07

427 77 1
                                    

°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

"Kak, panggil Yeonjun dulu sana" itu suruhan bunda beberapa waktu lalu pada Arin.

Arin yang pagi ini bangun awal segera berjalan kearah kamar sang kembaran. Niatnya hanya ingin membangunkan untuk mengajak sarapan bareng.

Arin dorong pelan pintu kamar Yeonjun "Jun.. udah boleh bangun" katanya sambil berjalan mendekati ranjang. Ia tepuk-tepuk pelan tubuh yang tertutup selimut dengan sempurna itu.

"Yeonjun bangun ayok..." Arin kembali bersuara, sedikit ia tarik selimut yang kala itu bercorak abu tua, sehingga menampakkan rambut lebat si pria.

Arin tersenyum, hendak ia usap rambut lebat berwarna hitam legam it...... Eh, tunggu!

Arin menarik kembali tangannya, rambut dengan warna hitam pekat? Yeonjun? Bukan, Arin jelas tau sang adik memiliki rambut coklat gelap.

"Junn..." panggilnya ragu

Tak ada sahutan dari si pria, Arin makin mengerutkan keningnya. Dan juga, tumben sekali Yeonjun tak menghiraukan perintah nya. Biasanya Yeonjun akan bangun dengan sekali seruan nama. Lalu ini apa?

Arin tegap kan kembali raganya, perasaan mulai tidak baik. Se...

Ceklek'

Pintu kamar mandi terbuka, satu raga yang sibuk mengeringkan rambutnya keluar dari sana.

"yeonjun?!"

"pagi sayang" balas Yeonjun yang tidak peduli dengan ekspresi terkejut sang kakak. Satu kecupan di pucuk kepala juga ikut serta. Setelah itu Yeonjun melangkah menuju lemari.

Arin yang masih kebingungan hanya diam dengan terus melihat sosok Yeonjun yang sibuk berkemas dan sesosok raga yang masih bersembunyi dalam selimut itu secara bergantian.

"jun.." panggil Arin pada akhirnya

Yeonjun berbalik

"itu siapa?" tanya Arin menunjuk kearah ranjang.

Yeonjun tersenyum sejenak. Lalu mengusap rambut bagian belakangnya "temen aku" jawabnya

"tumben. Siapa? Hyunsu-"

"dia Mark" potong Yeonjun cepat

"APA?" refleks Arin berteriak. Nama itu sangat tidak diharapkan sekali.

Yeonjun menggeleng, ia acak rambut Arin gemas "nggak usah teriak Rin. Kamu ganggu" Yeonjun putar tubuh kecil Arin menghadap Mark.

Seperti yang di katakan. Namja Kanada itu sudah terbangun dari tidur nyenyaknya..

Arin meneguk ludah dengan susah payah. Meski membenci tapi tak bisa di bohongi kalau Arin sedikit terpesona akan tampilan acak itu.

"saya kesiangan ya? Maaf" Mark singkirkan selimut dari atas tubuhnya, berdiri disisi ranjang sambil melempari Arin senyuman ringan.

Arin menghela "YAKK CHOI YEONJUN"

...

"bisa jelasin kenapa dia masih disini? aku itu udah nggak mau lihat dia lagi,Jun" beritahu Arin dengan nada kesalnya. Mark sudah memasuki kamar mandi, di kamar itu tinggal mereka berdua. Berdiri saling berhadapan, dengan sang namja yang lebih memancarkan aura ketenangan. Berbanding terbalik dengan Arin yang sudah merah padam.

"tenang dulu sayang. Tarik nafa-"

"jelasin cepetan" ujar Arin dengan penuh penekanan, tentu diiringi dengan tepisan kasar pada tangan yang hendak menyentuh pundaknya itu.

Yeonjun menarik kembali pergelangan tangannya, dengan seulas kekehan bodoh ia dudukan raganya di ranjang "aku udah punya rencana buat masa depan kamu" katanya tiba-tiba

Arin mengerutkan keningnya, apa Yeonjun berusaha mengalihkan pembicaraan?

"nggak usah ngalihin topik" tekan Arin lagi

Yeonjun lantas menggeleng "aku nggak lagi ngalihin pembicaraan. Aku emang udah punya rencana buat masa depan kamu. Dan membantu Mark buat dekat sama kamu itu rencana awal"

Muka cantik si hawa makin tak terlihat baik-baik saja. "jangan ikut campur.. aku udah putusin buat lu-"

"ENGGAK BOLEH!! Kamu nggak boleh lupain Mark,Oke. Aku nggak bakal ngizinin kamu lupain dia" potong Yeonjun cepat. Bahkan ia sudah berdiri lagi dengan mengacungkan dada, sebagai bentuk penolakan atas niat Arin.

Ya, begitu.
Yeonjun jelas punya alasan kenapa ia tidak mengizinkan Arin melupakan si cinta pertama. Dari dulu, Yeonjun tau Arin sangat mengharapkan pertemuan dengan Mark (lagi). Ia bahkan tidak akan lupa ketika Arin sering menolak pernyataan cinta dari para pria dengan alasan masih menunggu Mark nya. Yeonjun masih mengingat jelas raut bahagia Arin beberapa tahun lalu, wajah cantik yang memancarkan senyum bahagia dengan terus bercerita tentang pertemuannya dengan Mark.

Saat mengetahui penantian Arin akhirnya membuahkan hasil,tapi sayangnya Mark tidak mengingat kakaknya. Itu cukup membuat Yeonjun menghela dan sedikit bisa merasakan bagaimana patahnya harapan kakaknya.

Yeonjun pikir ia akan berniat menjodohkan Arin dengan salah satu temannya. Tapi tak jadi. Ia sadar sekarang. Ia tau sekarang. Alasan Mark tidak mengingat kakaknya. Ia tau masalah ingatan yang dimiliki Mark. Dan, semenjak Mark menghubunginya dan memohon untuk menceritakan semua kejadian itu Yeonjun kembali melega. Tatapan memohon yang di pancarkan Mark waktu itu, cerita menyedihkan yang diungkapkan oleh pria Kanada itu, cukup menjadi salah satu alasan kenapa ia setuju untuk membantu.

Arin sudah mencintai Mark selama bertahun-tahun. Jika mundur begitu saja, Yeonjun rasa itu sia-sia.

Mau bagaimanapun Yeonjun yakini Mark memang seseorang yang bisa membuat Arinnya bahagia.

"aku bersumpah demi hidupku aku bakal buat kamu sama Mark berjodoh" lanjut Yeonjun menggebu.

Arin menggigit bibir bawahnya kesal. "aku nggak butuh dan nggak-"

"udah saatnya kamu bahagia Rin. Aku percaya Mark bakal jadi kebahagiaan kamu, jadi sebagai adik yang baik aku akan berjuang untuk mempersatukan kalian"

"AHH TERSERAH.. POKOKNYA AKU NGGAK BAKAL MAU BERHUBUNGAN SAMA DI BRENGSEK ITU LAGI. TITIK. DAN KAMU NGGAK BAKAL BISA NGUBAH KEPUTUSAN AKU" teriaknya final dan langsung keluar dari kamar.

Arin pikir dengan teriakan itu semua akan berakhir.

Tapi tidak, teriakan yang di dengar juga oleh sesosok raga di dalam kamar mandi itu tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Yeonjun dan Mark janjikan itu...

Yeonjun dan Mark janjikan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓]Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang