha berdamai dengan dirinya sendiri, menganggap yang terjadi adalah hal normal meski terbanting-banting