5.

22.3K 1.3K 81
                                    

Beberapa hari kemudian, sepulangnya Nara dari rumah sakit, Danar membawa Nara ke sebuah rumah bridal. Berbagai koleksi gaun ataupun kebaya modern untuk pengantin yang cantik dan mewah memanjakan mata Nara, membuat Nara berpikir Bridal yang ia datangi ini pasti untuk kalangan atas.

"Pilih saja yang kamu suka. Saya juga mau bersiap-siap," titah Danar lalu berjalan menuju jas yang dipajang berjejer.

"Danar, tunggu." Nara menghampiri Danar yang berada beberapa langkah darinya. "Aku ... bingung, kamu saja yang pilihkan."

"Kalau saya yang pilih nanti kamu nggak suka."

"Semua gaun di sini terlihat bagus, aku suka semuanya. Jadi apapun pilihan kamu, aku pasti suka," jawab Nara.

Danar berjalan mendekati deretan manekin dengan gaun dan kebaya indah disana. Lalu menunjuk salah satunya, dan seorang pegawai segera mengambilkannya untuk Nara. Dalam sekali coba kebaya berwarna putih gading itu sudah sangat pas di tubuh mungil Nara. Detailnya sederhana tapi tak meninggalkan kesan mewah pada baju itu. Selera Danar sangat bagus, pikir Nara.

Lalu Nara mengikuti instruksi pegawai yang sejak tadi bersamanya. Kini, waktunya wajahnya di rias. Dan Nara tahu benar tangan yang tengah melukis wajahnya ini merupakan tangan seorang profesional. Nara pikir setelah gagal menikah kemarin, ia entah kapan akan merasakan pernikahan. Tapi nyatanya Tuhan berbaik hati padanya dengan memberikan pengganti Radi secepat ini.

"Danar."

Pemilik nama itu mendongak, melihat ke arah suara yang memanggilnya. Tapi Danar begitu rapi menyimpan ekspresi keterpukauannya pada Nara. Wajahnya seolah-olah terlihat biasa saja walau  ia tidak pernah menyangka gadis sederhana seperti Nara bisa juga tampil memukau seperti sekarang. Tidak kalah dengan model papan atas di negeri ini.

"Danar? Kok gitu lihatnya?" tanya Nara.

Danar hanya menggeleng pelan. "Ayo kita berangkat," ajak Danar.

Nara kini merasa bak putri Raja, Danar menuntunnya berjalan menuruni undakan tangga di teras rumah bridal itu menuju mobil Danar. Pria itu membukakan pintu sedan mewahnya untuk Nara, lalu melindungi kepala Nara dengan telapak tangannya agar tidak terbentur atap mobilnya. Hingga Danar duduk di sampingnya bersiap untuk menjalankan mobil untuk menuju Kantor Urusan Agama, Nara merasa ini seperti di negeri dongeng. Apalagi Danar begitu tampan dengan setelan jas yang pas melekat di tubuhnya.

Proses akad nikah berjalan lancar. Ibu Danar tidak datang, ibu Nara apalagi. Dari pihak Danar ada Erza dan istrinya yang datang, sedangkan dari pihak Nara sendiri hanya ada Bu Dewi. Nara bahagia karena ia memiliki suami, yang ia harap dapat membimbingnya dan menjadi tempat bersandarnya nanti. Karena ia tidak memiliki siapa-siapa saat ini, ibunya sendiri sepertinya sudah tidak sudi menganggapnya sebagai anak.

Danar kini tengah bersantai di sofabed ruang tengah rumahnya. Beberapa jam lalu ia baru tiba dengan membawa serta Nara, yang kini sah menjadi istrinya. Setibanya di rumah, Nara langsung sibuk membereskan kamar. Bahkan ia memasak dengan bahan masakan alakadarnya didalam lemari pendingin di dapur rumah Danar.

"Mas, kita makan malam dulu," ajak Nara pada Danar.

"Mas?"

"Iya, kenapa? Mas gak suka ya? Usia Mas kan lebih tua daripada aku, aku rasa panggilan itu lebih cocok buat Mas," jawab Nara seraya tersenyum.

Nara yang memakai piyama berbahan satin berwarna  hitam dengan motif bunga sakura itu kini tengah mengambilkan nasi serta lauk pauk yang ia masak ke atas piring Danar. Membuatnya terlihat begitu manis, ditambah rambutnya yang basah karena baru saja mandi sedikit mengusik gairah Danar.

Baby Between Us ✅ (Available On KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang