13

538 58 3
                                        

🎀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎀

Arin masih memeluk tubuh hangat sang Bunda. Dadanya masih terasa sesak mengingat ucapan Yeonjun kemaren petang. Menyesali kenapa ia tidak peka dari awal perihal ingatan Mark, merasa jadi orang bodoh ketika mengingat bagaimana ia mendesak Mark untuk mengingatnya.

"Udah siang, kakak nggak mau jengukin Mark?"

Arin membuka mata, nafasnya terdengar menghela. "Mau ta-"

Drtt drtt..

"Bun Arinnya mana?" suara si tampan Yeonjun terdengar dari sebrang.

Nayeon melirik Arin sejenak "mau ngomong?nih kak" kemudian nayeon berikan ponselnya pada Arin

"Kemana aja?ponsel kenapa dimatiin?" pertanyaan Yeonjun dipenuhi nada kesal.

"kenapa?" hanya pertanyaan balik yang bisa Arin lontarkan.

"Cepet ke rumah sakit, Mark udah sadar"

.

Dan disinilah Arin sekarang, di dalam ruang inap Mark. Kamar pasien vvip yang sudah tidak berpenghuni. Kedatangannya tidak di tunggu. Si namja sudah keluar dari rumah sakit tanpa memberitahu dirinya.

"mark" ia gigit bibirnya kesal, tangisnya ingin keluar lagi. Tapi terjeda saat sang kembaran datang dengan seulas senyum.

"Mark udah sadar dari tadi pagi, dan dia terus nunggu kamu t-"

"Terus kenapa baru ngabarin sekarang" potong Arin menatap nyalang si kembaran.

Yang di tatap terdiam, seumur umur Yeonjun tidak pernah mendapat tatapan tajam dari Arin. Rasanya aneh saat pertama kali melihatnya. Ah, Mark memang bukan orang sembarang dalam kehidupan kakaknya, sadar Yeonjun.

"ya sa-lah ka-mu siapa suruh hp ma-ti" gugup Yeonjun enggan menatap netra Arin. Kakaknya menakutkan sekali

"nggak guna" umpat Arin berlari dari sana.

Umpatan juga baru di dengar untuk pertama kalinya, Yeonjun membuang nafas berat. Apa-apaan itu tadi, Kalimat umpatan? Dimana Arin lemah lembutnya.

"YAK CHOI YEWON KEMBALI!! SIAPA YANG NGAJARIN KAMU NGUMPAT HAH??" teriak Yeonjun menyusul langkah Arin yang sudah hilang dari pandangan.

Arin sendiri tak menghiraukan teriakan Yeonjun meski ia mendengar. Langkah kecilnya berlari ke parkiran, mengedarkan pandangan pikirannya masih kalut, belum sadar ingin ia bawa kemana pastinya langkah kecilnya. Mark pun ia tidak tau dimana, mana ponsel tertinggal di rumah.

[✓]Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang