20. ✨Shaffiyah Binti Abdul Muthalib✨

1K 56 0
                                    


Shafiyyah binti Abdul Muthalib adalah bibi dari Nabi Muhammad SAW. Putri dari Abdul Muthallib bin Hasyim ini juga dijuluki sebagai "Ibunda Hawari" (pengawal setia) Rasulullah SAW. Ya, dialah ibu dari "sang Hawari" (pengawal setia), Zubair bin Awwam, salah satu sahabat dan pembela Rasulullah SAW, "pilih tanding".

Shafiyyah merupakan ibu yang sangat peduli pada pendidikan anaknya. Digemblengnya sang putera, Zubair bin Awwam menjadi seorang pahlawan Islam. Zubair termasuk dalam daftar 10 orang sahabat yang dijanjikan surga. Bahkan Khalifah Umar Bin Khattab menjadikan Zubair satu dari empat orang yang dikirim untuk membantu pasukan Islam di bawah komando Amru Bin Ash, saat membebaskan Mesir dari cengkeraman Romawi. Dalam suratnya, Khalifah Umar mengatakan bahwa empat orang utusan ini memiliki kekuatan yang sama dengan 1.000 orang !

Shafiyyah sendiri hidup dan dibesarkan dalam lingkungan terpilih, sehingga dia tumbuh menjadi seorang wanita yang mulia. Beliau mendapat tugas kehormatan menjamu dan memberi makan para jamaah haji (As-Siqaayah). Shafiyyah menguasai sastra dan fasih berbahasa, sangat terpelajar, piawai menunggang kuda, dan berani bak ksatria.

Ketika Islam mulai menyinari Jazirah Arab dan wahyu telah turun, Rasulullah SAW menyeru kepada keluarga sebagai implementasi perintah Allah SWT, dalam surat Asy-Syu'ara : 214 yang artinya, "Dan berilah peringatan kepada keluarga-keluarga yang paling dekat denganmu."

Ummul Mukminin, 'Aisyah r.a, meriwayatkan bahwa ketika ayat tersebut turun, Nabi SAW mengumpulkan segenap keluarganya sambil berkata, yang artinya, "Wahai Fatimah binti Muhammad, Wahai Shafiyyah binti Abdul Muthalib, Wahai Bani Abdul Muthalib, aku tidak dapat membela kalian sedikitpun di hadapan Allah. Adapun mengenai harta, silakan minta dariku sesuka hatimu."

Cahaya Islam menembus relung hati terdalam Shafiyyah dan ia pun masuk Islam, berserah diri secara total kepada Allah 'Azza wa Jalla. Sementara puteranya, Zubair, telah lebih dulu menerima Islam. Sejak saat itu, Shafiyyah berinteraksi dengan dien yang agung ini. Shalatnya terjaga, shaum sunnahnya ditunaikan, dan lidahnya tak pernah kering dari berzikir kepada Allah SWT. Bahkan saat perintah hijrah datang, Shafiyyah binti Abdul Muthalib pun termasuk dalam rombongan Muhajirin. Ditinggalkannya tanah kelahiran dan semua harta miliknya di Mekkah karena ketaatan.

Ditengah pertempuran Perang Uhud, Shafiyyah dan beberapa muslimah lainnya ikut ambil bagian. Mereka bertugas mengantar air bagi para pasukan yang kehausan. Selain itu, Shafiyyah juga mempersiapkan panah dan mengobati pasukan yang terluka. Sayangnya, pasukan Islam yang hampir menang pada akhirnya terdesak. Hal ini disebabkan pasukan pemanah tidak menaati perintah Rasulullah untuk tetap pada posisisnya di atas bukit meski apapun tengah terjadi. Mereka tergoda untuk ikut mengambil harta rampasan perang.

Kesempatan ini diambil oleh pasukan berkuda Kafir Quraisy untuk menghantam balik. Pasukan kaum muslimin pun tercerai-berai. Mereka lari dan berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Bahkan Rasulullah yang masih bertahan pada posisinya hanya dilindungi oleh beberapa orang sahabat mereka bertarung mati-matian, menebas, menusuk, dan menjadi tameng hidup untuk melindungi Rasulullah.

Shafiyyah tidak tinggal diam, ia meraih tombak dan mengacung-acungkannya di hadapan pasukan muslimin yang lari berhamburan sambil berteriak, " Engkau telah membiarkan Rasulullah berjuang seorang diri !"

Melihat hal itu, Rasulullah SAW merasa iba. Ia pun berkata kepada Zubair bin 'Al Awwam, "Temui ibumu dan ajaklah segera ia pergi meninggalkan medan perang. Jangan sampai dia melihat kondisi saudara kandungnya (Hamzah bin Abdul Muthalib)." Zubair langsung mendekati ibunya dan menyampaikan pesan Rasulullah SAW. Zubair berkata, "Ibu, sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruhmu agar mundur dari medan perang..."

Shafiyyah pun balik bertanya,"Memangnya kenapa ? Aku menerima kabar bahwa saudara kandungku telah syahid dan tubuhnya dirusak. Ketahuilah, bagiku hal itu terlalu ringan selama dipersembahkan di jalan Allah. Kami dapat menerima dengan lapang dada semua kejadian itu. Sampaikanlah kepada Rasulullah SAW, bahwa aku akan tetap sabar dan tabah, insya Allah".

Zubair pun kembali menemui Rasulllah SAW dan menyampaikan pesan ibunya. Rasulullah SAW berkata, yang artinya,
"Kalau begitu biarkan dia dalam posisinya sekarang."

Seusai perang, Shafiyyah mendatangi jenazah saudara kandungnya. Begitu pula Rasullah SAW, dalam berbagai riwayat diceritakan bahwa Rasullah sangat marah dan sedih melihat kondisi Hamzah bin Abdul Muthalib. Tekad kuat untuk membela Islam selalu tertanam dalam jiwa Shafiyyah. Dihadapinya setiap ancaman yang akan embahayakan posisi kaum muslimini. Seperti halnya dalam Perang Khandaq (parit), yaitu saat pasukan gabungan Kafir Quraisy, Kaum Yahudi, dan Bani Ghatafan. Bahkan, Yahudi Madinah pun menghkhianati perjanjian damai dan ikut bergabung melawan kaum muslimin. Madinah terkepung !

Diceritakan bahwa ketika Rasullah SAW keluar dari Madinah untuk menghadapi musuh dalam Perang Khandaq, beliau menempatkan kaum muslimah di benteng milik Hasan r.a. Hal ini disebabkan benteng tersebut paling kua. Tiba-tiba seorang Yahudi datang dan mencoba menyelidiki benteng tersebut. Melihat hal itu, Shafiyyah berkata,"Maka aku langsung mengambil sepotong kayu dan turun dari benteng untuk mendekati Yahudi itu. Aku buka pintu benteng perlahan-lahan, lalu menyerang orang Yahudi lalu memukulnya hingga mati.".

Nah, itulah Shafiyyah binti Abdul Muthalib, seorang srikandi pejuang wanita islam yang juga dikenal sebagai muslimah pertama yang membunuh orang musyrik, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Ishaq. Hingga akhir hidupnya, Shafiyyah tetap menggenggam erat ajaran Rasulullah SAW. Ia wafat pada usia 70 tahun dan dimakamkan di area pekuburan Baqi, di Madinah.

Dakwah IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang