Part 3

4.2K 232 30
                                    

Arkan masih menunggu jawaban dari Alisa. Gadis itu tengah memikirkan jawaban dari apa yang dipertanyakan Arkan kepadanya.

"Bagaimana?" tanya Arkan kembali.

"Berikan aku waktu untuk memikirkannya, setidaknya sampai ibuku pulih dari sakit."

"Hm ... baiklah! Aku yang akan memikirkan cara, supaya bunda memberikanku waktu lagi," ucap Arkan lirih.

Arkan Billah Attailah, seorang pengusaha muda yang berbakat. Dengan ketampanan dan kemapanan yang ia miliki, banyak gadis yang berusaha mendekatinya. Namun, Arkan bukanlah tipe pria yang mudah mencintai. Baginya wanita yang pantas dicintai bukanlah wanita yang selalu memperlihatkan aurat di depan umum. Walaupun Arkan non Islam, tetapi ia sangat mengagumi semua hal yang berhubungan dengan Agama Islam. Dan tidak dapat dipungkiri, jauh di dalam lubuk hatinya ia berharap mendapatkan seorang istri, seorang muslimah yang baik.

Inilah alasan mengapa ia lebih memilih Alisa untuk dijadikannya sebagai istri. Walaupun ia tahu, menikah dengan seorang gadis yang berbeda agama akan mendapat banyak halangan dan rintangan yang menghadang kehidupannya.

Setelah kepergian Alisa dari hadapannya, Arkan langsung menelepon seseorang. "Cari tahu tentang gadis bernama Alisa dan bagaimana seluk-beluk keluarganya. Aku tunggu informasinya malam ini juga!"

Arkan memasukkan kembali ponselnya, ia memutuskan untuk menyusul Alisa sembari menunggu informasi dari asisten pribadinya. Ada baiknya sebelum menikah, ia mengetahui terlebih dahulu tentang keluarga calon istrinya.

Calon istri? Arkan menggeleng singkat, bisa-bisanya ia mengambil keputusan yang konyol seperti itu. Melibatkan seorang gadis untuk menyelamatkannya dari perjodohan sang bunda. Namun, menikah dengan gadis pilihan bundanya, bukanlah keinginan hatinya. Arkan sudah terlebih dulu tahu bagaimana latar belakang gadis yang akan dijodohkan dengannya.

___________

Operasi berjalan lancar, Alisa tidak henti-hentinya mengucap syukur. Entah bagaimana nasib ibunya bila tidak ada campur tangan dari yang Kuasa, lewat perantara seorang pria yang baru saja dikenalnya.

Wajahnya kembali muram, tatkala mengingat tawaran Arkan yang mengajaknya menikah. Menikah di usia muda bukanlah keinginan hatinya. Dan karena masa lalu sang ibu juga yang membuatnya enggan untuk segera menikah.

"Alisa, kamu melamun, Nak?"

Tiba-tiba suara ibunya membuyarkan lamunannya, Alisa tersenyum dan langsung mencium lama tangan ibunya.

"Dari mana kamu mendapatkan uang untuk melunasi biaya operasi, Nak?" tanya ibunya kembali.

"Allah mengirim seseorang yang baik hati, Bu. Dialah yang membantu Aisya melunasi administrasi rumah sakit ini."

"Ibu ingin bertemu dengannya!"

"Insyaallah nanti Aisya akan pertemukan ibu dengannya, sekarang Ibu istirahat yang cukup. Biar cepat pulih," ucap Alisa seraya menyelimuti tubuh ibunya.

"Alisa."

"Iya, Bu."

"Ibumu ini sudah tua, Nak. Apakah kamu belum memiliki keinginan untuk segera menikah? Dan ibu lihat kamu selalu menjauhi pria yang mendekati kamu."

"Kalau Alisa menikah, siapa yang akan menjaga Ibu? Karena Alisa pasti akan mengikuti kemana perginya suami. Alisa tidak ingin jauh dari Ibu, dan cukup ayah saja yang meninggalkan ibu, tapi tidak dengan Alisa!"

"Sa, segala sesuatu yang terjadi di kehidupan kita ini tak luput dari takdir yang Kuasa. Dialah yang telah menuliskan suratan takdir untuk setiap masing-masing manusia. Jangan jadikan masa lalu menjadi sebuah alasan untuk kamu berhenti menata masa depanmu. Kehidupanmu masih panjang, kamu pantas untuk mendapatkan kebahagiaan, Nak."

