Danar berdecak kesal pada ponselnya yang terus berbunyi. Benda mati itu bahkan sejak malam meraung-raung mengganggu waktunya dengan Nara. Dengan panggilan yang berasal dari kontak yang sama, kekasihnya. Ganesha.
Kini panggilan dari intercom yang berganti mengganggunya, berdecak malas Danar mengalihkan pandangannya dari layar laptop lalu menjawab panggilan itu. "Apa sih Za?" jawabnya kesal.
Setelah menyudahi panggilan dengan Erza, ia justru mendapati sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Echa : Jangan pergi ke kantor untuk hari ini. Aku sedang dalam perjalanan ke rumah kamu. Kamu juga merindukan aku kan?
***
"Hei, tunggu sebentar." Nara mengejar langkah wanita yang tidak ia kenal itu masuk ke dalam rumahnya.
"Kamu pengganti Bi Uci?" tanya si wanita yang tidak Nara kenal itu, sambil terus berjalan masuk tanpa menoleh ke belakang.
Bi Uci? Siapa lagi? Nara baru kali ini mendengar nama itu. Nara berjalan cepat lalu mencekal lengan wanita itu. "Tolong berhenti. Jangan bersikap tidak sopan seperti ini. Atau saya bisa panggilkan satpam komplek untuk mengusir kamu," ucap Nara tegas.
Wanita itu menoleh, "Jadi kamu memang benar-benar nggak tahu siapa saya? Kamu sudah berapa lama disini? Saya Ganesha, majikan kamu lebih suka memanggil saya Echa. Memang dia tidak sama sekali memberi tahu kamu?"
"Majikan? Majikan apa?" tanya Nara tak mengerti.
Wanita bernama Echa itu mengibaskan rambutnya, "Danar ini, nyari pembantu kok ngeyel begini sih?"
Majikan?
Danar?
Pembantu?
Nara sungguh tidak paham.
Wanita bernama Echa itu kini sibuk dengan ponselnya, terus men-dial nomor seseorang namun tidak kunjung terhubung. "Terserah kamu deh mau apa? Saya lelah, saya butuh istirahat. Kamu bisa siapkan makan dari sekarang. Setelah selesai masak bangunkan saya, ya." Echa lalu melenggang masuk lebih jauh ke dalam rumah, tepatnya menuju kamar Danar dan Nara.
"Saya bilang berhenti! Anda ini orang gila dari mana sih?" tanya Nara tersulut emosi. "Ini rumah milik suami saya, dan saya bukan pembantu. Anda siapa? Seenaknya saja memasuki rumah orang tanpa permisi dengan pemiliknya."
Lawan bicara Nara itu seketika melotot setelah mendengar ucapan Nara. "Kamu--kamu Nara?"
Nara mengangguk meski bingung mengapa Echa mengetahui namanya. Padahal ia belum memperkenalkan diri. "Jadi kamu siapa? Tadi kamu menyebut nama suami saya? Dan kenapa kamu mengira saya pembantu? Apa kamu kerabat Danar? Dari Mama Sani atau Almarhum Papanya Danar?" tanya Nara penuh selidik.
Echa tampak menguasai diri. "Jadi kamu wanita pilihan Sani? Wanita yang Sani pilihkan untuk menikah dengan Danar?" Bukannya menjawab pertanyaan, Echa malah melempar pertanyaan kembali.
"Maksud kamu, Mama Sani? Kamu pikir, saya dan Mas Danar dijodohkan oleh Mama Sani?" balas Nara sengit.
"Memang begitu kan! Sebenarnya apa yang dilihat perempuan tua itu dari kamu?" Echa memindai penampilan Nara dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Dengar, pernikahan saya dan Mas Danar sama sekali bukan karena dijodohkan. Mas Danar memilih saya sendiri untuk dijadikan istrinya. Bukan atas paksaan siapapun," jawab Nara.
Echa mendadak tak berkutik, ia melangkah mundur lalu berbalik arah menuju kamar Danar dan Nara. Tanpa peduli pada Nara yang berteriak dan menariknya untuk berhenti. Nara jelas kalah dari segi postur tubuh dibanding Echa yang tubuhnya ideal itu. Hingga dengan mudah Echa menyingkirkan Nara hingga jatuh di ambang pintu kamar yang berhasil ia buka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Between Us ✅ (Available On KaryaKarsa)
RomancePuspita Naraya, merayakan malam pergantian tahun baru dengan cara berbeda, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun siapa sangka malam itu membawa petaka bagi Nara. Gagal menikah hingga meninggalnya sang Ayah di hari pertama memasuki awal tahun...