Berhari-hari Nara menahan perasaannya, saat masih berada di kampung halaman mendiang ibunya. Saat berada didepan Mama mertuanya yang kelewat bahagia karena kehamilannya. Saat didepan Paman dan Bibinya yang turut menyambut berita kehamilannya dengan sukacita.Selama itu Nara menyembunyikan perasaan hampanya. Karena nyatanya keberadaan janin yang kini mendiami rahimnya tak memberinya sedikitpun rasa bahagia. Dan, kini setibanya di rumah neraka yang ia pikir tak akan ia datangi lagi, Nara menumpahkan tangisnya, lagi.
Perhatian dari Danar berkali-kali lipat Nara dapatkan sejak hari dimana ia diketahui mengandung anak dari pria itu. Namun, di saat Danar terus memberinya perhatian, Nara juga terus menggali ingatan pada masa-masa awal pernikahan mereka dulu.
Pernikahan mendadak hingga sikap dingin dari Danar yang ia dapatkan dulu. Membuatnya ingin segera meninggalkan Danar seperti rencana awalnya. Namun, Nara sepenuhnya sadar, ketika dokter mengatakan dirinya tengah berbadan dua, rencananya untuk melepaskan diri dari Danar tak akan semudah sebelumnya.
"Nara, tolong hentikan kebiasaan kamu berdiam diri di kamar mandi sampai begitu lama seperti ini," sambut Danar begitu Nara membuka pintu kamar mandi. "Ini tidak baik untuk tubuh kamu Nara, ingat sekarang ...."
"Aku hanya sedang mencoba mencari cara bagaimana melepaskan diri dari kamu. Berpikir bagaimana cara mengatakan keinginanku untuk bercerai pada Mama. Cuma itu," jawab Nara tanpa membalas tatapan khawatir Danar padanya.
Nara memiliki kebiasaan baru. Berendam di bath tub sambil menangisi nasibnya yang kini seorang yatim piatu. Menangisi hidupnya yang kini tak sama lagi setelah mengandung anak dari pria yang tak mencintainya.
Danar menghela nafas, "Kalau begitu, Saya juga akan terus mencari cara bagaimana mempertahankan rumah tangga kita. Kamu tahu, perceraian bukan jalan keluarnya Nara," ucap Danar akhirnya.
***
Nara meremas kain kanebo di tangannya. Kepalanya mendongak, menatap lurus pada poster yang di tempel di kaca minimarket tempatnya bekerja. Semula Nara ingin membersihkan kaca, tapi setelah melihat wajah cantik seorang model dalam poster itu, Nara kembali tenggelam dalam luka pengkhianatan sang suami dengan wanita itu.
Nara mengingat-ingat lagi, menyadari sepenuhnya kalau dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan Danar dan wanita yang tidak akan bisa menjadi tandingannya itu. Ya, namanya Ganesha, model yang sedang merintis karirnya di kancah internasional. Pantas saja Danar tidak mau melepaskan wanita itu. Nara pun yakin suatu saat dia yang pada akhirnya akan tersingkir, jika tetap melanjutkan rumah tangganya dengan Danar.
Lamunan Nara tentang rumah tangganya terhenti begitu ia membukakan pintu pada seorang customer berjenis kelamin perempuan yang baru saja masuk. Tidak lupa senyum manis ia berikan pada wanita yang perutnya terlihat membuncit itu. Refleks Nara menyentuh perutnya sendiri, membayangkan ada nyawa juga yang hidup didalam rahimnya.
Nara menyudahi kegiatannya membersihkan kaca, diteruskan dengan membersihkan freezer es krim juga makanan beku. Hingga Merlin di bagian kasir memanggilnya dan seperti memberi kode. Nara masih tak mengerti hingga Merlin berjalan cepat memutari meja kasir dan menyusul langkah perempuan hamil tadi yang baru saja keluar dari toko.
Dari dalam Nara dapat melihat, Merlin mencekal lengan wanita itu dengan kasar. Lalu memaksanya kembali masuk ke dalam toko tanpa belas kasihan sama sekali. Wanita itu tak memberikan perlawanan berarti, mungkin karena perutnya yang besar hingga akhirnya dia pasrah saat Merlin berhasil membawanya kembali masuk ke dalam toko.
"Merlin, ada apa?" Rizal yang baru saja pulang mencari tukaran uang receh terkejut melihat apa yang dilakukan Merlin. Sedangkan Nara hanya terpaku melihat perempuan hamil itu mulai gemetar dan menangis.
"Lama banget sih, kemana aja?" omel Merlin pada Rizal.
"Lo juga ngelamun aja kerjanya!" kini Merlin menunjuk Nara dengan kesal.
"Cepat telepon Pak Ajun! Ada maling!" titah Merlin pada Rizal.
Nara seketika terkejut lalu beralih pada perut wanita itu yang memang terlihat lain, sedikit lebih besar daripada saat ia bukakan pintu tadi. Merlin kembali menyeretnya ke belakang toko, tepatnya pada bagian kantor. Disana Merlin mengangkat atasan baby doll yang dikenakan wanita itu. Benar saja, satu kotak besar susu ibu hamil, belasan batang cokelat, serta lebih dari 10 buah sabun pencuci wajah tersimpan disana.
"Keterlaluan! Lo tahu gak sih, kalau barang-barang yang lo ambil ini jadi tanggung jawab kita semua. Kita semua yang bakal ganti barang-barang yang lo curi ini!" ucap Merlin marah pada perempuan itu. Sedangkan perempuan itu terus menangis dan meminta ampun agar tidak dilaporkan kepada pihak yang berwajib.
"Mendingan Mbak hubungi suami atau siapapun buat datang kesini." Kini Rizal menggantikan Merlin mengadili pencuri cantik ini.
Wanita hamil itu mengaku tak memiliki suami yang bertanggung jawab atasnya. Ia bercerai karena suaminya selingkuh sebelum ia mengetahui kalau dirinya sendiri tengah mengandung.
Kini ia tidak lagi bekerja karena ia dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja karena sering kali bolos karena kehamilannya yang lemah. Karena keterbatasan kehamilannya itulah makanya ia sampai berbuat nekat seperti ini demi mencari sesuap nasi.
Wanita itu masih terbilang muda, wajahnya cantik dengan kulit putih bersih. Terlihat menyedihkan dengan keadaannya yang terus saja menangis. Apalagi ternyata dia memiliki seorang balita yang katanya menunggunya di depan toko. Hati Nara semakin teriris menyaksikan kepedihan wanita itu.
"Kalau begitu siapa saja Mbak, orang tua atau wali ataupun itu." Rizal juga jadi bingung sendiri.
"Saya ... saya yatim piatu. Saya juga tidak punya uang buat bayar ganti rugi. Tapi saya juga tidak mau dibawa ke polisi. Saya ... saya minta maaf, tolong ampuni saya," jawab perempuan itu dengan terisak.
Setiap pencuri yang ketahuan beraksi di toko memang tidak pernah berakhir pada pihak yang berwajib. mereka hanya akan dipanggil orang tua ataupun orang yanh bertanggung jawab atas mereka, disertai denda sebesar tiga kali lipat nominal dari nilai barang yang mereka curi. Tapi kalau kasusnya begini, Nara dan teman-teman tentu tak akan tega.
Ajun yang datang tak lama kemudian memberi makan wanita itu juga putra si wanita yang baru menginjak usia dua tahun. Merlin yang semula murka dengan wanita itu kini menjadi iba melihatnya. Nara sendiri malah merasa lemas sendiri melihat ibu dan anak yang sangat menyedihkan itu.
***
Tragedi pencurian di toko siang tadi terus terbawa dalam pikiran Nara hingga ke rumah. Nara seperti melihat dirinya sendiri pada sosok wanita pencuri tadi. Muda, tak punya orang tua, lemah, mengandung, juga suami yang berkhianat.
Apa benar perceraian bukanlah jalan keluar yang terbaik untuk saat ini? Seperti yang dikatakan Danar padanya. Apa suatu saat ia akan bernasib sama seperti wanita tadi? Yang bahkan tidak mampu untuk melanjutkan hidupnya sendiri.
Nara terus membayangkan kemungkinan buruk yang akan terjadi jika ia tetap memilih untuk bercerai dari Danar. Tidak apa jika ia harus hidup susah, tapi tidak dengan anak yang di dalam perutnya. Kalaupun ia berhasil melahirkan anaknya nanti, apa ia mampu merawat dan membesarkan anak itu seorang diri? Mungkin saja bisa, tapi bukankah akan lebih baik jika anak itu turut mendapat kasih sayang dan perlindungan seorang Ayah?
Nara baru saja membalikkan tubuhnya lalu terkejut ketika tiba-tiba Danar sudah berada di hadapannya.
"Mikirin apa Nar? Saya perhatikan kamu gelisah sejak tadi?" tanya Danar pada Nara.
Nara menggeleng, tetapi tidak memutus pandangannya pada sang suami. Pening ia rasakan setelah sedari tadi sibuk berpikir tentang kelangsungan rumah tangganya. Nara merasa lelah dan memutuskan untuk berhenti memikirkan hal itu. Dan mengambil kesimpulan, mungkin benar jika perceraian bukanlah jalan keluarnya.
TBC
Halo selamat sore temen-temen. Apa kabar? Semoga sehat selalu ya.
Terima kasih buat vote dan komentarnya.
Dan, cerita ini sudah tamat di KaryaKarsa. Ayo baca lebih cepat di sana 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Between Us ✅ (Available On KaryaKarsa)
RomansaPuspita Naraya, merayakan malam pergantian tahun baru dengan cara berbeda, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun siapa sangka malam itu membawa petaka bagi Nara. Gagal menikah hingga meninggalnya sang Ayah di hari pertama memasuki awal tahun...