Part 8

3.8K 235 34
                                    

🍀Happy Reading🍀

"Apakah kamu bersedia menikah dengan lelaki sepertiku? Aku tidak sama dengan Arkan yang kemarin. Kalau kemarin aku memiliki segalanya untuk membahagiakanmu, kini aku hanya memiliki tekad untuk belajar mencintai dan membahagiakanmu sepenuh hati. Aku tidak memiliki harta, tapi aku memiliki hati yang akan selalu berjuang untuk mendapatkan hatimu."
___________

Alisa memandang lekat pantulan dirinya di cermin. Gaun pengantin muslimah berbahan satin nude pink melekat di tubuhnya. Ditambah dengan polesan make-up tipis yang menghiasi wajahnya, membuat Alisa nampak anggun nan cantik bak cinderella.

Alisa tidak pernah menyangka akan menikah secepat ini dengan seorang lelaki yang belum lama dikenalnya. Awalnya, ia menolak untuk menikah dengan Arkan. Namun, melihat pengorbanan Arkan yang tak pernah menyerah dalam memperjuangkannya, membuat hati Alisa terenyuh. Dan pada akhirnya ia menerima pinangan Arkan untuk menjadikannya kekasih halal dunia akherat.

"Lisa, ijab kabul sudah selesai, Nak. kamu diperbolehkan keluar untuk menemui mempelai pria," ucap ibunya dari ambang pintu.

Alisa mengangguk dan melangkah ke luar kamar dengan didampingi sang ibu. Pernikahan sederhana yang hanya disaksikan saudara dan kerabat terdekat Alisa saja. Beruntung, ada saudara dari pihak ayah Alisa yang bersedia untuk menjadi wali nikahnya.

Alisa mencium takzim tangan Arkan. Pipinya merah merona saat sang suami membalasnya dengan sebuah kecupan singkat di keningnya. Perasaan hangat menjalar di tubuhnya, ada rasa tak biasa yang menelusuk jauh ke dalam relung hatinya.

"Terima kasih karena sudah bersedia untuk menjadi pendamping hidupku. Aku berjanji, tidak akan pernah mengecewakanmu. Kita mulai semua dari nol, apa pun yang terjadi tetaplah bersamaku. Temani aku dari titik terberat hingga mencapai kesuksesan. Kita tata dan tatap masa depan yang lebih baik, hingga nanti menua bersama," ucap Arkan lirih yang langsung dibalas sebuah anggukan dari Alisa.

Ibu Halimah tersenyum menyaksikan tingkah anak dan menantunya. Ada perasaan lega di dalam hatinya. Kini, telah ada yang menggantikannya untuk melindungi putrinya. Ia yakin Arkan adalah seorang yang tepat untuk Alisa.

___________

Azan Magrib berkumandang, Alisa bersiap untuk berwudu. Namun, netranya tak berkedip saat melihat sang suami telah siap dengan jubah dan kopiah yang telah terpasang di kepalanya.

Alisa mendekat pada Arkan, kedua netra mereka bertemu. Sebuah senyuman tulus mengembang dari kedua sudut bibir Alisa.

"Jangan menyentuhku sekarang, nanti malam saja! Aku sudah punya wudu," ucap Arkan seraya memasang senyum jahilnya.

Mendengar ucapan Arkan, senyum Alisa seketika hilang. Berganti dengan semburat merah yang menghiasi kedua pipinya. Alisa berjinjit dan segera membenarkan kopiah Arkan yang terpasang miring.

"Aku hanya membenarkan letak kopiahmu saja!" ucap Alisa dan langsung melangkah ke kamar mandi.

Arkan menggeleng dan tersenyum melihat tingkah malu istrinya. Melihat pipi Alisa memerah bak kepiting rebus menjadi kesenangan tersendiri untuk Arkan.

Setelah makan malam, Arkan dan Alisa memasuki kamar. Sesuai ucapan Arkan sebelumnya, setelah menikah dia akan membiarkan Alisa mengenalnya sebagai seorang sahabat terlebih dahulu. Begitulah kedekatan mereka di malam pertama, membiarkan keterbukaan di antara mereka tanpa mengatasnamakan cinta.

"Apakah kamu pernah jatuh cinta, Sa?" tanya Arkan seraya melipat kedua tangan di dadanya.

Alisa menggeleng. "Aku tidak percaya cinta!"

"Kalau kamu tidak percaya cinta, mengapa kamu mau menikah denganku?"

Terlihat Alisa menarik napas panjang dan membuangnya dengan kasar. "Terpaksa!"

Cinta Seorang Mualaf (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang