126. ketika iblis berlindung di kapal nabi nuh

64 8 0
                                    

Banyak sekali riwayat mengenai usia nabi Nuh عليه السلام.
Kebanyakan meriwayatkan bahwa Beliau berumur 950 tahun.
Sebagian riwayat menyebutkan Beliau diutus saat berumur 50 tahun,
berdakwah di tengah kaumnya selama 950 tahun,
dan hidup setelah mereka binasa selama 200 tahun.
Total umur Beliau adalah 1200 tahun.
Bahkan, riwayat lain mengatakan usia Beliau adalah 1450 tahun.
Pendapat terakhir ini mengatakan bahwa Nuh عليه السلام lahir saat Adam عليه السلام masih hidup.

Perkara yang paling identik dengan Nabi Nuh عليه السلام adalah bahtera besar yang
dibuatnya untuk menyelamatkan diri dan populasi makhluk atas adzab yang Allah ﷻ turunkan.
Kronologi awal adzab itu karena doa Nuh عليه السلام yang terus-menerus melihat kezaliman
yang dilakukan umatnya.

رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا

Artinya :
“Ya Tuhanku,
janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.
(QS. Nuh: 26)

Allah ﷻ menjawab doa tersebut,
namun sebelumnya Dia memerintahkan Beliau membuat bahtera.
Allah ﷻ mengutus malaikat Jibril عليه السلام untuk mengajarkan proses pembuatan kapal.
Terlebih dahulu Nuh عليه السلام harus menanam pohon untuk bahan atau kayu.
Sekitar 20 tahun kemudian pohon bisa dipakai untuk papan kapal,
ada yang mengatakan 40 tahun.
Abu Bakar, Ahmad bin Ali menyebutkan bahwa panjang safinah Nuh عليه السلام
adalah 80 hasta dan lebarnya 50 hasta. Ada yang mengatakan panjangnya 300 hasta.
Riwayat lain menyebutkan panjangnya 600 hasta, lebar 60 hasta dan tinggi 30 hasta.
Kapal ini terbuat dari kayu "dalb" (jenis kayu), ada yang mengatakan dari kayu "saj" (jati), 
dan ada juga yang menyebutkan dari kayu "syamsyad" (jenis kayu).

Bahtera Nuh عليه السلام terdiri dari tiga lantai;
lantai paling atas ditempati manusia,
lantai tengah untuk spesies burung,
dan lantai bawah dihuni hewan buas, hewan melata dan hewan ternak.
Namun, Wahab bin Munabbih berkata,
“Tingkat atas ditempati manusia, tingkat tengah ditempati makanan dan
  barang-barang dan tingkat bawah untuk hewan-hewan.”

Karena kapasitas kapal yang terbatas,
Nuh عليه السلام diperintah Allah ﷻ agar menaikan para pengikutnya,
sepasang dari semua jenis hewan, semua jenis tanaman, biji-bijian dan pepohonan.
Nabi Nuh عليه السلام juga membawa jasad Nabi Adam عليه السلام sebagaimana
wasiat ayah seluruh manusia ini kepada anak turunnya.

Nabi Nuh عليه السلام memasukkan hewan satu demi satu,
hingga hewan terakhir, yakni khimar atau keledai.
Saat itu, iblis masuk ke kapal Nuh عليه السلام dengan cara bergantungan di ekor hewan ini.
Ketika nabi Nuh عليه السلام melihatnya,
Beliau berkata, “Hai Musuh Allah, siapa yang memperbolehkanmu masuk ?”.
“Saat kau berkata kepada khimar, masuklah meskipun setan bersamamu.”
“Keluarlah dari sini !”
“Tolong biarkanlah diriku, sesungguhnya aku telah ditangguhkan.”

Maka Nuh عليه السلام menyuruhnya duduk di sebuah ruangan.
Sebagian riwayat mengatakan, azab Allah ﷻ mengirimkan azabnya,
para setan dan iblis juga terhempas oleh badai sampai berterbangan di antara langit dan bumi.
Banyak sekali setan yang mati saat petaka itu berlangsung.

Demikian Imam Khatib Al-Baghdadi رحمه الله‎ mencatat
adanya iblis yang masuk ke bahtera Nuh عليه السلام.
Adanya iblis yang yang naik ke bahtera Nuh عليه السلام juga terdapat dalam
kitab Ihya Ulumiddin, karangan Imam Ghazali رحمه الله‎.
Dalam riwayat ini Nabi Nuh عليه السلام menjumpai iblis dalam wujud
orang tua yang tidak dikenalnya, dan memberi nasehat yang sangat berguna bagi manusia.
“Kenapa kamu masuk ke sini?” Tanya Beliau.
“Aku akan merebut hati para pengikutmu,
sehingga hati mereka bersamaku dan badannya bersamamu.”
“Keluarlah, hai musuh Allah, sesungguhnya kamu telah dilaknat.”
“Lima perkara yang akan merusak manusia,
tiga di antaranya akan aku ceritakan kepadamu dan dua di antaranya tidak akan aku ceritakan.”
Setelah itu Allah ﷻ memberi Wahyu kepada Nuh عليه السلام bahwa tiga perkara tidaklah dibutuhkan,
yang dibutuhkannya adalah dua perkara yang disimpannya.
Nabi Nuh عليه السلام pun memaksa iblis menceritakan dua perkara tersebut.
“Apa dua perkara tadi?” Tanya nabi Nuh عليه السلام.
“Yakni dua perkara yang tidak akan kamu dustakan atau ingkari,
  yakni manusia akan rusak sebab sifat "hirs (ingin)" dan "hasud".
  Sebab hasud, aku dilaknat dan dijadikan setan rajim (diusir)
  dan sebab hirs (ingin) aku bisa menarik hati Adam,
  sehingga dia memakan buah yang dilarang di surga.
  Padahal dia diperbolehkan makan apa pun kecuali buah pohon tersebut.”

Semoga bermanfaat
Silahkan share

Sumber :
Kitab : Tarikh al-Khatib Al Baghdadi.
Karya : Al Khatib Al Baghdadi رحمه الله‎

Catataan :
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad ibn Ali ibn Tsabit ibn Ahmad ibn Mahdi رحمه الله‎
terkenal dengan nama “Al Khathib Al Baghdadi”.
Beliau yang menulis kitab terkenal Kitab Tarikh Baghdad.
Beliau lahir pada tahun 392 H di Iraq , Ayahnya bernama Khatib Darzanjan
menyuruh anaknya memperdalam ilmu hadits sejak kecil (tahun 403H).
Beliau mengembara ke bebagai wilayah untuk memperdalam ilmu hadits.

Beliau menyimak hadits dari sejumlah besar kalangan muhadditsin yang tsiqah
dari berbagai wilayah seperti Baghdad, Bashrah, Naisabur, Ashbahan, Dainur, Hamadan,
Kufah, Haramain, Damaskus, al Quds dan lain lainnya.
Beliau juga merantau ke Syam (Syiria) pada tahun 451 H dan menetap disana selama 11 tahun.

Dan wafat pada tahun 463 H

Dakwah IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang