"Udah gua bilang, dia bukan cewek yang biasanya seperti yang lo maksud. Dia beda, Nar," ucap Erza-sahabat -Danar sebelum ia mengepulkan asap rokok yang ia hisap, kuat-kuat ke udara.
Danar kembali mengingat pada malam tahun baru itu. Pada gerakan sensual Nara saat ia melepas cardigannya dan hanya meninggalkan tank top dengan tali hanya sebesar spaghetti melekat di tubuhnya. Nara terlihat begitu menakjubkan kala ia menggoyangkan kepala dan bagian atas badannya mengikuti irama musik kelab yang menghentak, seraya duduk di balik meja Bar. Membuat Danar tak bisa menahan diri untuk tidak menghampiri Nara.
Danar mengambil kursi kosong di samping Nara, lalu duduk. Menyingkirkan gelas kecil berisi minuman di depan Nara, ia membawa tubuhnya menjadi lebih dekat pada Nara. Aroma keringat dan parfum Nara yang berpadu membuat Danar semakin nafsu dan menyambar bibir ranum milik Nara. Nara membalasnya, ciuman panas pun tak terhindarkan di meja Bar.
Danar tak mau membuat Bartender di depannya iri melihat aktivitas mereka. Danar menuntun Nara berjalan keluar dari tempat itu, dan sang gadis hanya menggelayut manja dalam pelukannya. Tidak sulit membawa Nara hingga ke kamar hotel tempat biasa ia membawa perempuan berjenis sama dengan Nara.
Dar memulainya dengan membuka celana panjang berbahan jeans yang Nara gunakan. Danar terus melanjutkan aksinya walau merasa sedikit aneh dengan perempuan yang ia bawa kali itu. Nara tidak seperti kebanyakan perempuan bayaran yang bertingkah sok sexy, menatapnya dengan binal dan nakal demi menarik perhatian Danar ataupun membangkitkan gairahnya. Gadis ini tampak lain. Ia terkesan pasrah walau sesekali ia membalas apa yang di perbuat Danar. Danar akui, Danar menyukai gaya bercinta Nara.
Hingga pada inti permainannya, Danar harus mengakui gadis yang sudah pasrah di bawahnya itu jelas berbeda. Danar begitu sulit memasukinya, wajah kesakitan Nara malah membuatnya semakin bernafsu. Setetes air mata lolos dari kedua ujung mata Nara kala Danar berhasil memasuki milik Nara, dan dari situ ia tahu kalau ia menjadi yang pertama bagi Nara.
"Ya udah, jadi mau gimana?" Tendangan Erza pada tulang kering Danar, membuat Danar menghentikan lamunannya dan kembali pada masa sekarang.
Mereka sedang berada di taman belakang rumah sakit. Sejak semalam Danar meminta Erza menemaninya menunggui Nara.
"Gak tahu," jawab Danar frustasi.
"Sayangnya gue udah punya Nita. Kalau belum, gue mau sama si ... siapa namanya?" tanya Erza. "Apa salahnya sih menikah sama dia. Dia muda dan cantik. Apalagi lo ngerasain perawannya kan?"
Danar hanya melengos, tak menjawab Erza. Mengalihkan perhatiannya pada layar ponsel di tangannya, puluhan missed call dari kedua wanita yang ia sayangi itu ia acuhkan. Jujur saja, hatinya masih tidak tenang. Apalagi Nara masih belum juga siuman meski sudah melewati masa kritisnya. Setidaknya, ia harus menyelesaikan masalah ini dulu.
***
Sudah dua jam sejak ia membuka mata. Tapi tidak ada satu orang pun yang masuk ke kamar tempat ia dirawat ini. Ia merasa baru saja menghabiskan tidur dalam waktu yang panjang. Tenggorokannya terasa begitu kering, sayangnya tidak ada siapapun yang bisa membantunya untuk minum.
"Naraya?"
"I ... iya?" jawab Nara sedikit kaget saat ada kepala menyembul di balik pintu kamar rawatnya.
"Mau minum, Nak?" tanya wanita paruh baya itu begitu peka.
Nara mengangguk lalu menerima segelas air minum yang di ambil wanita itu dari atas nakas.
"Bagaimana keadaan kamu sayang?" tanya wanita paruh baya itu. Usapan lembut di kepala Nara membuat Nara mengingat ibunya. Pasti ibunya akan semakin kecewa melihat dirinya seperti ini-melakukan percobaan bunuh diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Between Us ✅ (Available On KaryaKarsa)
RomancePuspita Naraya, merayakan malam pergantian tahun baru dengan cara berbeda, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun siapa sangka malam itu membawa petaka bagi Nara. Gagal menikah hingga meninggalnya sang Ayah di hari pertama memasuki awal tahun...