15

347 59 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

"Jadi kamu yang namanya Arin?!"

"ya?" Arin menatap bingung seorang wanita paruh baya yang baru saja memasuki toko bunga. Wajah cantik di depannya ini terasa familiar, seperti pernah bertemu cuma lupa dimana

"langsung ke intinya saja, mulai sekarang jauhi anak saya" kalimat yang dikeluarkan penuh dengan penekanan.

Mendengar ucapan itu Arin tersadar, sosok itu pernah dilihat di rumah sakit. Itu mamanya Mark,kan.

"gara gara gadis miskin kayak kamu Mark ngingat semuanya, jika saja kamu tidak hadir dalam hidup Mark dia tidak akan berusaha mengingat masa lalu. Gara-gara kamu keluarga saya hancur" katanya lagi.

Kemarin siang Papa Mark yang mengatainya, dan sore ini disusul sang Mama. Sebegitu rendahkah dirinya di mata mereka?

"berhenti mengatai saya miskin tante" sergah Arin pada akhirnya. Ia berjalan mendekat kearah Mama Lee "sebaiknya Tante duduk dulu" lanjutnya yang kali ini nadanya lebih rendah. Kakinya menuju kursi dekat jendela. Duduk lebih dulu, setelahnya disusul Mama Lee.

"Mark akan saya jodohkan jadi jauhi anak saya mulai sekarang, saya meminta dengan baik-baik" amplop terdorong seiring selesainya kalimat Mama.

Arin pernah melihat adegan-adegan seperti ini di drama yang di tonton, menyuruh mundur dengan imbalan uang?Arin tersenyum samar, cintanya tak semurah itu untuk bisa dibeli dengan uang. Tangan kecilnya mendorong kembali amplop ke arah Mama Lee.

"Jangan seperti ini, Tante" pintanya dengan nada sopan.

"kenapa?uang nya kurang? Saya bisa-"

"cinta saya tidak semurah itu" ia menyela dengan cepat, tatapnya yang tadi tertunduk dibawa menatap netra Mama Lee "saya sudah mencintai Mark bertahun-tahun lamanya, saya tidak akan mundur cuma gara-gara uang" lanjutnya

"saya begitu mencintai anak Tante, tulus, setulus-tulusnya. Jadi, Tante jangan gini ya" mata monolid kesukaan Mark itu mulai membasah. Sesak sekali rasanya saat disuruh menjauh dari seseorang yang dicinta. Tidak taukah mereka selama apa usaha Arin dalam menunggu balasan cinta Mark?

"kalo kamu beneran tulus maka jauhi Mark. Cinta nggak harus memiliki,kan. Mark bisa lebih bahagia tanpa kamu" Mama Lee pun enggan mengalah. Tak tersentuh akan tumpahnya air mata.

"kata siapa Mark bakal lebih bahagia?apa Mark nya bilang sendiri sama Tante?enggak kan. Aku nggak bakal jauhi Mark" tekan si gadis.

"sekalipun Mark nggak bilang. Saya bisa tau, Mark nggak bakal bahagia dengan gadis miskin kayak kamu. Terlebih selama ini kehadiran kamu cuma buat masalah dalam hidu-"

"berhenti!! Masalah itu bukan gara-gara saya. Ini jelas kesalahan Tante dan Om kenapa kalian malah menyalahkan saya"

.
.
.

[✓]Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang