Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Arin merangkai buket bunganya dengan sangat cepat, niatnya, hanya ingin pertemuannya dengan seseorang itu berakhir.
Suasana hatinya yang kacau membuat Arin tak berhati-hati, sehingga ujung jari manisnya tertusuk duri.
"aw"
"mba gapapa?" tanya si pria reflek meraih tangan Arin.
"lepas saya bisa sendiri. Dan berhenti manggil saya mba" tekan Arin kembali merangkai bunga. Luka kecil seperti itu Arin sudah biasa mendapatkan nya. Selesai. Arin berikan buket mawar merah itu pada si pria, yang dari dulu sampai sekarang masih belum Arin ketahui namanya.
"kalo enggak mau di panggil mba, terus saya manggil apa? Kan saya enggak tau nama kamu" katanya, kemudian memberikan kartu kreditnya pada Arin.
Arin tak mengindahkan ucapan si pria. "terimakasih sudah datang ke flower house, semoga hari anda menyenangkan" kata Arin berusaha ramah sambil memberikan kembali kartu milik si pria.
"sebelum saya pergi. Saya mau tanya serius, kamu kenal saya?" tanya si pria yang memang sejak Arin meneteskan air mata tadi sudah penasaran sekali akan gadis cantik itu.
Arin menghela, dadanya terasa sesak, jadi, cuma dia yang ingat tentang kejadian itu, sementara si pria melupakannya begitu saja. Arin merasa miris pada dirinya sendiri, bisa-bisanya jatuh cinta pada orang asing.
"saya salah orang. Maaf atas ketidak nyamanan nya" Arin kembali membungkuk.
"nama saya Mark, kalo kamu ingin tau"
+•+
"makannya pelan-pelan dong Rin" suruh Yeonjun yang risih sendiri melihat kecepatan makan Arin.
Arin yang di nasehati, tidak mengindahkan ia hanya sedang lapar sekarang. Perutnya butuh asupan.
"tadi ada pelanggan datang" curhat Arin.
Yeonjun menghela, nasi Arin keluar-keluar dari mulut kecilnya. Lekas Yeonjun bekap mulut sang kakak "enggak usah ngomong dulu, nasinya muncrat ke muka aku rin"
Arin terkekeh. Kali ini mendengar kan. Ia indahkan ucapan Yeonjun. Makan sebentar, dan setelah selesai Arin kembali berujar "tadi ada pelanggan datang"
"terus?" Yeonjun lap mulut Arin menggunakan tissue
"dia cowo yang tujuh tahun lalu aku tolongin,Jun"
"maksud kamu cinta pertama kamu itu" tanya Yeonjun memastikan, dan di angguki Arin lemah.
Yeonjun tersenyum, wajah cantik kakaknya mengeluarkan aura sedih. Ia usap pucuk kepala Arin "sekarang dia udah punya pacar ya?" dan, Yeonjun juga tau, Arin masih belum bisa melupakan pria itu.
Arin menggeleng "enggak tau"
"atau dia enggak ngenalin kamu" tebak Yeonjun untuk yang kedua kalinya.
Kali ini Arin mengangguk. Ia sembunyikan wajahnya dalam lipatan tangan, rasanya kecewa sekali.
"bukan salah dia kok, ya mana bisa dia ingat kamu sementara kalian ketemu udah lama banget, mana cuma satu jam lagi" entah kenapa ucapan Yeonjun terdengar seperti sebuah ejekan di telinga Arin.
"aku udah tau. Namanya Mark" Arin angkat wajahnya, menatap sang adik sedih.
Yeonjun tidak bisa untuk tidak tertawa, Arin lucu sekali "yaampun sayang.." Yeonjun bawa tubuh Arin ke dalam dekapnya "..percuma tau namanya, toh, itu enggak bakal buat dia ingat sama kamu. Udah ya! Sekarang waktunya lupain dia. Balas kek, bukan cuma dia yang enggak kenal kamu, kamu juga enggak kenal dia. Biar impas gitu"
"harus gitu ya?"
"banget"
+•+
Di sisi lain.
Mark menatap keluar kaca, pikirannya terus tertuju pada gadis penjaga toko bunga itu.
Melihat bagaimana gadis itu terkejut akan kedatangan nya dan meneteskan air mata. Mark rasa ia memiliki hubungan masa lalu dengan gadis itu.
Kata 'jahat' yang gadis itu lontarkan. Cukup membuat Mark merasa bersalah, sepertinya memang ada sesuatu di antara mereka.
Mark ingin tau lebih soal gadis berbaju merah muda tersebut, ia yakin gadis itu tidak salah orang. Dia benar mengenal Mark.
Mark menghela nafas, sudah 7tahun lebih ia kehilangan ingatan masa remajanya. Selama ini Mark baik-baik saja ketika tak bisa mengingat masa itu. Tapi hari ini, semenjak bertemu dengan Arin, Mark merasa terbebani.
"bang Mark! Lihat deh, aku baru cat kuku. Cantik ga?" si adik Joowon menghentikan lamunan Mark.
Mark berbalik, ia lihat kuku Joowon, warnanya merah muda, tanpa alasan khusus Mark mengangkat dua sudut bibirnya.
Dia sendiri tidak tau, entah kenapa warna merah muda selalu bisa membuat suasana hatinya membaik. Seperti ada makna yang ia sendiri tidak tau apa, di balik warna kesukaan kaum hawa itu.
"cantik kan"
"iya cantik dek" kekeh Mark.
Joowon mengembangkan senyumnya "bunga mawar yang aku minta tadi udah abang beli"
"udah, itu di meja, ambil aja" suruh Mark menunjuk meja kerjanya.
Joowon mengangguk, ia hirup lama bunga yang sudah terangkai indah itu. "wangi, mama pasti suka hehe kalo gitu aku pulang duluan ya bang. Bye" si kecil pun kembali hilang dari ruangan.
Mark menghela, ia raih ponselnya dan menekan kontak seseorang.
"halo Presdir"
"tolong selidiki gadis yang bekerja di toko bunga flower house"
"baik presdir. Akan saya lakukan"
Secepat itu, panggilan pun berakhir.
"aku harus tau siapa kamu"
••••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Joowon
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.