"Tapi, Bu-"

"Alisa, sedari kecil, kamu sudah banyak menanggung beban hidup. Sekarang bangkitlah, berjuang untuk mendapatkan kebahagiaanmu. Ibu akan baik-baik saja, Sa. Carilah kebahagiaanmu sendiri, dan satu yang perlu kamu tahu, tidak semua pria seperti ayahmu!"

Alisa memeluk sang ibu, kasih sayang yang diberikan ibunya sudah lebih dari cukup untuk Alisa. Namun, ia juga membenarkan apa yang diucapkan ibunya, ia memang harus segera keluar dari zona masa lalu yang sering menghantui pikirannya.

"Ibu, mulai besok, Alisa akan berjualan kue kembali. Alisa tidak enak hati kalau terus-menerus menerima bantuan dari Arkan."

"Kalau begitu, kita pulang saja, Nak!"

"Tidak! Kondisi ibu belum memungkinkan untuk pulang. Insyaallah, Alisa akan menyicil sedikit demi sedikit untuk membayar uang operasi ibu."

"Ibu bisa beristirahat di rumah, Sa. Ibu mohon!"

Alisa tersenyum. " Alisa akan konsultasi terlebih dulu ke dokter ya, Bu."

__________

Setelah dokter memperbolehkan ibunya pulang, Aisya kembali berjualan kue dengan menggunakan sepeda miliknya.

"Kue ... kueee ... kueee!" teriak Alisa.

Di tengah perjalanan, Alisa melihat seorang kakek tua yang tampak pucat dan lemas. Alisa segera turun dari sepedanya. Memasukkan beberapa macam kue ke dalam plastik, lalu memberikannya kepada kakek tua itu.

"Terima kasih, Nak. Semoga daganganmu hari ini laris manis."

"Amin," balas Alisa seraya tersenyum.

Alisa kembali menggowes sepeda, teriknya matahari tidak ia pedulikan. Dia sudah berjanji di dalam hati, untuk membelikan ibunya buah-buahan dan makanan enak, jika hari ini semua kuenya habis terjual.

"Kuee ... kue!" teriak Alisa kembali.

"Saya beli semua kuenya, dek!" teriak seorang pria bertopi dari seberang jalan.

Alisa menghampiri pria itu, hatinya begitu senang, mendengar pria itu akan membeli semua kuenya. "Ini, Kak," ucap Alisa seraya memberikan semua kuenya.

"Berapa semuanya?"

"Seratus ribu, Kak."

Pria itu memberinya dua lembar uang seratus ribu. "Ini lebih, Kak."

"Ambil saja, anggap itu balasan atas kebaikanmu pada kakek di sana."

"Tidak! Saya ikhlas menolong kakek itu. Ini saya kembalikan uangnya, terima kasih sudah membeli semua kue saya!" ucap Alisa seraya mengembalikan uang seratus ribu pada tangan si pria.

Alisa berniat untuk pulang, hari ini ibunya pasti akan merasa sangat senang, karena semua kuenya habis terjual. Namun, langkahnya terhenti saat pria di belakangnya berteriak yang membuat Alisa terkejut, dan berhasil membuat jantungnya kini berdetak tidak karuan.

"Kamu punya janji padaku, hari ini kamu harus menjawabnya. Kamu tahu menunggu itu hal yang membosankan, dan kamu tidak bisa menggantung hatiku terlalu lama!"

Bersambung ....

Insyaallah di cerita ini penulis akan banyak menuangkan tentang kesabaran Alisa, dalam memperjuangkan kehidupan dan agamanya. Konflik demi konflik akan kalian temukan di sini. Tapi tenang saja, di cerita ini juga kalian akan mendapatkan pelajaran berharga betapa pentingnya menjaga keharmonisan rumah tangga, walau ujian dan cobaan yang menerpa. Semoga cerita Arkan dan Alisa membuat kalian baper. 😍 Kalian juga bebas kok memberikan pendapat dan tanggapan tentang cerita ini, jangan lupa saran dan kritik untuk membantu cerita ini menjadi lebih baik.

Maafkan bila ada typo.🙏😘

Adakah yang minta lanjut?😍













Cinta Seorang Mualaf (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang