17

17.4K 1.2K 86
                                    

"Nara, kenalkan ini Bi Uci. Asisten rumah tangga kita mulai sekarang." Danar mengenalkan seorang wanita paruh baya yang tengah tersenyum dan mengangguk sopan pada Nara.

Nara sendiri hanya menatapnya datar, karena wanita itu mengingatkannya pada kekasih Danar. Echa sempat menyebut nama wanita ini waktu itu. Mengira dirinya sama dengan asisten rumah tangga, padahal ialah Nyonya di rumah ini.

"Mulai sekarang Bi Uci yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan rumah. Kamu bisa minta bantuan Bi Uci jika membutuhkan sesuatu. Bi Uci disini hanya dari pagi sampai sore hari. Sisanya saya usahakan untuk selalu pulang tepat waktu setiap harinya, jadi jika kamu membutuhkan sesuatu, saya siap membantu kamu," lanjut Danar.

Nara tak menyahut, fokus pada toples keripik kentang dalam pelukannya. Mengganti saluran televisi, mengacuhkan Danar yang tengah duduk bersimpuh di hadapannya.

"Saya berangkat ke kantor dulu ya, sudah siang," pamit Danar.

Nara menoleh, lalu tanpa diminta mengambil tangan Danar lalu menciumnya. "Hati-hati Mas," ucapnya jelas mengejutkan Danar.

Danar diam-diam tersenyum mendapati istrinya telah kembali. Meski keraguan terlihat begitu kentara di mata Nara, setidaknya Danar bersyukur dirinya masih diberi kesempatan.

"Saya boleh pamit dengan dia?" tanya Danar sedikit ragu, menunjuk perut Nara yang masih rata.

Nara mengangguk lalu membiarkan Danar mengecup perutnya, mengusapnya dengan lembut lalu mengecupnya sekali lagi, lebih lama dan dalam.

"Hari ini kamu libur bekerja kan? Istirahat di rumah ya. Kalau mau keluar kamu bisa tunggu saya pulang, Nanti saya yang akan antar kamu." ucap Danar yang berbalik mengejutkan Nara. Dari mana Danar tahu kalau hari ini adalah jatah liburnya?

"Ini, saya dapat dari Junaedi." Danar menunjukkan foto dari ponselnya pada Nara yang berisi jadwal kerja Nara selama satu bulan kedepan. Pria itu seakan tahu apa yang dipikirkan istrinya.

"Terima kasih karena kamu masih memberi saya kesempatan Nara," ucap Danar seraya mengusap pelan rambut Nara.

Nara menoleh pada Danar, "kalau kita meneruskan pernikahan ini, bagaimana dengan kekasih Mas itu? Kamu tidak berniat menjadikan anak kita memiliki dua orang ibu kan?"

Danar sontak membulatkan matanya. Sejak kapan ia lupa kalau ia masih memiliki hubungan dengan Echa. Ia sibuk meminta kesempatan tapi lupa memperbaiki kesalahannya.

"Aku sadar, aku tidak memiliki apapun yang dapat dijadikan perbandingan dengan kekasih Mas itu dan membuat Mas memilih aku. Tapi, apa kehadiran bayi ini cukup menjadi alasan bagi Mas untuk menjadikan aku satu-satunya?"

"Aku mau menjadi satu-satunya wanita dalam hidup Mas. Itupun kalau Mas mau," lanjut Nara lagi.

Danar tertegun mendengar pertanyaan Nara. Tatapan tulus dan penuh harap dari Nara itu jelas mengusik sisi brengseknya.

"Kesempatan ini berbatas waktu. Hanya sampai saat dimana aku merasa mampu terus berada di sisi kamu Mas."

"Maksud kamu, suatu saat kamu akan pergi meninggalkan saya?" tanya Danar memastikan.

Nara mengangguk, "Ya, jika hal ini terulang lagi."

"Manusia memang tidak luput dari kesalahan. Tapi dalam hal ini Mas memulainya dengan kesalahan, ya meski aku masih gak mengerti dengan tujuan mas sebenarnya. Aku harap Mas tidak melakukan kesalahan semacam ini lagi di masa mendatang. Aku harap tidak ada lagi hal yang Mas sembunyikan." 

"Kalau sampai itu terjadi lagi, mungkin aku benar-benar akan memilih pergi. Karena bersama juga belum tentu menjamin kita akan bahagia."

"Dan Mas yang paling tahu bagaimana kembali mencipta bahagia dalam rumah tangga kita. Karena hanya Mas Danar yang bisa merubahnya." Nara mengakhiri pernyataannya, kemudian pergi meninggalkan Danar sendiri.

Baby Between Us ✅ (Available On KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang