"Mungkin ibu kamu memang ingin sendiri dulu. Biar ibu kamu menenangkan diri dulu, Nar."
Nara mengangguk pelan, merespon ucapan Bu Dewi, kepala toko tempatnya bekerja sekaligus pemilik rumah dimana ia berada saat ini. Bersyukur sekali Bu Dewi mau memberi tumpangan padanya. Sebenarnya Nara merasa tidak enak pada suami Bu Dewi, tapi mau bagaimana lagi Nara butuh, selagi ia mencari kontrakan untuk tempat tinggalnya nanti.
"Ini, makan dulu. Harus dimakan pokoknya." Bu Dewi menyodorkan nasi dan lauk pauk yang baru ia hangatkan. "Kamar kamu yang sebelah situ ya, saya istirahat duluan. Kamu juga langsung istirahat, besok kan sudah mulai masuk kerja lagi." Pesan Bu Dewi sebelum masuk ke kamarnya.
"Masuk kerja?" Nara tidak tahu apakah ia masih memiliki muka bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya. Apalagi pernikahannya yang batal, sedangkan undangan sudah tersebar. Tentu saja menjadi trending topik bagi kalangan yang mendapat undangan darinya.
"Kenapa? Kenapa jadi begini?" gumam Nara.
Merogoh ke dalam tas bahu miliknya, Nara mengambil sebuah kartu nama. Kartu nama laki-laki bajingan yang merenggut keperawanannya dan menganggapnya pelacur.
Danar Affandra Hirawan
Nara membaca nama yang tertera disana. Lalu kembali membaca informasi tentang laki-laki yang menidurinya, pekerjaan, nomor telepon serta alamat kantornya. Nara pastikan laki-laki itu akan bertanggungjawab atas petaka yang menimpanya.
***
Flashback
"Nar, ayo cepetan!"
"Iya nih, aku udah selesai," jawab Nara pada pria kemayu yang memanggil namanya itu, seraya berjalan cepat keluar dari toko.
Kaesi, Reta, dan Egi -rekan kerja Nara di minimarket itu-sudah siap sejak tadi. Sedangkan Nara harus mengirim laporan dulu, dan mengerjakan segala proses tutup toko seperti biasanya. Namun, Nara merasa aneh melihat pakaian Kaesi dan Reta yang sangat tidak cocok dengan kegiatan yang akan mereka lakukan. Makan-makan bersama di rumah kepala toko mereka. Tapi pakaian yang mereka kenakan cukup terbuka.
"Nar, kita gak jadi ke tempat Bu Dewi. Bu Dewi ada acara mendadak, tahun baruan bersama keluarga suaminya," jelas Reta.
"Terus mau kemana?" tanya Nara.
"Kan kamu kemarin bilang mau acara tahun baruan yang beda dari biasanya. Bosen kan bakar-bakaran di rumah Bu Dewi." Egi menjawab.
"Jadi kita udah punya acara baru," timpal Kaesi.
"Iya sih. Jadi mau kemana kita?" ulang Nara.
"Tuh," tunjuk ketiga teman kerjanya itu berbarengan, ke arah bangunan berwarna abu-abu yang berada di seberang toko mereka.
"Jedag-jedug, Nar," jawab Egi. "Kamu pernah bilang mau ngerasain datang kesana, kan?"
Nara berpikir, ke kelab? Ia memang ingin, tapi tak benar-benar ingin. Hanya penasaran saja, seperti apa rasanya.
"Ayo Nar. Sekali-kali rayain tahun baru disana. Sebelum kamu melepas masa lajang," bujuk Reta.
"Iya Nar, yang penting kan nggak minum." Kaesi ikut membujuk.
"Boleh deh," putus Nara akhirnya.
***
Mencoba mengingat apa yang terjadi malam itu hanya membuat Nara sakit kepala. Ia benar-benar kesulitan mengingat semuanya. Yang ia ingat hanya alasan dirinya bisa berada di kelab malam, di malam pergantian tahun itu. Tapi kronologi sampai ia berakhir mengenaskan di sebuah kamar hotel, sama sekali tak terlintas dalam ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Between Us ✅ (Available On KaryaKarsa)
RomancePuspita Naraya, merayakan malam pergantian tahun baru dengan cara berbeda, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun siapa sangka malam itu membawa petaka bagi Nara. Gagal menikah hingga meninggalnya sang Ayah di hari pertama memasuki awal tahun...