1. Erik Faisel
Banyak hal yang ingin aku utarakan tentang satu orang ini, orang yang sampai sekarang masih cukup mempengaruhi hidup aku. Laki-laki kedua yang mampu membuat aku menangis setiap malam setelah Haris Mahen, laki-laki baik yang selalu bangga melihat adik-adiknya berhasil, laki-laki yang tak pernah menghilangkan aku di hidupnya meski kita sudah benar-benar berpisah, mungkin.
Mengenalnya adalah secara tak sengaja, dipertemukan di alun-alun Bandung, ya Bandung seakan memberikanku banyak cerita yang mampu membuat aku terhanyut di dalamnya. Bandung selalu indah, adanya Erik membuat semuanya lebih indah. Sebab dia pulalah aku menyukai yang namanya jengkol, bahkan jengkol adalah makanan favorit dia. Kesederhanaannya membuat aku luluh, selalu apa adanya dalam hal apapun.
Hubungan aku dan Erik tak berlangsung lama, hanya beberapa bulan saja. Sekarang Erik hanyalah kenangan, tempatnya hanya di masa lalu, tak perlu untuk aku ajak sampai ke masa depan, aku cukup mengenal dia baik meski dia sempat menghancurkan hidupku. Seminggu setelah kepergiannya, aku dengar dia sudah ada penggantiku, cukup sakit memang namun itulah kenyataannya. Aku berusaha menerima semua yang terjadi padaku, aku tak mau terus menerus larut dalam kesedihan. Ahhhhh, saat itu Bandung tampak menyeramkan, tak seindah seperti saat ada Erik. Dan menjudge kalau Erik adalah seseorang yang jahat untuk aku banggakan, ya perasaan selalu berubah bahkan setiap detik sekalipun.
Erik benar-benar seorang yang sederhana, pertemuan kita di awali dengan makan mie ayam di lanjut hal-hal tak penting lainnya. Di atas motor selalu menyanyikan banyak lagu, itu hanya dilakukan oleh aku saja, Erik hanya menjadi pendengar yang baik dengan menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang yang ikut serta dalam alunan lagu yang aku nyanyikan. Kata Erik suaraku bagus, kata aku suaraku amat sangat jelek, kata abang suaraku merusak telinga anugerah dari Tuhan, kata mama aku harus masuk dangdut D'Academy di stasiun televisi, kata ayah lebih baik ganti dengan membacakan ayat Al-Qur'an dan kata temanku sedikit membuat bising seisi ruangan. Ya setiap orang mempunyai pandangannya masing-masing. Erik berbicara seperti itu mungkin ingin memujiku dan atau ingin aku berhenti bernyanyi.
Selain makan mie ayam, kita juga selalu makan di warteg dan padang. Kalian tau, aku baru kali pertama bisa makan hemat dengan porsi kenyang hahaha. Ahh Bersama Erik membuat aku selalu melayang-layang setiap detiknya. Perlakuannya padaku membuat aku harus selalu mencintainya. Bermain di Ciwalk, makan cumi, beli kelapa muda, nonton film bahkan menunggu aku belanja baju. Hari-hari ku selalu menyenangkan, membuat aku tersenyum seorang diri saat mengingatnya.
Sekarang, kita adalah jarak yang menjauh. Semakin jauh dan akhirnya melupakan. Hal tersulit dalam hidupku adalah, berhenti mencintainya. Aku selalu berpikir jika ini adalah mimpi, tapi kenyataan tak selamanya selalu terwujud. Seperti tulang yang patah dan tumbuh tidak sempurna. Banyak novelku yang aku tuliskan untuknya, sekitar tiga atau empat novel. Aku juga selalu membuatkannya puisi tanpa sepengetahuannya, hanya tersimpan di ingatanku.
Amin paling serius:
Dua insan yang berlatarkan beda
Keduanya bersikeras dengan kekurangannya masing-masing
Namun tetap menjadikannya sempurna
Kata "serius" adalah satu kata yang orang mampu mengucapkannya
Namun tak banyak yang mampu membuktikan
Dan kata "amin" adalah doaku untukmu
Kita berharap berjodoh
Dan aku harapkan Tuhan juga mempunyai rencana yang sama
Sebuah sempurna tak akan pernah sempurna
YOU ARE READING
Mei Septa
Non-Fictionmenceritakan tentang perjalanan hidup seorang wanita yang berusaha berdamai dengan dirinya sendiri, menganggap yang terjadi adalah hal normal meski terbanting-banting