Part 1

9.1K 273 21
                                    

Seorang gadis penjual kue, tampak berjalan lesu dengan mendorong santai sepedanya. Wajahnya murung dan tampak tak bergairah, hari ini jualannya tidak habis, sedangkan ia harus membeli obat untuk ibunya yang sedang sakit.

Dia bernama Alisa Nazwa Azzahwa, seorang gadis penjual kue yang tinggal bersama ibunya yang sakit-sakitan.

Bruk!

Sepeda Alisa ambruk, sebuah mobil berwarna silver langsung berhenti di depannya. Seorang pria berjas hitam turun dari mobil dan langsung menghampiri Alisa.

"Kau lihat, mobilku tergores oleh sepeda bututmu. Aku tidak mau tahu, kau harus mengganti rugi!"

"Mmh ... maaf, Om. Aku tidak sengaja!" ucap Alisa di tengah ketakutannya.

"Maaf? Memangnya dengan maaf bisa membuat mobilku kembali ke semula, huh?"

Alisa diam, ketakutan tengah menyelimuti dirinya. Dia juga bimbang dan gelisah karena mengkhawatirkan keadaan sang ibu.

"Nanti aku akan cicil semua kerugiannya, tapi sekarang aku pamit pulang!" ucap Alisa seraya meninggalkan pria itu yang tampak kesal kepadanya. Namun, pria itu dengan cepat mencekal tangannya. Alisa berbalik menghadap pria itu.

"Aku sudah minta maaf! Insyaallah, nanti aku akan mengganti semua kerugian Om. Orang kaya kok perhitungan, tergores sedikit saja langsung minta ganti rugi!" Entah keberanian dari mana yang membuat Alisa berani berbicara seperti itu.


"Kau berani ...."

"Maaf ibuku sedang sakit, berdebat denganmu hanya membuang waktuku saja!" ucap Alisa seraya berlalu dari hadapannya.

"Cantik," ucap pria itu lirih.

****

Alisa menggowes sepedanya dengan cepat, ia sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya. Hari ini dia sama sekali tidak memiliki uang. Jangankan untuk membeli obat, untuk makan hari ini saja tidak ada.

Sesampainya di rumah, Alisa langsung menemui ibunya di kamar. Alisa kaget melihat ibunya yang sudah tergeletak di lantai. "Ibuu!" Alisa panik, dan langsung berlari menghampiri ibunya.

"Maaf, Alisa terlambat pulang," ucapnya seraya terisak. Alisa segera meminta pertolongan kepada tetangga, untuk segera membawa ibunya ke rumah sakit.


Sesampainya di rumah sakit, ibunya langsung dibawa ke ruang UGD, di tangani dokter dan beberapa perawat yang bertugas di sana. Alisa tidak berhenti berdoa untuk kesembuhan sang ibu.

Setengah jam kemudian, dokter keluar dari ruangan UGD. Alisa langsung menghampiri dokter yang telah memeriksa ibunya.

"Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?"

"Ibumu harus segera di operasi, agar segera dilakukan pengangkatan rahim. Sebelum kankernya semakin menjalar ke mana-mana."

"Apakah tidak bisa disembuhkan dengan obat saja, Dok?"

"Resikonya sangat tinggi, dan kami tidak bisa menjamin untuk kesembuhannya, jika tidak dilakukan operasi secepatnya!"

"Baiklah, Dok. Saya mengerti!"

Sepeninggal dokter, Alisa duduk bersimpuh di lantai, ia harus menyelamatkan ibunya. Namun, operasi membutuhkan uang yang tidak sedikit, sedangkan ia hanyalah gadis penjual kue. Dan itu pun hanya cukup untuk mengganjal perut dia dan ibunya.

Alisa berjalan melewati lorong rumah sakit dengan pikiran tak menentu, dari mana ia harus mendapatkan uang sebanyak itu?

Alisa mencoba mendatangi beberapa kerabat dan tetangga untuk meminta bantuan, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang mau menolongnya. Namun, ia tidak menyerah. Alisa mendatangi lelaki tua yang sering meminjamkan uang pada masyarakat, ia tahu meminjam uang di sana, bunganya sangat tinggi.

"Sepertinya aku bisa membantumu, tapi dengan satu syarat, aku menginginkan tubuhmu!" ucap seorang rentenir tua dengan senyum liciknya.

Mendengar syarat yang diajukan lelaki tua itu, Alisa mengurungkan niatnya dan langsung meninggalkan rumahnya. Dia membutuhkan uang. Namun, ia tidak ingin menjual tubuhnya sendiri. "Ya Allah, mudahkanlah rezeki Alisa dan ibu," batin Alisa.

Saat malam telah tiba, Alisa menyerah dan akan kembali ke rumah sakit, di tengah perjalanan, ada tiga preman yang mencegatnya. Alisa ketakutan dan mencoba untuk menghindar dari mereka. Namun, preman itu mengelilinginya dengan tertawa puas, seakan mendapatkan mangsa yang mereka inginkan.

"Jangan ganggu aku, Om preman!" ucap Alisa di tengah ketakutannya.

"Ha ... ha ... ada gadis yang berjalan malam-malam, sayang sekali kalau tidak dicicipi," ucap salah satu preman.

"Tolooong!" Alisa berteriak sekuat tenaga, untuk meminta pertolongan.

"Percuma, Dek! Malam seperti ini tidak akan ada yang lewat. Ha ... ha ...."

Alisa tidak tahu harus bagaimana lagi, mereka mengepungnya dan jalanan saat itu terlihat sangat sepi. Alisa menginjak kaki salah satu dari mereka, mencoba untuk melarikan diri. Namun, mereka terlalu gesit untuk menangkap tubuhnya kembali.

Dua orang dari mereka memegang tangannya dan yang satu orang lagi bersiap untuk memulai rencananya. Untung saja, ada seseorang yang menyelamatkan hidupnya.

Bug ... bug ... bug ....

Seorang pria menghajar satu per satu preman itu sampai babak belur.

"Kalian preman banci, berani-beraninya mengeroyok seorang gadis kecil seperti dia!"

"Jangan banyak bacot!" ucap salah satu preman yang langsung menyerang pria itu.

Dengan satu serangan, preman itu langsung terkapar.

"Ampun, kita tidak akan melakukannya lagi," ucap salah satu preman.

Setelah para preman lari, Alisa mendekati pria yang telah menolongnya. "Makasih, Om," ucap Alisa.

"Sama-sama, lho kamu?" tanya pria itu seraya menunjuk wajah Alisa.

Alisa mengangguk. "Maaf, belum bisa ganti rugi mobil Om yang tergores!"

"Baiklah, karena kamu belum bisa ganti rugi mobilku dan karena kamu juga sudah membuatku berkeringat melawan para preman tadi. Aku punya cara lain agar kamu bisa mengganti semua kerugianku hari ini."

Bersambung ....

Cinta Seorang Mualaf (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang