Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍵
Malam mulai larut, hembusan angin mulai terasa. Pesta masih belum usai, mereka semua masih disana. Masih sibuk bertukar cerita dan mengobati rasa. Tapi beda dengan Arin, gadis yang malam ini menggerai rambut panjangnya itu masih betah bersembunyi, sengaja memisahkan diri.
Suara tangisan tertahan samar-samar terdengar. Sumpah demi apapun Arin benar-benar merasa di permalukan oleh Yena. Kesal sekali, ia tumpahkan semua kekesalan dalam bentuk tangisan. Ah, gadis cengeng memang.
Mark lihat tubuh yang jongkok di dalam kegelapan itu bergetar. Namja Kanada itu akui, Arin benar-benar sensitif kalau menyangkut soal dirinya.
"kenapa nangis" tanya Mark, ia usap pucuk kepala Arin lembut. Arin tak menghiraukan ucapan Mark, masa bodoh. Tangisannya makin mengeluarkan suara.
"temen kamu kan ngelakuin itu buat kamu"
"tapi aku malu!!" jawab Arin cepat sambil melayangkan tatapan kesalnya.
Mark menaikkan alisnya, berfikir apa yang harus di malukan dari kejadian tadi.
"yena benar-benar permaluin aku di depan kamu-" Arin menghela, lekas ia berdiri dan mengusap wajahnya kasar. "-aku malu, kamu jadi tau betapa bucinnya aku sama kamu dulu. Aku benar-benar sangat menyukaimu Mark, hiks aku bahkan menolak mereka cuma demi orang yang nggak pasti kayak kamu. Tiap hari aku selalu kena labrak sama kakak tingkat, katanya aku kegatelanlah, aku nikunglah. Padahal kan enggak, aku nggak suka mereka, yang aku suka itu kamu Mark, cuma kamu Marklee hikss" Dalam katanya ada cegukan tangis yang ikut serta. Muka cantiknya sudah merah padam, keringat bahkan bersatu dengan cairan air mata.
Mark menghela berat, dadanya terasa sesak mendengar dan melihat Arin saat ini.
"bahkan disaat kamu nggak ingat aku, aku masih saja menyukaimu hiks.. aku udah usaha buat lupain kamu, udah usaha buat benci sama kamu, tapi aku nyerah. Aku nggak bisa!! Aku malu banget sama kamu hiks hiks"
"maaf" dan hanya kata itu yang bisa Mark ucapkan.
Arin menghela, memukul pelan dadanya, dan tangisannya makin menjadi. Kata maaf dari Mark benar-benar sebuah siksaan, sangat tidak baik untuk rasanya. Ia terlihat sangat menyedihkan dengan kata itu.
"berhenti minta maaf!! Aku nggak butuh maaf kamu, aku cuma mau kamu ingat-hmmffpp" mata Arin langsung membulat sempurna. Bibir cherrynya di tabrak oleh bibir sang namja tanpa aba-aba. Mengerjap beberapa kali saat tangan lebar itu membingkai rahang kirinya. Saluran darah Arin terasa berdesir hebat, jantung sudah di pastikan tak karuan. Sensasi di sekujur tubuhnya membuat Arin terdiam layaknya patung.
Bibir itu mulai terasa bergerak, meraup lembut bibir bawahnya. Arin lihat namja Kanada itu sudah menutup mata, dan pada akhirnya Arin terseret rasa. Ikut ia tutup matanya. Membiarkan ciuman pertamanya di renggut oleh Mark.
Adegan saling menautkan bibir itu terekam jelas, saling bertukar saliva dengan sesekali bertukar posisi. Arin meremas kuat jas Mark. Sementara Mark terus menarik tubuh Arin agar semakin dekat.
Terus berlanjut, sampai dimana Mark mulai menyudahi ciuman lembut itu. Bibir yang tadinya saling bertautan mesra mulai sedikit berjarak. Dalam itu Arin hirup oksigen sebanyak-banyaknya. Nafas mereka memburu, dua pipi anak manusia itu juga ikut bersemu. "aku mencintaimu Choi Arin"
🍵🍵
Masih betah memisahkan diri dari keramaian.
Mark dan Arin berjalan bersisian, dengan jemari tangan yang sudah saling bertautan. Jas Mark sudah beralih menutupi tubuh Arin dari angin malam.
Semenjak kejadian ciuman pertama tadi, Arin tak banyak bicara. Hanya Mark yang mendominan kata. Membiarkan begitu saja Mark menariknya kesana kemari.
"kita sudahdah sampai" ujar Mark saat mereka sampai ke tempat tujuan. Itu adalah taman bunga hotel.
Mata Arin langsung berbinar, warna ungu lavender menjadi penyambungnya kala itu. Di segala sisi hanya ada bunga ungu yang melambangkan keanggunan seorang perempuan itu. "cantik"puji Arin ia lepas tautan tangan mereka secara paksa. Lalu merendahkan tubuhnya agar lebih leluasa memainkan bunga tersebut.
Mark ikut tersenyum, baru kali ini Arin melemparnya senyuman merekah seperti itu.
"ini belum seberapa"
"ya?"
Mark usap rambut panjang Arin lalu kembali menggenggam tangan kecil Arin. "masih ada yang lebih indah disana. Ayo saya tunjukkan" Mark dan Arin kembali berjalan. Mengikuti jalan setapak yang sisi kiri kanannya di penuhi oleh lavender. Semakin dalam mereka melangkah, cahaya kunang-kunang mulai terlihat. Jelas senyuman Arin betah mengembang.
Dan akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan utama. Ladang bunga yang hanya di terangi beberapa lampu, selebihnya kunang-kunang lah yang mengambil peran untuk memperindah. "wahh Mark ini indah sekali" kata Arin pada Mark dengan mata berbinar.
Bunga mawar dengan berbagai warna bersejajar rapi, Arin berlari mendekati bunga mawar berwarna merah jambu "kamu tau apa arti dari mawar merah jambu?" tanya Arin pada Mark, Mark menggeleng. Ia tidak tau apa-apa soal bunga.
"memang artinya apa?"
Arin tersenyum "kamu harus ingat ini oke. Mawar merah jambu itu mengartikan kekaguman, rasa syukur, dan kesetiaan" beritahu Arin dengan sesekali menghirup lama mawar tersebut.
"hanya itu?"
Arin kembali menatap Mark, ia menggeleng "ada satu makna lagi"
"apa?"
"melambangkan pernyataan cinta" kali ini senyuman Arin terkesan lebih hangat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.