1. Undangan Dari Haris Mahen
Tahun 2017, hal tak aku inginkan terjadi. Haris mengajakku bertemu, katanya ada hal yang harus dijelaskan. "Ditunggu di villa kaca ya" Katanya. Aku sesegera mungkin kesana, dan hal yang buruk pun terjadi. Haris memberikan aku undangan pernikahannya dengan Cecil, anak ITB jurusan Seni kalau gak salah. Seketika hatiku hancur, hati ku pun bertanya-tanya kenapa dulu gak terima Haris aja. Mungkin kalau aku bersamanya akan berkelanjutan hingga sekarang. Tapi nasi udah menjadi bubur, bak pungguk merindukan bulan aku hanya terdiam seketika ijab kabul dilantunankan oleh Haris. Ingin mendoakan semoga kalian bahagia selalu pun rasanya sulit.
Hari-hari menjadi terlihat lebih sulit setelah kejadian itu, aku melupakan semua cara bagaimana untuk membahagiakan diri. Aku lebih memilih menyendiri di sudut kosong di kamarku, memeluk kedua lututku dan hanyut dalam kesendirian. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan kala itu, aku hanya tau kalau masalah datang silih berganti, setiap hari dalam hidupku masalah berbeda selalu bermunculan, aku muak berada di posisi itu tapi aku harus tetap menjalani hidup.
Hal itulah yang menjadi penyebab kenapa aku ceritain dia di novel kali ini. Dan sekarang semua tinggal masa lalu, aku pun ikut menerima seiring berjalannya waktu dan mendoakan yang terbaik untuk Haris dan Cecil. Oh iya, sekarang Haris udah punya anak dari penikahannya, dan aku gatau kepedean atau gimana, yang jelas katanya nama anak Haris itu adalah "Mei" sama seperti namaku.
Ya, yang lalu tetaplah ditempatnya. Semoga kebahagiaan melibatkan kalian selalu. Kita ada karena kita tercipta, semoga kamu baca ceritaku ini Ris, aku belum sempat izin dulu karena katanya kamu sekarang tinggal di Flores, dan aku gak mungkin juga harus kesana. Yang jelas aku minta izin ya Ris. See u.
YOU ARE READING
Mei Septa
Non-Fictionmenceritakan tentang perjalanan hidup seorang wanita yang berusaha berdamai dengan dirinya sendiri, menganggap yang terjadi adalah hal normal meski terbanting-banting